Home / CEO / SEBENARNYA AKU KAYA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of SEBENARNYA AKU KAYA: Chapter 11 - Chapter 20

25 Chapters

Bab 11 Tampil Berbeda

Saat hendak berbelok, mengikuti si penunjuk arah. Terdengar suara seseorang yang sangat kukenal."Bu, itu bukannya Mbak Hana?""Ngaco kamu, mana mungkin itu dia! Kaya bumi sama langit," ucapnya kasak kusuk, tetapi masih terdengar olehku."Iya juga ya, Bu, ga mungkin Mbak Hana bisa secantik dan lebih muda seperti itu."Tanpa menoleh, pun, aku tahu siapa yang berbicara. Tentu saja mereka tak akan mengira jika aku adalah si menantu yang tak mereka harapkan. Apalagi aku menggunakan make up terbaik yang membuat wajahku semakin sempurna. Tidak terlihat tua seperti yang selalu dikatakan adik iparku itu. Seiring langkah yang menjauh, suara kedua orang  tersebut tidak terdengar lagi. Aku disambut hangat oleh keluarga Diantoro ketika si pengantar memberitahukan identitasku."Selamat datang, Bu Ratu," sambut lelaki bertumbuh gempal sambil mengulurkan tangan kanannya. Wajahnya terlihat sangat ram
Read more

Bab 12 Ketakutan Prasetyo

Terdengar suara deru mobil berhenti di depan rumah, sepertinya mereka telah kembali dari pesta. Untunglah aku sudah selesai membersihkan diri dan menyimpan segala perlengkapanku."Sakha!" Aku langsung mengambil anak lelaki yang terlelap dalam gendongan ayahnya ketika pintu utama kubuka.Mendengarnya hilang dalam keramaian membuat jantungku berdetak tak karuan. Beruntung saat itu ada seorang lelaki muda baik yang mau menemani dan membantunya.Saat itu, ketika aku ingin menghampiri, kulihat Mas Prasetyo juga tengah berlari kearahnya. Tampak kepanikan juga menghiasai wajah suamiku. Aku menghentikan langkah, lalu mencari tempat persembunyiam agak tak terlihat olehnya."Ya ampun, Hana, anakmu itu cuma pergi sebentar, sama ayahnya pula. Kok, kaya orang baru kehilangan aja. Lebay sekali kamu!" sindir ibu yang berada di belakang Mas Prasetyo.Melihatku yang memeluk dengan erat, menciumi wajah dan tubuh Sakha, juga tanpa s
Read more

Bab 13 Salalh Paham

Aku meradang demi mendengar keputusan ibu yang memanfaatkan situasai dengan mengatas namakan sebuah janji. Teganya ia membuat badai dalam ketenangan keluarga kecilku. Dan di saat aku menahan sesak bercampur kesal, terdengar suara teriakan Mbak Siska dari ruang tamu kemudian disusul lengkingan suara tangisan Sakha."Sakha!" Aku langsung bergegas ke asal suara dan langsung terbelalak mendapati pemandangan di depanku."Dasar anak nakal!" ucap Mbak Siska yang tengah mencubit Sakha sehingga membuat anakku itu semakin mengeraskan suara."Mbak Siska!" Aku berteriak sambil menyingkirkan tangannya yang hendak menyakiti Sakha lagi."Apa apaan, sih, Mbak. Kok, main cubit aja." Kuambil tubuh kecil yang tampak kesakitan. Lalu melihat pergelangan tangan dipegangnya.Aku semakin membulatkan mata ketika melihat luka terkelupas di lengan Sakha. "Ajarin anakmu, tuh. Jangan suka ngambil barang orang. Ma
Read more

Bab 14 Kegagalan

Waktu sudah menujukkan pukul dua belas siang. Aku beranjak keluar kamar bersama Sakha menuju ruang makan."Nih, ayamnya buat Bimo, makan yang banyak, ya, Sayang," ucap ibu ketika aku hampir mendekati meja makan.Di sana tampak ibu, Mbak Siska dan juga Bimo. Mereka tengah menikmati makan siang bersama. Aku mengerutkan kening ketika sudah berdiri di hadapan meja."Loh, kok, lauknya sudah habis?" Aku bertanya ketika melihat wadah lauk yang tampak kosong. Begitu juga nasi yang hanya tinggal sisa di pinggiran bakul."Kaya nyonya besar aja, mau makan udah tersedia. Masak sendiri sana!" sembur ibu."Tahu, nih, habis sarapan masuk kamar, keluar keluar minta makan! Enak benar hidup kamu!" timpal Mbak Siska. Seperti biasa selalu memanasi suasana.Padahal sehabis sarapan tadi aku langsung mencuci piring dan membersihkan peralatan bekas ibu memasak. Tapi Mbak Siska berbicara seolah aku bak nyonya, yang sehabis m
Read more

Bab 15 Mimpi Buruk

"Jangan!" Kugerakan seluruh tubuhku yang terikat di ranjang ketika seorang lelaki tengah mengungkungku.Pencahayaan yang gelap membuat wajah orang itu tak dapat terlihat."Pergi! Siapa kamu?" Aku masih berusaha melepaskan diri, menarik kedua tangan dan kaki yang ditautkan di setiap sudut ranjang.Tak ada jawaban dari orang misterius itu. Ia semakin mendekatkan diri dan membuatku sangat ketakutan."Tolong! Lepaskan aku!" Aku memohon dengan airmata yang mulai membasahi pipi. Namun, orang itu tetap terdiam dan sepertinya tak mau peduli.Hembusan napasnya mengenai wajahku, jarak kami kini sudah sangat dekat. Dengan sekuat tenaga, kembali aku gerakan tubuh yang kini semakin terkunci."Tolong! Jangan apa apakan aku!Dengan putus asa aku kembali memohon. Terlebih ketika tangan kekar itu mulai membelai wajahku."Mama! Papa! tolong aku!" Aku semakin te
Read more

Bab 16 Pertemuan

Belum selesai Mas Prasetyo berbicara, suara teriakan seseorang diringi dengan bunyi berdebum membuat semuanya terperangah."Kalian pembohong!""Pergi! Pergi!"Mendengar suara yang tak asing, mereka semua tampak bergegas ke asal suara. Aku yang sedang  di dalam kamar juga turut berlari keluar."Sudah Rangga! Sudah!" Ibu berusaha menghalangi anak pertamanya yang hendak mendekati Mas Arga yang terjengkang di lantai. "Tolong lepas, Bu! Orang ini harus diberi pelajaran!" pinta lelaki yang rahangnya tampak mengeras itu.Mas Arga yang sepertinya terjatuh karena serangan abangnya juga turut bersuara mengeluarkan segala makian."Dasar penipu!""Tukang bohong!""Percuma punya saudara kaya, tapi ga mampu bantu saudara!""Cuih!"Suasana menjadi panas. Ibu sudah mulai menangis melihat pertengkaran kedua anaknya. Sementara suamiku dan Mbak Sisk
Read more

Bab 17 Fitnah

Aku menepuk pelan punggung Sakha yang hendak terpejam sambil menyanyikan lagu pengantar tidur. Melihat tubuh kecil yang terdiam, membuat rasa bersalah menggelayut di hati. Semenjak pulang dari restoran siang tadi, aku langsung berdiam diri di kamar sambil meringkuk di atas kasur. Bayangan tentang peristiwa lalu membuat sendi di tubuhku terasa lunglai. Perasaan dan pikiran menjadi sangat tertekan."Maafkan, Bunda, Sakha!" Aku menghentikan nyanyian, lalu mengungkapkan sebuah permintaan maaf.Anak kecil berusia empat tahun itu sejak tadi bermain sendiri, tidak rewel memintaku untuk menemaninya. Seolah tahu jika hati ibunya sedang dilanda kegelisahan. Bahkan, melihatku yang hanya berbaring, Sakha sesekali memegang keningku.Tubuhku terasa panas. Ketakutan juga kekhawatiran membuat imunku semakin melemah, sebab memikirkan jika orang yang berada di malam itu adalah Om Leo. Tapi, apakah mungkin? "Jika memang itu adalah
Read more

Bab 18 Ancaman

"Foto-foto itu diantar oleh tukang paket, Bu Hana. Tanpa ada nama si pengirim dan ditujukan untuk Pak Prasetyo," ucap seorang lelaki yang duduk di hadapanku melaporkan hasil penyelidikannya."Untuk Mas Pras!" Aku berguman pelan.Sepertinya memang ada yang sengaja ingin merusak rumah tanggaku. Dan misinya telah berhasil."Bagaimana Om Leo? Apa dia pelakunya?""Bukan, Bu. Pak Leo tidak tahu apa-apa. Ada seseorang yang menyusup dalam ruangan dan mengambil gambar secara diam diam."Aku menatap heran bawahanku yang selalu memasang wajah datar itu."Bagaimana bisa Om Leo sampai tidak tahu ada penyusup di sekitarnya?""Ini masih kami selidiki, Bu."Aku menghela napas, tak habis pikir dengan kelalaian lelaki yang kutahu sangat teliti dalam segala hal. Atau mungkin memang orang itu sangat hebat hingga berhasil mengelabui adik ibuku itu.Jika diperhatikan, foto foto it
Read more

Bab 19 Masa Lalu

Tujuh tahun lalu."Mas Elang kecelakaan, Non!" ucap Mbok Sumi ketika aku melihat beberapa penjaga bergegas keluar rumah."Apa?!Mendengar berita itu membuatku turut berlari dan mengejar mereka ke halaman depan."Hei, tunggu!"Dua mobil sudah melaju keluar gerbang, sedangkan satu mobil lagi hendak menyusul, tetapi aku masih sempat mengejar dan meminta mereka untuk berhenti."Aku ikut!" Aku berkata tegas ketika mereka menghentikan lajunya."Tapi, Non --.""Buka! Cepat!" Dengan sigap aku langsung masuk ketika pintu dibuka dan duduk di belakang. Setelah itu, mobil kembali melaju menyusul dua kendaraan lain yang sudah menjauh."Mau ke rumah sakit mana?""Kita tidak ke rumah sakit, Non! Tapi langsung ke lokasi kecelakaam.""Mas Elang belum dibawa ke rumah sakit? Kenapa bisa? Harusnya langsung dibawa ke rumah sakit!"
Read more

Bab 20 Kejutan

Aku menatap gedung tinggi yang ada di hadapanku, lalu tersenyum membayangkan wajah wajah yamg awalnya ceria dan bahagia, akan berubah dengan kecemasan bahkan kemarahan."Kalian akan merasakan akibat dari perbuatan kalian sendiri!" Aku bergumam penuh keyakinan. Sebuah pertunjukkan akan segera dimulai.Diiringi beberapa pengawal, aku melangkah menuju lift dengan kepercayaan diri yang tinggi.Dari ekor mata, aku dapat melihat jika semua mata tertuju padaku, mungkin mereka takjub dengan penampilan juga pengawalan yang ada di sekitar."Selamat datang, Bu Ratu. Suatu kehormatan anda bisa hadir di pesta keluarga kami," sapa seorang lelaki paruh baya beserta istrinya dengan ramah ketika aku baru keluar lift. Kami saling berjabat tangan memberikan penghormatan. Beberapa orang tampak turut serta menyambut kehadiranku. Penampilan mereka semua sangat memukau dan setiap orang berusaha memberikan kesan yang baik.
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status