Home / Rumah Tangga / Dosenku Istriku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Dosenku Istriku : Chapter 51 - Chapter 60

70 Chapters

Pov Shiena

Hati ini benar-benar hancur ketika mendengar kalimat Hadi yang ia ucapkan pada ibunya. Dari kalimat itu tersirat, bahwa dia sebenarnya membersamaiku hanya karena ingin membahagikan ibunya. Dia hanya merasa tak enak hati dengan ibunya, ini sungguh menyakitkan, tapi aku sadar bahwa aku tak mungkin memaksa orang lain untuk mencintaiku.“Baiklah Had, aku akan meingkhlaskan semuanya jika kamu tetap memilih Nisa, tapi aku akan tetap memberi kamu hukuman, atas kelancanganmu mempermainkan perasaanku.” Aku gegas menyembunyikan kertas dan vitamin yang kukonsumsi agar Hadi tak curiga. Aku memutuskan untuk sementara aku akan merahasiakan kehamilanku darinya. Toh, dia sangat bahagia dengan kehamilan istri keduanya.“Bu, maafkan Hadi. Sekali lagi maafkan!” ungkap laki-laki yang kini berada belakangku. Aku tak merespon sedikit pun ucapan Hadi. Muak rasanya hati ini mengingat sikapnya yang selama ini terlihat baik, tapi ternyata hanya karena ingin dipuji ibunya.Aku sedikit melirik ke arah Had
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Cemoohan dari Nisa

Hadi terlihat mendekat ke arahku, entah apa alasannya. "Bu, Hadi mohon maaf atas segala kesalahan Hadi, tapi Bu, Hadi mohon bujuk mama agar mengizinkan Hadi dan Nisa tinggal sementara di sini,"ungkap laki-laki di depanku ini dengan entengnya. Seoalah dia sama sekali tak pernah ada hubungan di antara kami. Sepertinya laki-laki ini memang sama sekali tak memikirkan perasaanku. Aku tak menjawab perkataannya, karena aku sudah tak sanggup lagi melihat adegan mereka. Aku masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa untuk menenangkan hati. Remuk redam rasa hati ini, menjalani semua ini. Aku mencoba untuk kuat agar aku tetap menjadi ibu yang baik untuk Basmah. Aku tak mau Basmah terkena imbas akibat suasana hatiku yang kacau. Sebaiknya aku pergi, kalau mereka tinggal di rumah ini. Aku tak mau menyiksa diri di sini. Entah apa yang mereka bicarakan, aku lihat Hadi dan Nisa masuk disusu ibunya. Kemudian Mama yang masuk terakhir kali. Dia memandangku dengan tatapan penuh rasa bersalah."Bu Shiena,
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Pulang

Keesokan harinya, aku sudah menyiapkan semua barangku dan meminta Susi untuk memasukkan semuanya ke Bagasi. "Sayang, ayo pamit dulu sama Nenek!" ujarku pada Basmah. Aku pun membawanya menemui Mama mertua di kamarnya. Aku terpaku ketika memasuki kamar ibu mertuaku ini. Kulihat dia menangis tersedu-sedu, mungkin merasa bersalah padaku. Aku sendiri merasa berat meninggalkan wanita yang sudah menjadi ibu keduaku ini, tapi aku tak mungkin bertahan di sini. Aku harus menjaga kewarasanku, aku tak mau mengorbankan diriku dan anak-anakku. Aku harus menyelamatkan mental mereka. "Maafkan kami Nak! Apa kamu gak akan mengatakan tentang ..." Aku gegas mencegah ibu mertuaku yang ingin mengatakan tentang kehamilanku. Aku tak mau Hadi mendengar. Aku bukan ingin menyembunyikan kenyataan ini. Aku tahu dalam Alqur’an dikatakan bahwa kita haram menyembunyikan kehamilan pada suami, tapi aku hanya tak ingin bertahan di sini. "Saya hanya tak mau Hadi bertahan dengan saya hanya karena anak. jadi biarka
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

Bertemu Mantan

"Kenapa Foto ini ada sama kamu? apa kamu bertemu dengannya?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca. "Iya, Teh. Beliau majikan saya pas di arab. Dia melihat foto Teteh dan Basmah yang ada di hp saya. Terus katanya dia mengenali Teteh," jawab Rani. Ucapan Rani terjeda oleh bunyi ponselnya. "Naam Mister. Ana athla' alhin," (ya Mister, saya keluar sekarang) Rani menutup telefon dan kembali menatapku. "Teh, misternya udah di luar katanya," terang Rani. Dia menuntunku agar keluar rumah. Aku yang belum paham kata-kata Rani hanya mengikutinya. Tak lama kemudian, terlihat sebuah mobil taksi mendekat ke halamanku. Dari dalam Taksi itu, keluarlah seorang laki-laki berwajah arab. Seorang laki-laki yang dulu pernah sangat kurindukan. Laki-laki yang membuatku menunggu bertahun-tahun bertahun-tahun bertahun-tahun. Mataku mengembun seketika seiring langkah laki-laki itu yang makin mendekat ke arah kami. "Shiena, akhiron, Ana asyufik," ucap laki-laki itu tanpa mengucap salam. "Na, ini siapa? apa i
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Mengubur Harapan

"Maafkan aku, Shiena. Aku dulu tak mampu menolak perintah ibuku." ungkap Hisyam dengan wajah penuh rasa bersalah. "Lalu sekarang apa alasanmu menemui Basmah?" tanyaku penasaran. Di sisi lain, aku bahagia karena Basmah sudah bertemu ayah kandungnya, tapi di sisi lain, aku juga tak mau kalau Laki-laki ini bermaksud membawa anakku pergi dari sisiku. "Ibuku sudah meninggal," "Jadi kalau misal ibumu tak meninggal, kamu tak akan menemui anakmu?" Aku terus mencecar Laki-laki itu agar menjawab semua pertanyaanku. "Siapa yang mengatakan aku tak perduli kamu? Aku tahu aku salah, tapi aku mohon pahami aku. Aku ke sini hanya ingin menebus semua kesalahanku di masa lalu. Sekarang Ibuku sudah meninggal, jadi kumohon ikutlah denganku. Kembali lagi padaku, aku akan membahagiakan kamu," ucapnya padaku. Aku tersenyum miris mendengar kata-kata laki-laki ini. Kenapa baru sekarang dia datang, disaster semua sudah begini. "Maaf, tapi kamu terlambat!" sahutku diiringi air mata yang tak bisa kube
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Pov Hadi

Aku tak mampu membantah kata-kata Mama, akhirnya dengan berat hati, aku pergi ke kamar Shiena dan mengemasi bajuku yang tersisa di sana. Aku melirik ke arah Shiena yang duduk di ranjang sembari memunggungiku. Aku ingin sekali bicara dengannya lagi, memohon maaf atas keputusanku yang pastinya membuat hati wanita itu kecewa, tapi lidah ini terasa beku, terlebih Shiena yang sama sekali tak may bicara denganku. Ya, sejak aku mengucapkan talak padanya, dia sama sekali tak mau bicara denganku."Bu, Hadi pamit. Maafkan Hadi, ya Bu. Jika Hadi gak bisa menepati janji," ucapku terbata-bata, tapi Shiena sama sekali tak meresponku.Dengan hati yang kacau balau, aku keluar dari kamarku, kamar yang selama setahun ini menjadi kamarku dan Shiena. Tempat kami berbagi suka dan duka, tapi kali ini kamar itu aku tinggalkan demi memenuhi keinginan calon ibu dari anakku.Setelah aku berpamitan, aku pergi ke kontrakan. Ya, aku harus mengalah pada Mama agar beliau tak terlalu marah. Aku tinggal di kontraka
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Pulang Lagi

Aku menjalani hari-hariku di kontrakan dengan susah payah. Sebulan aku di sini, aku hanya seminggu sekali mengunjungi mama, aku ingin sekali melihat mama dan juga Sheina, tapi saat aku berkunjung, Shiena tak pernah muncul di depanku."Alhamdulillah akhirnya aku gajian!" ungkapku dengan bahagia. Aku pun pulang untuk menemui istriku. "Nis, akhirnya aa dapat gajih," Nisa terlihat gembira ketika mendengar aku sudah gajian, kemudian aku mengeluarkan amplop coklat itu dan memberikannya pada istriku itu, aku berharap dia akan menjadi istri yang rajin setelah aku kasih uang."Ha, cuma dua juta, A?" tanya Nisa sepertinya kecewa."Ya, gaji aa cuma dua juta setengah, yang 500 aa pegang buat ongkos," ucapku terus terang. "Nanti kamu atur ya, buat bayar kontrakan juga," lanjutku lagi. Dia tak merespon.Beberapa hari kemudian, ada seorang emak-emak datang dan ternyata itu pemilik kontrakan yang menagih uang kontrakan. "Luh, memangnya istri saya gak bayar Bu?" tanyaku pada Ibu itu."Tanya aja pada
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Kepergian Shiena

Malam kini telah tiba, selepas magrib, aku pergi ke kamar mama, tapi mama tak mau membuka pintu. Aku melirik ke arah kamar Shiena, terlihat dia sedang mengajari Basmah mengaji. Mata ini mengembun seketika, melihat mereka berdua, dada ini serasa sesak ketika kenangan melintas di pelupuk mata. Kenangan ketika aku mengajar Basmah mengaji. Rasanya momen itu terasa indah dan membuat aku memiliki semangat baru dalam hidupku, tapi itu semua tinggal kenangan. Akankah aku dan Nisa mengalami momen indah itu? Tak lama kemudian, kulihat Shiena melangkah menuju dapur, "pasti dia akan memasak, biasanya dia selalu memasak makan malam. Setelah kami makan malam, kami akan menidurkan Basmah, baru setelahnya dia mengerjakan pekerjaannya sebagai dosen, memeriksa tugas mahasiswa atau apa saja yang terkait tugasnya. Entah bagaimana mulanya, aku kini masuk ke dapur dan berdiri di belakangnya. Bau harum masakan wanita ini serasa bagai perasan air jeruk yang disiram ke lukaku, menambah rasa rindu yang sema
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Ungkapan Hati Mamah

Kamu puas sekarang, hah? puas kamu, Hadi? Sekarang Shiena dan Basmah sudah pergi seperti keinginan kamu. Mama harap kamu gak menyesal nantinya!" teriak Mama melampiaskan kekesalannya padaku.Aku pun mendekat dan memegang tangannya dengan lembut. "Hadi minta maaf, Ma. Hadi gak bermaksud membuat Bu Shiena pergi. Hadi hanya gak mau kehilangan anak Hadi yang dikandung Nisa, Ma!" ungkapku mencoba membuat Mamaku itu memahami."Maksud kamu apa?" Mama bertanya padaku seolah dia tak tahu kalau Nisa hamil. Apa dia belum tahu kalau Nisa hamil. Apa dia waktu itu tak mendengarkan penjelasanku. Baiknya aku jelaskan mungkin ini bisa membuat dia terhibur."Nisa mengandung Ma. Mama akan segera punya cucu. Mama kan udah pengen cucu, iya kan?" Aku berusaha membujuk kunci surgaku itu."Jadi maksud kamu, karena Nisa mengandung, kamu boleh menyia-nyiakan Shiena? Kamu, kamu tak jauh bedanya dengan ayah kamu. Apa kamu tahu, papamu dulu juga berbuat begitu padaku. Dia meninggalkanku yang sedang mengandung ka
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Ke Rumah Shiena

Sejak saat itu, mamaku tak mau bicara lagi denganku. Aku tiap hari berusaha membujuknya tapi dia tetap kekeh tak mau menerima Nisa sebagai mantunya. Yang lebih membuatku jengkel adalah Nisa sama sekali tak mau mengubah sikapnya. Dia tetap pemalas dan tak mau berusaha mengambil hati mama. Sedangkan mama mertuaku, dia tidak diizinkan masuk ke dalam rumah utama. Untuk menafkahi Nisa, terpaksa aku menggadainan surat mobilku. Sejak saat itu, mamaku tak mau bicara lagi denganku. Aku tiap hari berusaha membujuknya tapi dia tetap kekeh tak mau menerima Nisa sebagai mantunya. Yang lebih membuatku jengkel adalah Nisa sama sekali tak mau mengubah sikapnya. Dia tetap pemalas dan tak mau berusaha mengambil hati mama. Sedangkan mama mertuaku, dia tidak diizinkan masuk ke dalam rumah utama. Untuk menafkahi Nisa, terpaksa aku menggadainan surat mobilku. Aku semakin cemas ketika mendapati Mama yang pingsan, entah karena apa. "Ya Allah, Ma. Mama kenapa?" tanyaku penuh ketakutan. Aku segera membaw
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status