All Chapters of Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati: Chapter 41 - Chapter 50

59 Chapters

Empat Puluh Satu

"Ibu kenapa hanya diam? Dulu, aku patuh ketika harus ikut melakukan hal buruk pada Mbak Salma. Sekarang, aku hanya minta, Ibu membantu bicara pada Mas Guntara tentang Mbak Salma. Mbak Salma tidak sebaik yang dikira oleh Mas Guntara, Bu. Ibu bisa melihat semua foto itu." Ucapan Aliyah jelas sangat mempengaruhi Yulianti saat itu.Malam itu, rumah Yulianti yang biasanya hangat kini terasa dingin. Lampu ruang tamu yang temaram memantulkan bayangan tubuhnya yang gelisah di dinding. Yulianti duduk di sofa, menggenggam cangkir teh yang mulai mendingin. Sesekali, matanya menatap pintu depan seolah menunggu seseorang masuk. Napasnya terdengar berat, dan tangannya sedikit gemetar.Di lantai atas, Aliyah mengurung diri di kamar. Ia sudah kehabisan tenaga untuk menangis. Foto yang tadi siang ditemukan masih tergenggam erat di tangannya, sementara pikirannya dipenuhi prasangka buruk. Dalam hati, ia bertanya-tanya, apakah benar Yulianti akan menasehati Guntara seperti yang dijanjikan? Namun, instin
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Empat Puluh Dua

Sejak kejadian itu, Salma lebih sering menghabiskan waktu di kafe. Ada agenda tersendiri untuk pergi ke kafe. Jika hari kerja, maka sepulang kerja akan mendatangi kafe langganannya. Salma merasa tenang saat berada di tempat itu. Senja sudah menutup hari sejak lama ketika Salma melangkah keluar dari sebuah kafe kecil di sudut kota. Aroma kopi masih melekat di udara, bercampur dengan bau tanah basah setelah hujan. Langit berwarna oranye keemasan, dan angin sepoi-sepoi membuat rambut Salma sedikit berantakan. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikiran yang sejak tadi berputar-putar tentang langkah selanjutnya dalam rencananya.Namun, langkahnya terhenti saat sebuah suara memanggilnya. “Salma?”Salma menoleh perlahan. Di sana, berdiri seorang pria dengan jas abu-abu rapi, wajahnya tak asing. Arif. Mata mereka bertemu sejenak, membawa kenangan yang selama ini ia kubur dalam-dalam. Salma mengerutkan kening, berusaha menenangkan dirinya yang tiba-tiba diliputi rasa tak nyaman.“A
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Empat Puluh Tiga

Pagi itu, Gina berdiri di depan jendela kamarnya. Matanya menerawang ke luar, memandang dedaunan yang bergoyang pelan diterpa angin. Namun, hatinya tidak tenang. Di tangannya, sebuah cangkir kopi yang sudah dingin digenggam tanpa minat. Pikiran Gina terus melayang pada sosok Danu. Sudah berhari-hari Danu tidak memberi kabar apa pun. Meski kadang pesan atau panggilan dari Danu diabaikan, tetapi Gina saat ini merasa sangat sakit. Apa yang dilakukan oleh Danu seolah membenarkan jika kabar kedekatan mereka benar. Ya, Salma sudah mengatakan semua beberapa waktu yang lalu. Gina meraba dada, sakit sekali rasanya.Gina menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Akan tetapi, bagaimana mungkin ia bisa tenang? Di luar sana, desas-desus tentang kedekatan Danu dengan Salma terus menghantui pikirannya. Apakah gosip itu benar? Gina merasa hatinya seperti diremas. Ia mencoba percaya, mencoba berpikir bahwa semua itu hanya kebohongan. Namun, sikap Danu yang dingin dan menghindar membuat harapan
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Empat Puluh Empat

"Maksud, Bang Reza bagaimana?" Gina mengusap air mata dengan cepat."Ya, aku paham. Kamu tidak bisa seperti ini. Kalian harus bicara. Status pernikahan kalian menggantung. Tidak ada ketegasan sama sekali."Wajah Gina seketika menegang mendengar ucapan kakak pertamanya itu. Ia tahu, sang kakak sudah memikirkan banyak hal. Akan tetapi, dari dalam hati yang terdalam, Gina belum siap jika ada perceraian. Ia masih ingin bertahan demi Putri."Aku sudah menghubungi Danu. Sebentar lagi, dia akan datang." Ucapan Reza membuat bulu kuduk Gina meremang seketika. Pagi itu, suasana rumah keluarga Gina terasa tegang. Matahari sudah meninggi, tetapi hawa dingin dari angin pagi terasa menusuk tulang. Di ruang tamu yang sederhana namun bersih, Reza duduk di sofa dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya mengeras, rahangnya tegang. Di depannya, Danu berdiri dengan sikap defensif, wajahnya penuh amarah yang sulit ditutupi.“Jadi ini rencanamu? Membiarkan Gina pergi ke luar negeri hanya karena kau tak mam
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Empat Puluh Lima

Rumor kepergian Gina ke luar negeri sebagai TKW terus menjadi buah bibir di lingkungan kontrakan Danu. Di pagi yang dingin, suara burung gereja bercampur dengan bisik-bisik para tetangga yang berkumpul di depan warung kecil milik Bu Siti. Para ibu-ibu membicarakan nasib rumah tangga Gina dan Danu dengan nada sinis, seolah mereka tahu segalanya.“Laki-laki itu benar-benar tidak tahu diri,” kata Bu Siti sambil memotong tempe untuk dijual. “Istrinya banting tulang ke luar negeri, dia malah ongkang-ongkang kaki.”“Memangnya kamu nggak lihat? Salma hampir setiap hari ke kontrakannya. Kalau sudah begitu, siapa yang salah?” timpal salah satu tetangga, suaranya penuh curiga.Apa yang mereka katakan memang benar adanya. Dua orang itu memang tidak tahu diri. Salma sudah menebalkan telinga. Ia tidak akan peduli apa pun yang dikatakan orang-orang.Danu, yang kebetulan melewati warung itu, mendengar semua perkataan mereka. Namun, seperti biasa, ia memilih diam. Tatapannya kosong, kakinya melangkah
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Empat Puluh Enam

Pagi itu, suasana di bandara Frankfurt masih dipenuhi lalu-lalang para penumpang. Gina duduk di salah satu bangku dekat gerbang kedatangan, wajahnya terlihat lesu meski dirinya berusaha tetap tegar. Dua hari sudah ia tiba di negara ini, tetapi tubuhnya masih terasa lelah akibat perjalanan panjang yang diwarnai keterlambatan pesawat. Ia memandang layar ponsel yang tergeletak di atas pangkuannya, jari-jarinya sesekali meremas bagian sisi perangkat itu.Gina terbang ke Jerman karena ingin mengubah nasib. Mengapa harus Jerman? Satu alasan Gina, ia tidak mau bertemu dengan banyak orang Indonesia. Tidak menutup kemungkinan ada yang dikenalnya dan juga mengenal Danu. Di negara ini, Gina akan bekerja sebagai pelayan di salah satu restoran.Sejujurnya, Gina tidak benar-benar berharap ada kabar dari Danu. Namun, perasaan kecewa itu tetap menguasai dirinya. Bukan hanya kecewa karena Danu tak mencoba menghubunginya, melainkan karena ia tahu betul apa yang mungkin sedang dilakukan pria itu sekaran
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Empat Puluh Tujuh

Malam itu, rumah kontrakan Danu terasa lebih sepi dari biasanya. Biasanya, Salma akan datang membawa makanan atau sekadar mengobrol ringan dengannya di ruang tamu. Tapi malam ini, Danu sengaja meminta Salma untuk tidak datang. Ia butuh waktu untuk memikirkan usulan Salma—menikah secara siri.Danu berjalan mondar-mandir di ruang tamu, sesekali melirik jam dinding yang berdetak pelan. Ia tidak bisa memungkiri bahwa sejak kehadiran Salma, kekosongan yang ditinggalkan Gina sedikit demi sedikit mulai terisi. Namun, setiap kali ia mulai nyaman dengan Salma, bayangan Gina kembali muncul, mengingatkannya pada cinta yang dulu begitu ia perjuangkan. Hatinya masih terbelah.“Salma memang perempuan yang baik,” gumam Danu sambil duduk di karpet. Tangannya meremas rambutnya dengan frustrasi. “Tapi apakah aku siap untuk menikah lagi, bahkan jika hanya secara siri?”Danu menghembuskan napas panjang dan menatap kosong ke arah dinding. Di atas meja kecil di depannya, secangkir kopi hitam mulai dingin.
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Empat Puluh Delapan

Pagi itu, Salma duduk di teras rumahnya, ditemani secangkir teh hangat dan angin pagi yang lembut. Senyumnya mengembang, mengingat percakapan terakhirnya dengan Danu. Setidaknya, pria itu mempertimbangkan usulannya. Hal itu membuat hati Salma terasa lebih ringan. Ia tahu, omongan orang lain tak perlu digubris. Mereka tak tahu bagaimana perjuangan hidupnya selama ini. Mereka juga tidak ada saat ia terpuruk dan harus membangun segalanya dari awal.Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Telepon dari nomor yang tak dikenal. Panggilan masuk yang tidak diharapkan. Sangat mengganggu. Salma terpaksa mengangkat panggilan itu. “Jika ingin selamat, pikirkan rencana licikmu itu."Salma menarik napas panjang. Ancaman itu dari seorang laki-laki. Namun, ia tidak mengenal siapa pemilik suara itu. Salma merasa asing dengan pemilik suara yang baru saja mengancamnya itu.“Maaf, ini siapa?"“Kamu nggak perlu tahu. Yang aku inginkan, segera sudahi rencana jahatmu kalo tidak ingin menyesal."“Tapi..
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Empat Puluh Sembilan

Pagi itu, Salma duduk di ruang tamu rumahnya yang sederhana. Sebuah jendela kecil di sisi ruangan memancarkan cahaya matahari yang hangat, tetapi tak cukup mengusir rasa dingin yang merayapi hatinya. Ia menatap cangkir teh di depannya yang sudah dingin sejak tadi. Pikirannya kalut, terutama setelah mendengar dari Danu bahwa Guntara mengetahui rencana mereka menikah secara agama. Salma tahu ini akan menjadi awal dari kekacauan yang baru.'Dia itu nggak bosan-bosannya bikin aku susah. Nggak mikir apa, udah punya istri. Dan parahnya istrinya lagi dirawat di rumah sakit!' Salma marah di dalam hati karena ulah sang mantan suami. Danu belum datang pagi itu, seperti biasa akan terlambat lagi. Salma menghela napas panjang, mencoba meredam rasa frustrasinya. Ia tahu Danu bukan sosok sempurna—pengangguran yang hanya mengandalkan kiriman dari Gina, istrinya yang bekerja di luar negeri. Entah kapan Gina akan mengiriminya uang, belum bisa dipastikan. Namun, Salma tetap bertahan. Bukan karena cin
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Lima Puluh

Suasana senja mulai merayap saat Guntara memarkir mobilnya di depan rumah. Wajahnya terlihat tegang, dengan rahang yang sesekali mengatup erat, menahan kemarahan yang masih membara. Pertemuannya dengan Salma di rumah itu tadi menjadi pemicu. Kata-kata Salma terus terngiang di kepalanya, menambah sesak di dadanya.Guntara bahkan tidak bisa menjawab ucapan Salma. Sang mantan istri sangat menolak ide gila. Menceraikan Aliyah akan ditempuh Guntara agar Salma mau rujuk. Namun, kenyataan berkata lain, Salma menolak mentah-mentah ide itu.'Apa dia juga nggak mikir kalo Danu masih sah secara hukum dan agama sebagai istri Gina? Bahkan Gina rela menjadi tulang punggung.' Danu hanya bisa berbicara dalam hati saja dengan penuh emosi. Namun, pemandangan yang menyambutnya di depan rumah membuat langkahnya terhenti. Yulianti, sang ibu, berdiri di dekat pagar dengan tangan terlipat di depan dada. Wajahnya terlihat kesal, tetapi sorot matanya sangatlah tajam, seperti sedang mempersiapkan konfrontasi.
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status