Semua Bab Dua Wajah Satu Cerita: Bab 21 - Bab 23
23 Bab
Membingungkan
"Jadi, dia yatim piatu yang tinggal di panti asuhan sampai batas umurnya dan tidak diadopsi siapapun. Berapa usianya sekarang?"Farel memandang Zeon dengan pandangan penuh tanda tanya. Mencoba mencerna informasi yang baru saja didapat."Seharusnya 21 atau 22, dia baru lulus universitas tahun ini," jawab Zeon dengan tenang, tetapi pandangannya tetap kabur, mengindikasikan pikirannya melayang ke tempat lain. Dia menyesap cairan dalam gelasnya yang diputar perlahan.Keduanya duduk di pojok kelab yang tenang di sore hari, di mana lampu-lampu remang-remang menyorot sofa-sofa dan ornamen-ornamen artistik yang memperindah ruangan. Suasana sepi memungkinkan mereka untuk bercengkrama tanpa gangguan.Farel memutar angka-angka usia yang Zeon sebutkan dalam pikirannya. Hitungannya terus berlanjut, sampai akhirnya dia menemukan sesuatu yang membuatnya terperangah."Jangan bilang gadis itu masih anak di bawah umur saat itu," gumamnya, matanya melebar dalam keheranan.Zeon memandang Farel, matanya k
Baca selengkapnya
Eskrim Sore Hari
Cuaca Sabtu sore masih terasa panas. Dengan langit yang terbakar sinar jingga senja, Melva duduk santai di teras samping rumah. Di tangannya, dia memegang cup eskrim ukuran medium dengan tiga rasa favoritnya: vanila, cokelat, dan stroberi. Dia menyesap eskrim itu dengan nikmat, sambil memandang taman belakang yang terkena sinar matahari senja yang hangat, menciptakan bayangan-bayangan panjang di atas rumput yang gembur.Melva duduk dengan santai, menumpukan kakinya yang telanjang di kaki yang lain. Pakaiannya simpel: hanya kaus putih polos dan celana pendek senada, rambutnya yang panjang dan sedikit bergelombang dicepol asal-asalan, tergerai agak liar oleh angin senja yang lembut. Dia merasakan hangatnya sinar mentari yang bersembunyi di balik pohon-pohon di halaman belakangnya.Saat Melva masih menikmati eskrimnya, terdengar suara mendesis dari dekatnya. Seekor lebah terbang mendekat, mengganggu kedamaian senja yang sejenak dia rasakan. Melva menoleh dengan cepat, mencari sumber suar
Baca selengkapnya
Apakah kamu akan memakai itu?
Pukul setengah tujuh malam, Zeon keluar dari kamarnya dengan langkah ringan menuruni tangga. Ruang dapur yang luas segera terasa hangat oleh kehadirannya. Dia menggosok rambutnya yang masih setengah kering dengan handuk, lalu melangkah ke arah kulkas yang terbuka.Dua tangannya dengan gesit meraih beberapa buah buah-buahan yang tersusun rapi di dalam kulkas. Dia memilih buah naga yang terlihat segar dan beberapa pisang. Dengan lincah, Zeon mengambil pisau dapur memotong buah-buahan itu untuk memudahkannya hancur saat dihaluskan.Setelah buah-buahan dipotong-potong, Zeon menaruhnya dalam blender kaca berkilau yang sudah disiapkan di atas meja dapur. Dia mengukur secangkir air dingin dari dispenser dan menuangkannya ke dalam blender bersama dengan buah-buahan yang sudah dipotong. Dengan satu gerakan lancar, Zeon menutup penutup blender dan menghidupkan mesinnya.Mesin blender menggema di dalam ruangan, mengubah buah-buahan segar menjadi jus yang lembut dan menyegarkan. Zeon menatap deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status