Home / Rumah Tangga / Istri Bayaran Sang Pewaris / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Bayaran Sang Pewaris: Chapter 21 - Chapter 30

35 Chapters

Bab 21

Keduanya berhenti dan menoleh. "Ada apa lagi sih, Ma." Adrian dengan malas bertanya. "Kenapa mama tidak pernah melihat kalian berdua romantis?" tanya Marisa dengan nada sedikit menggoda.Amanda hanya tersenyum kaku, sementara Adrian tetap dengan ekspresi datarnya.Marisa melanjutkan, "Adrian, kamu itu harus lebih perhatian dan romantis pada istrimu. Kalau tidak, nanti Amanda bisa diambil orang, lho. Itu penting dalam rumah tangga, agar benih cinta terus tumbuh di hati kalian." Adrian menghela napas panjang. "Ma, nggak ada yang akan merebut Amanda. Udeh deh, nggak usah ngadi-ngadi mama kalau ngomong." protes Adrian. "Tetap saja, Nak. Kamu harus jaga perasaannya. Jangan terlalu dingin dan kaku. Amanda ini istrimu, bukan rekan kerja, apalagi anak buahmu." nasehat Marisa dengan nada serius.Amanda menunduk, merasa malu sekaligus bingung. "Lagian, kalaupun memang ada yang akan merebutku, Adrian pasti tidak
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 22

Amanda dan Adrian duduk di atas tempat tidur, saling menatap dengan ekspresi bercampur antara kesal dan bingung. Dalam hati, Adrian mendidih, tapi ia tetap menjaga ekspresi wajahnya yang datar. Yang pasti Ia tidak mau mengalah terlebih dahulu. "Kenapa juga aku harus mengalah?" batinnya. "Dia yang keras kepala, bukan aku."Sedangkan Amanda menghela napas panjang, menundukkan pandangannya sejenak untuk menenangkan diri."Tenang Manda, tenang. Kamu harus sabar menghadapi es batu ini. Selain dingin dan menyebalkan, kamu tahu sendiri kan kalau dia itu keras kepala dan nggak tidak mau mengalah. Jadi, kamulah yang harus bersabar Manda." ucapnya dalam hati. Setelah beberapa detik yang terasa seperti setahun itu, Manda akhirnya mulai angkat bicara. "Adrian," suara Amanda terdengar lembut, meski ada sedikit getar di dalamnya. "Kalau begini terus, hubungan kita nggak akan pernah baik. Kita akan terus menerus bertengkar dan berdebat ngga
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 23

"Aku boleh bertanya lagi?" "Yang aneh-aneh lagi?" Adrian tersenyum mesem. "Kali ini tidak." "Baiklah, apa?" "Hem, kenapa sampai di usia kamu yang sudah dewasa ini, kamu belum pernah pacaran?" tanya Adrian, ingin tahu. "Apa kamu nggak pernah menyukai laki-laki sebelumnya?"Manda sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tapi ia mencoba menjawab dengan tenang."Dulu, semasa SMA, aku pernah menyukai seorang laki-laki," ucapnya sambil tersenyum tipis, seperti sedang mengenang masa lalunya. "Tapi aku nggak pernah mengungkapkan atau menunjukkan perasaan itu. Aku hanya menyimpannya dalam hatiku saja." Adrian mengangkat alis, ia nampak sangat penasaran. "Kenapa?"Manda menundukkan kepala, tangannya meremas ujung selimut. "Karena aku nggak percaya diri. Aku merasa aku nggak pantas untuk dia. Dia pintar, populer, dan punya banyak teman. Sementara aku, cuma seorang gadis sederhana yang bahkan n
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 24

"Aku inginkan kamu." Adrian menatap wajah Manda yang memerah dalam keremangan lampu kamar. Napas mereka terdengar begitu dekat, menyatu dengan detak jantung yang menggema di telinga masing-masing. Tubuhnya bergerak mendekat, begitu pula wajahnya. Hawa hangat dari napas Adrian menyentuh pipi Manda, membuat gadis itu semakin gugup.Ketika bibir mereka hampir bersentuhan lagi, tiba-tiba bayangan wajah lain muncul di benak Adrian. Wajah mantan kekasihnya, yang penuh dengan kenangan masa lalu yang seharusnya sudah ia lupakan. Bayangan itu terlalu nyata, seolah-olah wanita itu sedang ada di hadapannya.Adrian tertegun, gerakannya terhenti. Ia menatap Manda sejenak, lalu menarik dirinya menjauh dengan raut wajah yang sulit dibaca."Ada apa?" tanya Manda bingung, melihat perubahan mendadak pada suaminya.Adrian tak menjawab. Ia hanya membaringkan tubuhnya di sisi Manda dan menutupi matanya dengan lengannya. Napasnya terdengar berat, seolah
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 25

Suasana kantor siang itu terasa berat. Adrian menatap layar laptopnya dengan alis berkerut, pikirannya penuh oleh pekerjaan yang menumpuk."Ya ampun, kapan pekerjaan ini akan selesai." liriknya nyaris frustasi. Sesekali ia menghela napas panjang, tangannya memijat pelipis. Sedangkan di sudut lainnya, Manda duduk diam, wajahnya lesu. Mereka berada di ruang yang sama, tetapi rasanya ada tembok tebal yang memisahkan keduanya.Sesekali Adrian mencuri pandang ke arah istrinya. Ia mendesah lagi, kali ini lebih keras. "Kenapa kami harus sekantor dan seperkerjaan?" pikirnya mendengkus kesal, "Jadi begini ini rasanya ketika ada masalah rumah tangga, dan kamu harus seruangan dan satu pekerjaan yang sama dengan pasangan kamu. Ribet semua, ribet! Suasana jadi tidak menyenangkan, bawaannya hanya pengen marah-marah saja. Kalau bukan karena mama yang mengancam, aku sudah pasti tidak akan pernah setuju dengan pengaturan ini." lanjutnya masih meng
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 26

Malam itu penuh kehangatan di rumah keluarga Surya. Setelah sekian lama, akhirnya mereka bisa duduk bersama menikmati makan malam. Pak Surya yang masih dalam masa pemulihan tampak bahagia, meskipun sesekali ia terlihat sedikit lelah."Kangen banget makan bareng begini," ujar Bu Herawati, sambil menyendok sayur ke piring suaminya. "Papa juga pasti sangat rindu kan, makanan dirumah." "Pasti Ma, apalagi makanan buatan Mama." puji Pak Surya. Manda tersenyum, melihat ayahnya yang ceria seperti dulu. "Makanya Papa harus cepat sembuh biar nggak perlu ke rumah sakit lagi. Ya Pa." Deswita, sibungsu, ikut menimpali. "Iya, Pa. Kalau Papa sehat, kita bisa bersama terus setiap hari." Pak Surya menghela nafas lega. "Alhamdulillah, Papa merasa sangat bersyukur sekali kita masih bisa berkumpul lagi. Kalian semua, do'akan papa berumur panjang, dan sehat selalu ya." "Aamiin." jawab semua berbarengan. Bu Herawati ters
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 27

Bab 27 "Perkenalkan bu, saya Rendy, asisten Pak Adrian, atasan Bu Amanda di kantor." ujar pria itu dengan suara tenang.Herawati menatap Rendy dengan alis terangkat."Adrian? Atasan Manda? Lalu, ada perlu apa, malam-malam begini datang kemari?" tanyanya, penuh rasa curiga.Rendy tersenyum, sedikit kikuk. "Maaf, Bu. Ada urusan pekerjaan yang mendesak. Bisakah saya bertemu dengan Bu Manda?"Herawati berpikir sejenak sebelum akhirnya memanggil anaknya."Ehm, sebentar ya saya panggilkan." ucapnya memasang raut wajah yak enak. "Manda! Ada tamu, Nak." serunya dari pintu.Langkah Manda terdengar tergesa. Ia muncul dengan wajah heran, mengenakan kaus dan celana santai. Begitu melihat siapa yang berdiri di depan rumah, ekspresinya berubah tegang."Pak Rendy?" katanya, setengah berbisik.Rendy mengangguk. "Selamat malam, Bu Manda. Maaf kalau saya mengganggu. Tapi, Pak Adrian menyuruh saya datang kemari karena ad
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 28

Sesampainya di kantor, Adrian segera turun dari mobil, diikuti oleh Manda yang berjalan dengan langkah ragu. Rendy, yang sudah setia mengantar mereka, membuka pintu untuk Adrian."Terima kasih, Ren. Kamu bisa pulang dulu," ucap Adrian. "Aku akan lembur malam ini. Setelah selesai, aku sendiri yang akan mengantar Manda pulang."Rendy mengangguk dengan sopan. "Baik, Pak. Selamat bekerja."Setelah Rendy pergi, Adrian mengarahkan Manda menuju ruangannya. Begitu masuk, ia segera menghidupkan lampu dan duduk di kursinya yang besar dan nyaman. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja, membuat ruangan terlihat sedikit berantakan."Manda, tolong kerjakan laporan yang aku minta tadi," ujar Adrian sambil menunjuk meja kerjanya.Manda tertegun, lalu melirik tumpukan dokumen di meja itu. Ia mengenali laporan yang dimaksud Adrian, karena ia sudah menyelesaikannya tadi siang sebelum pulang. Namun, ia tak menyangka Adrian tidak menyadarinya.
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 29

"Kamu yakin ini tempatnya?" tanya Adrian sambil melirik kearah sekitar.Mobil Adrian kini telah berhenti di depan sebuah warung nasi goreng pinggir jalan. Lampu neon sederhana menerangi meja-meja kayu yang berjejer rapi. Aroma khas bumbu nasi goreng menyeruak di udara."Iya, Mas. Tempat seperti ini justru lebih nyaman," jawab Manda sambil membuka pintu mobil.Adrian mengikutinya keluar, tampak sedikit canggung. Beberapa pengunjung warung sempat melirik ke arah mereka, terutama Adrian yang jelas terlihat seperti orang asing di tempat itu dengan setelan formalnya."Mas, kita duduk di sana saja," tunjuk Manda ke salah satu meja kosong.Adrian hanya mengangguk dan mengikuti langkah Manda.Seorang pelayan datang dengan senyuman ramah. "Mau pesan apa, Mbak? Mas?"Manda tersenyum. "Dua porsi nasi goreng spesial dan dua teh manis hangat, ya, Mbak.""Baik mbak, seperti biasa kan?" "Iya mas."
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 30

"Aduh perutku.' ucap Adrian, ketika terbangun dengan rasa nyeri yang tajam di perutnya. Malam itu terasa panjang. Berkali-kali ia harus bolak-balik ke kamar mandi karena diare yang tak kunjung reda. Setelah beberapa jam, tubuhnya terasa lemas, dan peluh dingin membasahi wajahnya."Pasti gara-gara nasi goreng semalam," gumamnya dengan nada kesal. "Awas kamu ya Manda, kamu harus bertanggung jawab." sungutnya kesal. Ia lantas meraih ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidur. Jemarinya langsung mencari nama Manda di daftar kontak. Tanpa ragu, ia menekan tombol panggil.Sementara gitu, di tempat lain, Manda terbangun oleh dering telepon yang terus-menerus mengganggu tidurnya. Nomor tak dikenal terpampang di layar ponselnya, membuatnya enggan menjawab."Siapa sih pagi-pagi begini? Astaghfirullah hal Adzim, belum juga subuh, ganggu saja." gumamnya sambil mematikan suara ponsel.Namun, telepon itu kemba
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status