Home / Rumah Tangga / Istri Bayaran Sang Pewaris / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Bayaran Sang Pewaris: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Bab 11

Amanda terbangun lebih dulu pagi itu. Ia melihat jam di dinding menunjukkan pukul setengah lima, ia lalu bangkit perlahan agar tidak membangunkan Adrian yang masih tertidur. Setelah berwudhu dan sholat dua rakaat, Amanda duduk termenung di tepi ranjang. Meski telah resmi menjadi istri Adrian, semua ini masih terasa asing. Amanda merasa canggung dengan peran barunya, apalagi ini adalah pagi pertama setelah pernikahan mereka."Aku ngapain ya?" pikirnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Duh ngapain sih biasanya orang-orang itu setelah menikah dan tinggal dirumah mertuanya? Apa aku bantu-bantu saja ya pekerjaan dirumah ini." gumamnya bicara sendiri. Setelah melirik sekilas ke arah Adrian yang masih tertidur pulas, Amanda memutuskan untuk keluar kamar. Namun begitu keluar kamar dan melangkah ke ruang tengah, Amanda mendapati rumah itu sudah tertata rapi dan bersih. Tak ada yang perlu dibersihkan lagi."Apa semua sudah dikerjakan?"
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 12

Belum juga Amanda selesai menikmati sarapannya, gadis itu melirik kearah jam didinding. Waktu semakin beranjang siang, ia lalu mengumpulkan keberanian untuk menyampaikan pamet pada mertuanya. Ia belum begitu terbiasa dengan suasana formal keluarga Adrian. Namun, Amanda menyadari ia tidak bisa menunda lebih lama lagi. Pekerjaan sudah menunggu."Ma." panggil Amanda takut-takut. "Iya Manda." "Ma, saya mau pamit berangkat ke kantor," ujar Amanda dengan sopan.Marisa menatapnya sejenak, sedikit mengernyitkan alis. "Ke kantor? Untuk apa lagi, Amanda?" tanyanya penuh selidik. "Adrian sudah cukup mampu memenuhi semua kebutuhanmu, kan? Kamu sekarang sudah jadi istri, tak usah capek-capek kerja."Amanda terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Sebagai perempuan mandiri yang terbiasa bekerja keras, berhenti bekerja tiba-tiba rasanya berat. Di saat ia sedang kebingungan mencari jawaban yang pas, Adrian buru-buru menyahut, seolah me
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 13

Amanda duduk di kursi empuk di sudut ruangan Adrian. Ia sudah mencoba berbagai cara untuk mengusir kebosanan—menggulung rambutnya, memainkan ponselnya, bahkan membaca artikel yang sama berulang kali. Tapi tidak ada yang benar-benar mengalihkan rasa bosannya.Di sisi lain, Adrian tampak serius dengan laptopnya, sesekali menandatangani dokumen yang diberikan oleh Rustam. Ketegangan kerja itu seolah tak pernah menyentuhnya, wajahnya tetap tenang.Amanda mendesah pelan. "Ehm, Adrian." gumamnya pelan, nyaris tidak terdengar.Adrian sama sekali tidak menoleh, masih sibuk menatap layar. Amanda akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri berbicara."Adrian," katanya lebih jelas."Hm?" Adrian merespons tanpa berpaling."Boleh nggak aku jalan-jalan keliling kantor ini? Aku bosan banget jika hanya diam begini terus," tanya Amanda sambil memainkan ujung rambutnya.Adrian berhenti sejenak, lalu tanpa mengangkat wajahny
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 14

Bab 14Marisa duduk di ruang tamu, memandang kosong ke arah cangkir teh di tangannya. Sejak tadi pikirannya terus saja memutar pertanyaan yang mengganggu. Ia merasa penasaran, sebenarnya apa yang Adrian pikirkan ketika menempatkan Amanda di kantornya."Melihat wajah Adrian tadi, sepertinya aku tidak yakin kalau dia akan menempatkan Manda di posisi yang seharusnya." gumam Marisa. Ia menghela napas panjang, lalu bangkit dari sofa. "Ach, sebaliknya ku harus melihat sendiri." Dengan cepat, Marisa mengambil tasnya, Ia memutuskan untuk pergi ke kantor Adrian tanpa memberi tahu sebelumnya. Siapa tahu ada sesuatu yang tak beres, pikirnya.Sementara itu, di lantai sepuluh kantor Adrian, Amanda sedang sibuk. Tangannya dengan cekatan menggerakkan kain pel di atas lantai marmer yang mengkilap. Mirna berdiri di dekat pantry, memandang Amanda dengan ekspresi bingung."Aku nggak sedang mimpi kan Mbak? Ini bensran." tanya Mirna untuk kesekian kalinya. "
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 15

"Apa mengepel lantai di pantry? Astaga Amanda, apa sih yang kamu lakukan." tegur Adrian, sangat emosional. Amanda menunduk. "Maaf, aku memang salah. Tapi ini bukan masalah besar, kan?" Adrian mendengus, jelas kesal. "Bukan masalah besar? Amanda, bagaimana kalau ada karyawan lain yang tahu kau adalah istriku? Apa kau tidak sadar itu bisa merusak reputasiku? Kau tidak bisa sembarangan bersikap seperti itu!"Amanda merasa tersinggung, tapi mencoba tetap tenang. "Aku hanya ingin mengisi waktu luangku, Adrian. Kau sibuk, aku bosan. Aku tidak bermaksud membuat masalah."Adrian mengusap wajahnya dengan frustasi. "Kau tidak bisa seenaknya, Amanda. Aku adalah pimpinan di sini. Semua yang kau lakukan bisa berdampak pada namaku. Kau harus menjaga sikapmu!" teriak Adrian tidak terkontrol. Namun, sebelum Amanda sempat membalas, pintu ruangan terbuka lagi. Marisa masuk dengan langkah tegas, tatapannya langsung mengarah
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 16

Satu minggu telah berlalu sejak Amanda resmi menjadi sekretaris Adrian. Di kantor, ia mulai terbiasa dengan tugas-tugas barunya, meskipun ia tahu Adrian memberikan pekerjaan hanya untuk mengisi waktu dan memenuhi permintaan Marisa. Sedangkan di rumah, Amanda menjalankan perannya sebagai istri, setidaknya di hadapan mertuanya. Ia tetap menginap di rumah Adrian karena ayahnya masih dirawat di rumah sakit, sehingga tidak ada alasan baginya pada sang mertua untuk ia menginap dirumah Ayahnya. Sore itu, Adrian menjemput Amanda di rumah sakit, tentunya bukan karena keinginannya sendiri, melainkan untuk memenuhi permintaan ibunya yang mengharuskan keduanya pergi dan pulang kerja bersama-sama. Adrian duduk di mobilnya, jari-jarinya mengetuk setir dengan tidak sabar menunggu Amanda keluar dari gedung rumah sakit. Tak lama kemudian, Amanda muncul, berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya."Maaf, Mas, menunggu lama?" Ttanya Amanda saat ia ma
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 17

Keesokan harinya, suasana di rumah Adrian terasa canggung. Amanda memilih diam. Sedang Adrian, di sisi lain, bertingkah seperti biasa, seolah tidak terjadi apapun pada malam sebelumnya. Namun, tatapan matanya sesekali melirik Amanda, memerhatikan gerak-geriknya dengan seksama.Bukan hanya Adrian saja yang sejak tadi diam-diam memperhatikan Amanda, ternyata Marisa juga, Ia mulai curiga ada sesuatu yang terjadi pada anak dan menantunya itu. "Manda, kamu baik-baik saja kan?" tanya Marisa tiba-tiba, mengagetkan menantunya. "Baik ma." jawabnya singkat, sambil menunduk. "Pertengkaran dan masalah dalam rumah tangga itu adalah hal yang biasa, hanya saja jangan sampai ada yang keluar dari kamar. Semarah-marahnga kalian, sebaiknya tetap tidur di kamar yang sama." sindir Marisa, sontak membuat Manda dan Adrian terkejut. Manda menghentikan kegiatan makannya. Namun, pandangannya tetap menunduk. "Ma, aku---." "Mama pah
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 18

"Dia Amanda, sekretaris baruku," jawab Adrian singkat. "Manda, perkenalkan, ini Bella, sahabat lamaku."Amanda berdiri, sedikit membungkukkan badannya dengan sopan. "Senang bertemu dengan Anda."Bella memandang Amanda dari ujung kepala hingga ujung kaki, seolah menilai. "Ah, jadi ini sekretaris barumu. Cantik juga." Amanda hanya tersenyum, sementara Adrian tertawa kecil. "Dia memang cakap, makanya aku pilih dia."Bella menoleh kembali pada Adrian, tatapannya berubah menjadi genit. "Kapan kita bisa hang out bareng? Aku kangen nih pengen nongkrong bareng kamu, sudah lama kan kita nggak bertukar cerita." Adrian tersenyum. "Duduk dulu yuk." ucapnya mempersilahkan, lalu menarik tangan gadis dihadapannya, untuk duduk disofa. "Pokoknya, aku nggak mau kamu menolak, aku pasti akan marah, Adrian." Adrian, Lagi-lagi tersenyum, "Iya, aku tak akan menolak, mungkin akhir pekan. Aku akan lihat jadwalku
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 19

"Semoga saja wanita itu sudah pergi." gumam Amanda, lantas menarik tuas pintu itu ke bawah. Dan, ya, ruangan itu sudah kosong dari keberadaan Bella. Hanya Adrian yang tampak duduk di belakang mejanya, sibuk menatap layar laptop.Manda menghela nafas lega, ''Alhamdulillah baguslah kalau dia sudah pergi.' batinnya, kemudian mengayunkan langkah, masuk kedalam ruangan itu. Sebelum kembali ke mejanya, Manda terlebih dahulu menyapa Adrian, takut kepergiannya yang cukup lama, membuat lelaki itu marah. "Maaf Pak Adrian, saya tadi lama perginya." ucapnya, bersiap jika Adrian akan menyemprotnya seperti biasa. Namun, lelaki itu tetap diam. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, bahkan ekspresinya tak berubah sedikit pun.Amanda mengerutkan kening, merasa kesal dengan sikap dingin itu. "Hah, benar-benar nggak peduli," gerutunya pelan, nyaris tak terdengar. Ia pun berjalan menuju mejanya, masih sambil menggerutu di dalam
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 20

Amanda menarik napas, mencoba menyusun kata-kata. "Aku sebenarnya nggak mau marah, tapi---." Amnada menjeda kalimatnya. Adrian memiringkan kepalanya sedikit, menatap Amanda dengan alis terangkat. "Tapi apa?" "Tapi ...." Amanda menunduk, memutar-mutar pena di tangannya. "Ucapanmu waktu itu, yang bilang kamu akan memanggilku jika kamu membutuhkan aku, Itu terasa sangat menyakitkan. Kamu tahu Adrian, aku jadi merasa menjual diriku, tak ubahnya seperti seorang pela cur. Ya, meski aku sadar, pernikahan kita ini memang bukan karena cinta. Namun, kita ini sekarang sudah sah menjadi pasangan suami istri, tidak seharusnya kamu berkata seperti itu padaku. Hubungan kita ini saling menguntungkan Adrian. Kamu butuh anak, dan aku butuh uang. Memang yang terlihat jelas adalah aku yang membutuhkan, padahal kamu pun sebenarnya sangat membutuhkan anak kan? Meski aku sendiri tak tahu alasan yang sebenarnya, tapi aku yakin kehadiran anak
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status