All Chapters of Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda: Chapter 81 - Chapter 90

96 Chapters

Bab. 81 Di mana Kamu?

Richard berlari tergesa-gesa menuju gudang. Asap tebal mengepul dari celah pintu, bau gosong menyengat hidungnya. Ia terengah-engah, berusaha menahan kepanikan."Semua karyawan sudah dievakuasi?" tanyanya kepada seorang karyawan yang berdiri di dekat pintu, wajahnya pucat pasi."Sudah, Pak. Tidak ada korban," jawab karyawan itu, suaranya gemetar.Richard menghela napas lega. Syukurlah, tidak ada korban jiwa. Ia melirik ke arah pemadam kebakaran yang sudah mulai berjibaku memadamkan api. Asap mulai berkurang, dan Richard bisa melihat situasi di dalam gudang."Wah, parah sekali," gumamnya, melihat tumpukan kardus yang terbakar dan peralatan yang hangus.Richard menghampiri kepala gudang, Pak Anton, yang berdiri di dekat tumpukan kardus yang terbakar."Pak Anton, apa yang terjadi?" tanya Richard, suaranya sedikit meninggi karena rasa khawatir.Pak Anton mengusap keringat di dahinya, wajahnya terlihat lelah. "Saya juga belum tahu pasti, Pak. Tiba-tiba saja ada api di tumpukan kardus ini.
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Bab. 82 Es Krim?

Richard berjalan gontai di jalanan, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. Ia sudah menghubungi semua teman Qiara, namun tidak ada yang tahu keberadaan istrinya. Ia merasa putus asa.Tiba-tiba, matanya menangkap sebuah pemandangan yang membuatnya tersentak. Qiara! Istrinya sedang keluar dari sebuah kedai es krim, membawa cone es krim di tangannya. Ia sedang menjilati es krim itu dengan lahap, wajahnya tampak senang.Richard langsung berlari menghampiri Qiara, hatinya dipenuhi rasa lega. Ia memeluk erat tubuh Qiara, tanpa peduli dengan orang-orang yang lewat."Qiara! Aku khawatir sekali!" ujar Richard, suaranya bergetar karena lega.Qiara sedikit terkejut dengan pelukan Richard yang tiba-tiba. Ia mengerutkan kening, bingung dengan reaksi Richard yang menurutnya berlebihan."Sayang, kenapa kamu panik begitu? Aku hanya membeli es krim," ujar Qiara, sambil menunjuk cone es krim di tangannya."Tapi, aku sudah mencarimu ke mana-mana. Ponselmu tidak aktif, dan kamu tidak ada di kafe," jawab Richa
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Bab. 83

"Selamat datang kembali, Pak Richard dan Bu Qiara!" sapa Vera dengan senyuman hangat, matanya berbinar lega. "Saya benar-benar khawatir saat Tuan Richard menghubungi saya tadi. Untungnya, kalian baik-baik saja."Vera menunjuk ke arah meja ruang tamu, "Saya sudah menyiapkan teh hangat dan kue kesukaan Bu Qiara. Silakan duduk dan ceritakan apa yang terjadi.""Terima kasih, Vera," jawab Qiara sambil melepas sepatunya. "Ponselku habis baterai, jadi aku tak bisa menghubungi Mas Richard. Untungnya, dia segera mencariku."Richard mengangguk setuju, "Ya, aku langsung khawatir saat tak menemukanmu di kantor. Untungnya, kamu baik-baik saja."Vera tersenyum, "Syukurlah. Saya senang Bu Qiara baik-baik saja. Sekarang, silakan nikmati teh hangat dan kue ini. Saya akan menyiapkan makan malam.""Terima kasih, Vera," kata Qiara dan Richard bersamaan, merasa tenang dan bersyukur atas perhatian gadis itu.Saat keduanya menikmati teh dan kue, Qiara teringat dengan putri mereka yang sejak tadi tak
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab. 84 Melabrak

"Aku harus bicara dengan Hana!" geram Richard, rahangnya mengeras. Rasa sakit dan amarah membara di dadanya. Ia tak peduli dengan segala konsekuensinya. Ia harus membuat Hana mengerti bahwa ia tak akan pernah mencintainya, dan tak akan pernah meninggalkan Qiara.Richard tahu persis ke mana ia harus mencari Hana. Tempat karaoke milik Hana. Tempat itu adalah sarang bagi Hana untuk meluapkan emosinya, tempat ia berpesta dan mencari penghiburan.Saat tiba di tempat karaoke itu, Richard langsung masuk. Ia menemukan Hana sedang duduk di sofa, berpesta dengan beberapa temannya. Tawa dan musik keras memenuhi ruangan.Richard melangkah dengan cepat menuju Hana, tanpa peduli dengan tatapan heran dari para pengunjung. Ia menarik tangan Hana dengan kasar, membuat Hana terkejut dan terhuyung ke belakang."Hana!" bentak Richard, suaranya bergetar karena amarah. Ia membanting kartu undangan itu di hadapan Hana. "Apa maksudmu mengirim kartu undangan ini pada istri
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab. 85 Mengejutkan

Qiara duduk termenung di kamar, air mata mengalir deras di pipinya. Hatinya hancur karena tak pernah membayangkan akan disakiti seperti ini oleh Richard. Di tengah-tengah tangisnya yang putus asa, ponselnya tiba-tiba bergetar. Dengan gemetar, Qiara membuka pesan yang masuk.Di layar ponselnya, terpampang sebuah foto yang mengguncang hati Qiara. Foto itu menunjukkan suaminya, Richard, bersama Hana dalam posisi yang ambigu. Keduanya terlihat sedang dalam pelukan mesra, mencium dengan penuh kedekatan.Hati Qiara hancur berkeping-keping. Air mata yang tak terbendung lagi mengalir deras. Segala rasa percaya dan cinta yang selama ini ia miliki terasa hancur seketika. Qiara merasakan pukulan paling dalam dari pengkhianatan yang ia tidak pernah sangka akan terjadi.Tiba-tiba, perut Qiara terasa mulas dan menegang. Ia merasakan kontraksi yang kuat, membuatnya menjerit kesakitan. "Akh! Akh!" teriaknya, tangannya mencengkeram perutnya dengan erat.Usia kandungan Qiara baru enam bulan
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab. 86 Kontraksi

Ruangan pemeriksaan berdengung dengan suara detak jantung bayi yang belum lahir. Qiara, dengan tangan menggenggam erat perutnya, menatap layar monitor dengan raut wajah cemas. Dokter Anita, dengan senyum lembut, menunjuk ke titik-titik kecil yang berkedip di layar."Kontraksi ringan, Qiara. Tak perlu khawatir, ini masih normal," ujar Dokter Anita. "Hanya saja, kamu harus banyak istirahat dan hindari stres. Jangan terlalu banyak pikiran."Qiara mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Saya memang banyak pikiran, Dok. Pekerjaan, keluarga, semuanya serasa menumpuk."Dokter Anita menepuk lembut tangan Qiara. "Tenanglah, Qiara. Semua akan baik-baik saja. Prioritaskan kesehatanmu dan bayimu. Istirahatlah, makan makanan bergizi, dan jangan lupa untuk selalu berdoa."Di luar ruangan pemeriksaan, Via duduk di bangku dengan raut wajah khawatir. Ia sesekali melirik jam tangannya, berharap Richard segera menjawab teleponnya."Via, gimana keadaan Qiara?" tanya seorang wanita tua, yang ternyata adalah Om
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Bab. 87

"Nyonya, saya aja yang nganterin NonaQiara, ya? " kata Via dengan nada khawatir. "Saya takut kalau terjadi sesuatu terhadap Nona Qiara."Oma Hesty mengangguk pelan. "Ya sudah, biar sana nunggu di mobil."Qiara menggeleng cepat, matanya berkaca-kaca. "Nggak usah, Oma. Aku bisa sendiri kok. Aku nggak mau merepotkan kalian." Dia berusaha tersenyum, meskipun wajahnya masih terlihat sedikit pucat.Via menatap Qiara dengan penuh perhatian. “Tapi, Non, tadi kan Nona sempat kontraksi."Qiara menggeleng pelan. "Ya, aku yakin. Cuma kebelet pipis aja kok. Nggak apa-apa, Via." Dia berusaha meyakinkan Via dengan nada lembut.Oma Hesty mengusap kepala Qiara dengan lembut. "Yaudah, kalau kamu yakin. Nggak usah lama-lama ya, Qiara."Qiara mengangguk, lalu berlari kecil menuju toilet, matanya berkaca-kaca. Dia ingin terlihat kuat, tapi rasa sakit dan kesal masih menghantuinya.Qiara melangkah dengan tergesa-gesa menuju toilet, melewati dua orang pria yang tengah berdiri sambil membaca koran. Seiri
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Bab. 88

"Bos, tenang saja. Qiara dalam keadaan baik. Kami menjaga dia dengan sangat baik. Dia tak kekurangan apa pun, bahkan aku sendiri yang menyiapkan makanannya nanti saat dia sadar, kami akan menyuruhnya makan." kata salah satu anak buah Denis, ia berusaha meyakinkan bosnya.Denis menghela napas, matanya menatap kosong ke depan. "Aku tak ingin ada yang menyentuhnya. Jangan sampai ada goresan di tubuhnya. Kamu tahu bagaimana aku sangat mencintainya. Aku tak rela dia hamil anak laki-laki lain. Hanya aku yang berhak mendapatkannya.""Tenang, Bos. Kami mengerti. Kami akan memastikan Qiara aman. Kami tak akan membiarkan siapa pun menyentuhnya." anak buah Denis yang lain menimpali."Bagus. Pastikan dia tetap aman. Aku akan segera menemuinya. Aku harus melihatnya. Aku harus memastikan dia baik-baik saja." Denis masih terlihat gelisah, tetapi tatapannya kini lebih lembut, penuh dengan kerinduan dan rasa sakit."Bos, apa yang akan kamu lakukan setelah itu? " tanya anak buah Denis penasaran.
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Bab. 89

Qiara membuka mata, kepala berdenyut seperti ditumbuk alu. Pandangannya buram, ruangan gelap, hanya sedikit cahaya remang-remang yang menerobos celah jendela. Dia berusaha duduk, namun tubuhnya terasa berat, terikat kuat dengan tali pada sebuah bangku kayu."Di mana aku?" bisiknya, suaranya serak. "Siapa yang melakukan ini?"Panik mulai merayap ke dalam hatinya. Dia ingat terakhir kali berada di toilet rumah sakit, menunggu Richard yang sedang menemui dokter. Lalu... kosong. Ingatannya terputus."Mas Richard! Mas Richard!" teriaknya, suaranya bergema di ruangan sunyi itu. Richard, suaminya, adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkannya. Namun, di mana Richard?Air mata mengalir deras di pipinya. "Aku takut," lirihnya, suaranya bergetar. "Aku harus keluar dari sini."Dia mencoba melepaskan ikatan tali, namun usaha itu sia-sia. Tali itu terlalu kuat. Dia terjebak, terkungkung dalam kegelapan, terpisah dari Richard."Mas Richard, tolong aku," bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.Ras
last updateLast Updated : 2024-09-08
Read more

Bab. 90 Panil

Hawa panas Jakarta seakan ikut mencengkram jantung Richard. Keringat dingin membasahi dahinya saat ia mendapati rumah kosong. Tak ada Qiara, istrinya, yang biasanya sudah bersiap menyambutnya pulang."Qiara?" Panggilnya, suaranya bergetar.Hanya keheningan yang menjawab. Ia berlari ke kamar, mencari-cari, namun tak menemukan tanda keberadaan Qiara."Via!" teriaknya, memanggil ART yang biasa membantu Qiara.Beberapa saat kemudian, Via muncul dengan wajah pucat, matanya sembab."Pak Richard, Bu Qiara... Bu Qiara..." Via terisak, tak mampu melanjutkan kalimatnya."Dimana Qiara?" Richard bertanya dengan suara serak."Bu Qiara... Bu Qiara kontraksi, Pak. Dia pamit ke toilet, tapi... tapi dia nggak balik-balik." Via terduduk di lantai, tangisnya pecah.Richard terpaku. Kontraksi? Hilang di toilet? Pikirannya berputar tak karuan."Kita ke rumah sakit, Via!" ucapnya, berusaha mengendalikan kepanikannya.Mereka bergegas menuju rumah sakit tempat Qiara dirawat. Sepanjang perjalanan, Richard
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status