All Chapters of ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW: Chapter 11 - Chapter 20
23 Chapters
Bab 11
"Siapa yang letakkan rekaman ini?" gumam Adinda.Adinda yang penasaran dengan isi rekaman itu, dia sambungkan alat itu di ponselnya dan mulai mengotak atik rekaman itu. video rekam itu masih berputar beberapa detik dan setelah itu tampillah video yang membuat Adinda membulatkan matanya kedua tangannya menutup muulutnya."Ridho?" Tangan Adinda bergetar hebat saat melihat video yang diputar lewat ponselnya. Di mana di dalam video itu terlihat jelas Ridho tengah melakukan hal yang seharusnya tidak pantas dilakukan seorang paman pada ponakannya. tapi di dalam video itu terlihat Ridho seperti bukan seorang paman, tetapi seperti setan. Melihat Ridho melakukan hal bejat membuat Adinda langsung lempar rekaman itu di atas tempat tidur. Dia tidak kuat melihat sang putra yang menangis histeris saat laki-laki bertubuh kekar itu melakukan hal bejat padanya. Air matanya tak henti-hentinya luruh dan tubuhnya bergetar hebat. Ditambah lagi mendengar teriakan Ikshan di dalam video itu membuat uluh
Read more
Bab 12
"Kamu kenapa, Mir? Kenapa wajah kamu lebam semua? Apa apa terjadi dengan kamu?" Lina sangat cemas melihat wajah cantik istri yang biru seperti dipukul orang. "Tidak kenap kok, Bu. Ini karena Mira salah skincare makanya lebam seperti ini." Mira berbohong. Dia terpaksa berbohong karena di meja itu ada Adinda.Adinda terlihat santai saja, dia menyeruput susu buatnya dan menyantap roti tawar yang sudah dibaluri selai. Tetapi matanya menatap tajam ke arah Mira dengan tatapan penuh ancaman yang sangat berbahaya.Sedangkan Lina heboh dengan kondisi kedua anaknya yang bangun pagi muka sudah penuh dengan lebam. "Kamu juga Roy, kenapa wajah kamu juga seperti itu?" tanya Lina. "Tidak kenapa-kenapa," jawab Roy juga berbohong, karena tidak mungkin dia jawab dengan jujur pada Ibunya apa lagi di meja makan ada Adinda. "Sudah, Bu. Ayo, sekarang kita sarapan." Mira menuntun Ibunya untuk duduk kembali di kursi. Lina duduk di kursinya dan Roy duduk didekat Ibunya. Sedangkan Mira, wanita itu terp
Read more
Bab 13
"Kamu pikir kamu bisa mengalahkan aku? Tidak, kamu tidak akan bisa menyalahkan aku dan aku tidak akan pernah mau dikalahkan sama kamu wanita sialan!""Aku yang akan buat hidupmu menderita!"Adinda berucap dengan tubuh yang sedikit membungkuk di hadapan Mira. Adinda berhasil melawan serangan Mira dengan memukul kepala Kakak iparnya itu dengan bingkai foto hingga jatuh tersungkur di lantai.Adinda bangkit berdiri, lalu dia menyeret tubuh Mira keluar dari kamar. Dia akan mengurung wanita yang sudah menyakiti putranya itu di gudang.Sesampainya di gudang, Adinda mengikat kaki dan tangan Mira sama seperti yang dilakukan suaminya kalah itu pada Ikshan.Setelah diikat kaki dan tangan Mira, Adinda juga membekap mulut Mira dengan kain. Dengan begitu wanita itu tidak akan bisa kabur dan teriak meminta pertolongan orang lain.Sesudah itu Adinda bergegas meninggalkan gudang dan tidak lupa dia mengunci pintu gudang. Adinda kembali ke kamarnya, dia akan mengobati lukanya.Ibu dari Ikshan Muhammad i
Read more
Bab 14
Bugh! Suara tubuh terjatuh dan tersungkur di lantai. "Mati saja kau laki-laki pengganggu!"Tubuh Roy jatuh tersungkur di lantai kamar mandi. Pria itu benar-benar mabuk parah. Ibnu yang bersembunyi di balik pintu pun bergegas keluar dari kamar mandi dan mengajak Adinda untuk pergi dari sana. Ibnu tidak rela meninggalkan Adinda di rumah itu sendirian, apa lagi Roy yang mabuk seperti itu. Ibnu takut jika laki-laki itu melukai Adinda. "Ayo, kita pergi dari sini." Tanpa menunggu persetujuan Adinda, Ibnu menarik tangan Adinda keluar dari kamar itu. Adinda hanya bisa nurut karena dia juga merasa takut jika Roy melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Ibnu bawa Adinda ikut bersamanya. Ibnu bawa Adinda ke rumah sakit. Dalam perjalanan Adinda hanya diam saja, dia tidak berbicara sepatah kata pun. "Maaf, kalau saya memaksa kamu untuk ikut bersama saya. Tapi yang jelas saya takut jika kamu tetap di rumah dan disakiti oleh suamimu yang sedang mabuk itu.""Tidak masalah. Saya juga takut mas
Read more
Bab 15
Adinda baru saja sampai di rumah, kepulangan ke rumah itu langsung disambut oleh Roy. Suaminya itu sudah berdiri di depan dengan kedua tangan lipat di depan dada. Adinda tidak peduli dengan keberadaan Roy, dia melangkah masuk melewati lelaki itu. Tetapi tangannya dicekal sehingga langkahnya terhenti. Tanpa menoleh ke arah orang yang menahan tangannya, Adinda menepis tangannya dengan kasar sehingga terlepas dari cekalan tangan orang di belakangnya. "Dari mana kamu? Kenapa kamu selalu keluar setiap hari?" Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh Roy. "Aku cari Ikshan, apa kamu pernah berpikir untuk mencari keberadaan anak kita?" Adinda jawab dengan nada ketus. "Ups, aku lupa kalau kamu kan telah merekayasa kematian Ikshan." Tanpa merasa takut Adinda mengucapkan benaran yang ada. "Jaga ucapanmu Adinda, kamu harus terima kenyataan! Ikshan sudah mati!" Roy tetap kekeh menganggap Ikshan meninggal. Adinda tersenyum sinis dan berbalik badan menatap suaminya itu. Tanpa berkata-kata lagi, Ad
Read more
bab 16
Adinda melangkah ke dalam gudang dan dia menatap Mira dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Dia melangkah mendekati Kakak iparnya itu lalu dia melepaskan ikatan pada tangan Mira dan membiarkan Kakak iparnya itu keluar. Bukannya keluar, tetapi Mira bersujud di kaki Adinda dengan raut wajah pucat pasi. Dia menahan rasa lapar karena sudah dua hari dia tidak makan ataupun minum. "Adinda, aku minta maaf. Aku minta maaf kalau sudah menyiksa Ikshan dulu. Aku minta Adinda, aku menyesal dengan perbuatanku pada Ikshan." Tidak disangka-sangka ternyata Mira melakukan itu pada Adinda. Dia meminta maaf pada Adik iparnya atas perbuatannya yang selama ini dia lakukan pada Ikshan."Aku minta maaf," ucap Mira lagi. Mungkin dengan cara yang dilakukan Adinda selama dua hari dengan cara mengurungnya di dalam gudang membuat wanita itu sadar akan kesalahannya, dan dengan penuh penyesalan dia meminta maaf pada Adinda. Adinda tidak berkata apapun, dia memundurkan langkahnya menjauh dari Mira. Dia
Read more
Bab 17
Akhirnya kamu pulang juga, Adinda." "Iya, Mas. Aku pulang." Adin baru saja sampa di rumah setelah satu minggu tidak pulang ke rumah. Adinda jatuhkan bokongnya di atas sofa. Dia mengambil amplop di dalam tasnya dan dia berikan pada Roy, suaminya. Roy mengerutkan keningnya lalu membuka isi amplop tersebut. Roy membuka perlahan amplop itu dan dia sangat terkejut saat melihat tulisan pada bagian atas surat tersebut. Sebelum membaca isi surat Roy melihat ke arah Adinda dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. "Tolong ditandatangani, Mas," pinta Adinda. "Jika dengan cara ini bisa membahagiakan kamu dan Ikshan dan menyembuhkan luka di hati kalian, maka Mas akan lakukan ini. Mas akan menandatangani surat ini dan Mas akan bawa ibu dan kak Mira pergi dari rumah ini." "Mas tidak perlu pergi dari rumah ini, biar Adinda saja yang pergi. Biar Adinda yang mengalah," kata Adinda "Adinda ini rumah ka—" "Iya, ini rumah yang Mas beli pakai uang hasil jerih parah aku, tapi Adinda tidak
Read more
Bab 18
Hari ini adalah hari persidangan perceraian Adinda dan Roy. Adinda sudah bersiap diri untuk menghadiri persidangan di pengadilan. Tentunya Adinda akan ditemani oleh pengacaranya dan juga dokter Ibnu. Saat ini dokter Ibnu sudah ada di kediaman Adinda, dia sudah menunggu Ibu satu anak itu di ruang tamu. Adinda dan Ikshan keluar dari dalam kamar dan menghampiri Ibnu. Ikshan akan ikut bersama mereka pengadilan dan tentunya di pengadilan nanti bocah itu akan dijaga oleh Ibnu di dalam mobil. "Sudah siap?" tanya Ibnu dan tersenyum pada Adinda dan Ikshan. "Iya," jawab Adinda disertai anggukkan. "Iya, Om Dokter. ikshan dan Ibu sudah siap," jawab Ikshan dan langsung mengandeng tangan Ibnu. "Ayo, kita berangkat!" Ibnu mengandeng tangan Ikshan menuju mobil. Adinda keluar dari rumah dan tidak lupa dia mengunci pintu rumah. Setelah itu mereka pun masuk ke dalam mobil. "Duduk di depan." Ibnu meminta Adinda untuk duduk di depan bersamanya dan juga Ikshan."Saya saya di belakang saja sama Iksh
Read more
Bab 19
"Ibu aku undang kamu dan Ikshan untuk makan malam di rumah." "Ibu kamu? Beliau kenal aku dan Ikshan?" Adinda terkejut saat Ibnu mengajaknya untuk makan malam bersama orang tua laki-laki itu. "Ya, aku yang ceritain tentang kalian ke ibu dan ayah. Kamu tidak marah kan?" Ternyata Ibnu sudah menceritakan pada kedua orang tuanya. Dia menceritakan semua tentang Adinda dan Ikshan. "Tidak marah, tapi aku malu." Adinda tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Adinda merasa malu pada orang tua Ibnu. Dia malu karena dia hanyalah seorang wanita biasa yang tidak memiliki gelar apapun. Sedangkan Ibnu, laki-laki itu adalah seorang pria dengan gelar dokter spesialis. "Kenapa malu? Hmm?" tanya Ibnu dengan menaikan kedua alisnya. "Aku dan keluargaku terima kamu dan Ikshan dengan tulus hati, Adinda. Kamu tidak perlu berpikiran yang tidak-tidak dan tidak perlu membandingkan antara kehidupan keluargaku dan keluargamu. Kita semua sama.""Kita beda, Ibnu. Kamu lulusan sarjana. Sedan
Read more
Bab 20
"Maukah kau menjadi istriku?""Maukah kau menjadi istriku?" Lida Adinda terasa kelu tak bisa berkata-kata. Hanya air matanya yang berbicara, air matanya mengalir membasahi pipinya. "Ya, aku mau," jawab Adinda dalam hati. Dia belum bisa menjawabnya secara langsung pada pria itu. Karena dia masih ingin membicarakan itu semua pada putranya.Adinda akan meminta persetujuan dari Ikshan, karena saat ini yang diutamakan adalah kebahagiaan putranya."Maaf, aku belum bisa terima kamu. Aku ... Aku harus bicarakan terlebih dahulu pada Ikshan." Adinda tidak menerima lamaran Ibnu."Oke, aku sendiri yang akan bicarakan ini pada Ikshan. Aku yang akan meminta izin padanya," kata Ibnu dengan sungguh-sungguh.Setelah itu Ibnu kembali menutup kotak cincin dan dia kembali memasukan ke dalam kantong jasnya.Sesudah itu dua insan anak manusia itu duduk di kursi masing-masing, lalu mereka pun menikmati hidangan yang sudah disiapkan di atas meja.Tidak ada pembahasan di antara dua insan itu. Mereka begitu
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status