Semua Bab Setelah Hujan Bulan Desember: Bab 11 - Bab 20
65 Bab
Spain
Di pagi yang cerah Mahra tergesa-gesa memeriksa kopernya. Berkali-kali melirik arloji. Tinggal satu jam lagi keberangkatannya ke Spanyol. Meninggalkan kota Banda Aceh. Tidak lama. Hanya dua minggu.Tiket Holiday yang diperolehnya secara cuma-cuma dari penerbit. Mahra tidak pernah berpikir. Bahwa tidak ada penerbit yang pernah memberikan hadiah sebesar itu kepada penulisnya. Selaris apapun bukunya. Penerbit hanya akan menambah persen royalty, jika buku seorang penulis semakin laris.Burhan sempat bertanya-tanya tentang itu. Tapi sepertinya itu hal yang wajar saja. Mungkin saja, penerbit ingin menumbuh semangat kepada para penulis. Barangkali, putrinya salah satu yang paling beruntung diantara yang beruntung.“Sudah siap, Nak?” tanya Meilida“Sudah, Mak.” Mahra meyakinkan diri tidak ada lagi yang ketinggalan.“Coba diingat-ingat lagi apa yang belum dimasukin ke koper?” perintah Meilinda lagi.Mahra kembali ke catatan kecil berupa list barang-barang yang akan dibawa. Semuanya sudah dicet
Baca selengkapnya
Surat Dari Orang Tak Dikenal
Setelah puas mengelingi kota Madrid. Mahra beranjak ke kota Barcelona. Kemudian menjelajah seluruh sudut negara Spanyol. Seorang diri tanpa ada seorang pun yang dia sebut cinta. Cinta, baginya kadang-kadang begitu menyebalkan dan menyakitkan. Tapi, kini dia sudah kehilangan separuh cinta. Cinta yang sudah diperjuangkan pergi begitu saja. Tanpa sedikitpun menghargai rasanya yang tulus dan ikhlas.Mahra menikmati perjalanannya ke kota yang terkenal dengan sepak bola itu. Madrid dan Barcelona. Dua klub bola paling terkenal di dunia. Bahkan anak-anak di sudut negerinya hafal nama pemain kedua klub ini.Setelah mengunjungi setiap kota. Dua hari digunakan untuk mengistirahatkan tubuh. Sembari menulis jurnal travelingnya. Mahra menertawakan diri sendiri, seorang penulis novel malah berubah menjadi blogger travel.Sebenarnya, Mahra sudah lama mengintip dunia blogging itu. Hanya saja, semenjak memutuskan tidak mempublikasikan tulisannya. Demi mematuhi perintah Refans. Mahra hanya mempelajari d
Baca selengkapnya
Pertemuan Ketiga
Mahra mendorong troly yang penuh dengan koper-koper yang terisi penuh. Dengan sebuah kacamata hitam yang hampir menutup wajahnya.Angga saat tanggal mendekati kepulangan Mahra. Dia pergi ke Spanyol, hanya untuk mengontrol perjalanan Mahra seorang diri. Dia takut, ada orang-orang yang bermaksud jahat pada perempuan pujaannya itu.“Serius kamu Ngga mau nyusul Mahra ke sana?” tanya Cika.“Nampak aku main-main Cik?” tanya Angga.“Yayaya cinta sejati memang harus diperjuangkan!” Cika seraya meneguk tehnya. “Gimana kalau kamu ungkapin perasaan kamu di sana!”“Oh tidak Cika. Itu namanya bunuh diri!” Angga membayangkan wajah dingin Mahra saat mereka bertemu dulu,“Jadi kamu mau nunggu lagi?” tanya Cika.“Bahkan lukanya belum kering. Mana mungkin dia dengan gegabah menerima orang baru! Mahra tidak sebodoh itu.” Rahang laki-laki 32 tahun itu menegang.“Ya aku tahu. Bukankah kamu juga begitu?” tanya Cika balik.“Eh nggaklah. Beda laki-laki dan perempuan! Apalagi aku dengan Lira menikah dengan ter
Baca selengkapnya
Permohonan Maaf Refans
Akmal langsung mengikuti Angga. Laki-laki itu berjalan menuju parkiran.“Maaf sepertinya saya melihat anda berbicara dengan adik saya.” Tanya Akmal setelah mendekatinya.“Maaf, siapa yang anda maksud?” tanya Angga.“Nadia Mahra.” Akmal masih menunjukkan ekspresi dinginnya.“Oh iya.” Angga segera tersenyum.“Anda mengenalnya?” tanya Akmal. Dai sedang mencari tahu penyebab Mahra dan Refans bercerai.“Ya, siapa yang tidak mengenalnya dia penulis best seller.” Angga tertawa pelan. “Maaf anda saudaranya?”“Ya saya Kakaknya.”“Salam kenal, saya Angga, penggemar novel Nadia.” Dia berusaha agar tidak keceplos dengan masalah yang berkelit dengan mereka.“Lalu siapa perempuan tadi?” tanya Akmal. “Yang hendak menjambak adikku?”“Dia mantan istriku?”“Mantan istri?”Angga mengangguk.“Sepertinya kita perlu ngopi?” ajak Akmal.“Oh boleh.”Angga masih tersenyum.“Saya harus mengantar Mahra ke apartemen. Kita ngopi di dekat apartemen kami aja bagaimana?” tawar Akmal.“Oh tentu saja. Ini nomorr ponsel
Baca selengkapnya
Refans Menjual Perusahaan
“Ayah, Angga berencana membuka bisnis di Aceh. Bagaimana menurut Ayah?” tanya Angga sambil memijat lembut kaki ayahnya.Pak Muhar menatap putranya lekat-lekat. Dia menemukan semacam semangat menggebu di dalam iris cokelat sang putra.“Untuk sektor wisata apakah cocok dengan Aceh yang sering terjadi kontrapersepsi tentang wisata halal, Nak?” tanya sang ayah dengan sangat lembut.“Kita akan mengikuti adat budaya di sana, Yah. Bukankah sangat bagus jika kita bisa mengembangkan sektor wisata di bumi serambi Mekkah itu dengan konsep islami!” ulas Angga.“Ayah percaya jika kamu yakin, Nak. Tapi, kenapa tiba-tiba kamu ingin melebarkan sayap bisnismu jauh ke ujung barat sana?” sang ayah mulai menyelidiki tindak tanduk putranya.“Ayah, Aceh itu sangat indah. Banyak sekali destinasi yang sangat layak untuk dikembangkan. Seperti pulau Simeulue, pulau Aceh, pulau Banyak. Sebenarnya semua pulau itu sama indahnya seperti Sabang, hanya saja tidak terkelola sebagai tempat wisata yang berkelas.” Angg
Baca selengkapnya
Senandika Sang Ayah
Pak Muhar sakit-sakitan sejak Angga kuliah. Sejak bertahun-tahun itu, Angga mampu membagikan waktunya. Kuliah, mengurus ayah, lalu mengurus bisnis yang makin hari makin meroket ke atas. Angga sangat elit bermain usaha. Melihat peluang dan memanage usahanya. Meskipun perusahaannya itu warisan sang ayah. Tetap saja, tanpa kepemimpinan yang epik. Tentu perusahaan tersebut sudah ambruk sejak Pak Muhar sakit-sakitan.Tapi, berkat kegigihan dan keuletan Angga. Perusahaan itu tetap gagah menjadi perusahaan travel yang cukup maju di Indonesia. Angga juga membuka penginapan, restoran sebagai cabang dari travel mereka.Sifatnya yang kompeten, loyal, kreatif, penuh tanggung jawab juga pandai merangkul anggota. Membuat perusahaan Ayahnya tetap gagah, tetap aktif dan maju.Sebagai seorang CEO berkelas. Tentunya, orang mengira dia sibuk bekerja. Pulang larut malam, sampai makan pun harus terhidang di depan. Orang-orang terdekatnya susah untuk sekadar mengajak ngobrol. Tidak, Angga justru, selalu me
Baca selengkapnya
Berkembang dan Terpuruk
Sore yang dingin, gerimis memecahkan kerinduan terdalam pada orang-orang yang sudah jauh gamitan tangannya. Pak Muhar biasanya menghabiskan waktu di kamarnya yang sudah di desain sedemikian rupa. Sehingga beliau sangat betah berlama-lama di sana.Interior yang klasik. Sebuah lukisan pemandangan sebuah pantai yang cukup populer di Aceh Pantai Lampuuk. Rak buku yang rapi. Berisikan buku-buku tentang bisnis, politik, agama dan juga beberapa novel detektif dan novel pengembangan diri. Dan sebuah meja kerja di lengkapi dengan komputer untuknya menulis. Kamar itu sangat rapi. Sebuah sajadah nampak terbentang di atas permadani di samping kanan tempat tidurnya. Ada sebuah Al-Qur’an yang selalu dibaca sebelum tidur dan sehabis salat. Sedangkan di sebelah kiri ada dua foto berbingkai unik dari kayu. Foto dia dan istri saat Angga masih balita. Dan foto istrinya seorang diri dengan pose yang nyentrik seperti anak-anak muda sekarang.Pak Muhar tidak sibuk dengan urusan sendirinya. Pada sore terse
Baca selengkapnya
Tiga Bersaudara
Mahra sudah menghitung semua royalti penjualan buku. Yang sudah ditransfer lumayan besar. Lalu orang tuanya menambah hingga puluhan juta. Sehingga modal awal untuk yayasan “Mata Hati” sudah memadai.Mata hati adalah nama dari yayasan yang dibangun Mahra. Hasil penelitian di lapangan juga sudah di rekap dari beberapa kabupaten yang dikunjungi. Dia membangun komunikasi yang baik dengan pemuka masyarakat. Seperti camat, mukim, kepala desa, kepala sekolah, ketua yayasan dan tokoh-tokoh adat.Melalui para tokoh tersebut, Mahra meminta untuk dikirim anak-anak yang mau diasramakan, dibina untuk pengembangan diri. Untuk tim pengajar, khusus pelajaran agama. Akan dibuat seperti sistem dayah. Pelajaran agama akan dipelajari malam hari. Untuk gurunya langsung dicari dari dayah-dayah yang ada di sekitar Banda Aceh dan Aceh besar.Mahra juga sudah membangun komunikasi dengan beberapa kenalan yang notabene orang Dayah. Para pemuka-pemuka agama tersebut berjanji akan mengirim orang-orang yang berku
Baca selengkapnya
Dua Murid Pertama
Yayasan resmi di buka. Meskipun masih tahap awal, tetap ditentukan tahap rekrutmen penerimaan siswa. Siswa dikirim dari berbagai latar belakang, usia berbeda. Pada hari pertama, Mahraa menerima dua orang siswa yang di kirim dari perdalaman Aceh Selatan. Keduanya yatim piatu, adik beradik.“Perkenalkan nama saya Yatim dan ini adik saya Yatam,” anak tersebut memperkenalkan diri dengan susah payah. Karena dia belum begitu mahir bahasa Indonesia. Sehari-hari dia menggunakan Bahasa Kluet. Mahra menahan tawa. Saat mendengar nama mereka yang hanya berbeda satu huruf vokal. Tapi terdengar unik, ‘ Yatim dan Yatam’ siswa pertama Yayasan ‘Mata Hati’. Karena masih berdua. Mahra memboyong mereka ke rumahnya.Kedua anak kakak beradik tersebut berangkat dari kampung dengan nekat ingin menjadi orang sukses. Karena selama ini mereka hanya tinggal bersama pamannya yang hidup dalam keadaan pas-pasan. Keduanya hanya terpaut usia dua tahun. Yatim berusia empat belas tahun. Sedangkan adiknya dua belas t
Baca selengkapnya
Simeulu Europe
Setelah penantian berbulan-bulan. Bisnis pariwisata Angga pun kelar. Seluas dua hektar, bibir pantai didesain sedemikian rupa. Sehingga nampak begitu mempesona, membuat para penikmat traveling menelan ludah. Karena tanah seluas dua hektar itu, bisa memberikan nuansa traveling ke negeri Belanda, Paris dan Italia. Tanah seluas dua hektar tersebut , dibagia dalam tiga bagian. Sebagian tempat dihiasi dengan puluhan kincir angin dan kafe-kafe yang berbentuk perumahan di desa Kinderdijk Belanda. Sebagian lagi didesain bagai bangunan negeri Roma yang digagahi oleh menara Pisa. Dan sebagian lagi di gagahi oleh menara Eiffel. Semua bagian tempat di lokasi tersebut menyuguhkan pesona Eropa.Angga tersenyum puas, saat mengelingi tempat barunya itu. Arsitektur yang sangat luar biasa, bisa memadukan ketiga negara maju dalam satu lokasi. Meksipun tempat bernuansa Eropa, makanannya tetap kuliner khas Aceh.Aneka olahan lobster, olahan kepiting, ikan, cumi-cumi da kerang. Dan juga aneka kopi khas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status