All Chapters of Dua Wajah Satu Cerita: Chapter 11 - Chapter 20
22 Chapters
Kecelakaan
Zeon masih merenungi kata-kata dari Farel saat sebuah nomor tak dikenal tertera di layar ponsel. Cahaya redup dari lampu meja menyinari wajahnya yang dipenuhi dengan keraguan."Haruskah aku mengangkat?" batinnya, jari-jemarinya bergetar di atas layar ponsel.Farel baru saja memberikan nasihat yang mendalam. Sekarang, dengan nada serius yang masih menggema dalam ingatannya, Zeon duduk dengan tegang di kursi kerjanya, pikirannya masih dipenuhi oleh pertimbangan-pertimbangan yang dibagikan oleh Farel.Namun, rasa penasaran yang menggelitiknya akhirnya menang. Dengan nadi berdegup kencang, Zeon menekan tombol untuk mengangkat panggilan tersebut.Suara di ujung sana membuatnya terdiam sejenak, mencoba mengenali siapa yang mungkin berada di balik nomor tersebut. Panggilan berlangsung selama lima menit. Zeon menutup telepon dengan gerakan cepat, tetapi tangannya gemetar. Raut wajahnya yang semula tenang berubah menjadi gelisah, matanya memancarkan kekhawatiran yang mendalam. Bibirnya sediki
Read more
Pengganti
Karena sopirnya mengalami cedera kaki akibat kecelakaan, Zeon menjadi terpaksa harus mengendarai mobilnya sendiri. Sopir itu, bernama Pak Budi, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-harinya. Namun, kecelakaan itu mengharuskannya untuk beristirahat di rumah sakit demi kesembuhan. Pagi itu, di meja makan, Zeon dan Melva duduk bersama untuk sarapan. Zeon sibuk mengupas udang dan menatanya rapi di piring Melva. Saat itu, Melva mengangkat kepalanya sebentar, mencuri pandang ke meja. Dia membiarkan Zeon melakukan apapun yang pria itu mau. "Apakah tidak apa-apa untuk berkendara sendiri? Tidak ada sopir pengganti sementara?" tanyanya Melva setelah menyantap udang dari Zeon. Zeon menghentikan aktivitasnya sejenak, memikirkan jawaban yang tepat. Cedera Pak Budi memang menjadi perhatian, tetapi ia ingin memastikan bahwa Melva punya kenyamanan dalam mobilitasnya. "Aku akan memikirkannya. Jadi jika kamu butuh berpergian, kamu tidak perlu khawatir soal taksi," jawab Zeon
Read more
Tamu
Pagi itu, sinar matahari merayapi kamar Melva, mengusiknya dari tidurnya dengan lembut. Tanpa tergesa, ia memulai ritualnya dengan membersihkan wajah yang masih lembab dari tidur, lalu menyikat gigi. Melva sengaja bangun siang di hari Minggu ini. Begitu langkahnya menghampiri ruang makan, kesunyian yang tak biasa menyambutnya. Dengan rasa penasaran, Melva melihat meja makan yang terlihat sunyi, hanya dihiasi oleh sajian yang terselimuti rapat di bawah penutup makanan. Karena perutnya belum merasa lapar, ia memutuskan untuk membuat jus wortel segar sebagai pendamping paginya. Dengan menggunakan blender, Melva meracik jusnya, membiarkan aroma segar memenuhi dapur. Setelah selesai, ia memutuskan untuk menikmati pagi di taman kecil di samping rumah Zeon. Dengan segelas jus wortel di tangan, langkahnya ringan melintasi pintu samping rumah. Sinar matahari menyapu taman kecil di samping rumah Zeon dengan kehangatan yang menyegarkan. Pepohonan yang menjulang tinggi memberikan teduh,
Read more
Film
Seorang sopir pengganti yang menggantikan pamannya sementara itu bernama Adam, dia telah menyetujui tawaran tersebut dari Zeon. Meskipun awalnya ragu-ragu, Adam merasa terhormat dengan tawaran tersebut, dan dia bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam tugasnya. Setelah mengantar Adam ke pintu, Zeon berjalan menuju dapur, menemui Melva yang sedang makan di meja makan. Melva melihatnya dengan tatapan penasaran, mencermati setiap gerakannya dengan teliti."Sudah selesai? Apa kamu setuju dia jadi sopir sementara?" tanyanya, suara terdengar sedikit penasaran.Zeon hanya menjawab dengan anggukan pelan, "Mm," lalu membuka kulkas untuk mengambil air dingin.Di balik ekspresi tenangnya, Zeon merasa tegang dengan perubahan yang akan terjadi dalam rumah dengan kehadiran Adam sebagai sopir baru. Melva mengeluh, "Kenapa kamu tidak bilang dia akan segera pergi? Aku jadi tidak berpamitan. Itu kurang sopan."Sementara itu, Zeon membuka tutup botol, menenggak langsung dari botol miliknya. Melv
Read more
Sarapan
Melva merasa perlahan sadar dari mimpinya yang terputus-putus oleh suara alarm yang nyaring. Dengan gerakan malas, dia mencoba menjangkau ponselnya yang biasanya terletak di bawah bantal. Namun, kebingungannya semakin bertambah saat tangannya hanya meraba kosong di bawah bantal.Akhirnya, dia terpaksa membuka mata, membiarkan cahaya pagi yang masuk menyesakkan matanya. Dengan perlahan, dia memungut ponselnya dari nakas, mematikan alarm yang terus berdering.Melva tahu bahwa jika dia tidak segera bangun, alarm akan mengganggu penghuni rumah ini. Dengan gerakan peregangan yang lambat, dia memulai ritual paginya, memilih pakaian yang sesuai untuk hari itu setelah membuka lemari. Melva menyibak tirai jendela, merenung sejenak, mengamati pria yang tengah bekerja dengan tekun di halaman rumah Zeon, memotong rumput dengan alat pemotong. Sudah sejak kepindahannya dia memperhatikan aktivitas rumah tangga yang berlangsung di sekitar tempat tinggal barunya. Sejak kepindahannya ke sini, dia mene
Read more
Dibuang
Melva berdiri di depan meja Rere, memperhatikan bagaimana Rere dengan cermat merapikan meja kerjanya. Setiap buku dan dokumen disusun dengan rapi, sedangkan pena-pena dan perangkat kerja lainnya diletakkan dengan teratur di kotak. Meja Rere terletak strategis di samping pintu ruangan Zeon, yang membuatnya mudah terlihat bagi siapa pun yang melewati ruangan. Adalah hal yang kurang baik jika dibiarkan berantakan saat jam makan siang. Setelah memastikan bahwa meja kerja Rere sudah rapi, Melva dan Rere berjalan beriringan menuju kantin kantor. Rere memecah keheningan dengan menyebutkan tentang menu spesial hari itu. Melva, yang penasaran, segera menanggapinya dengan bertanya "Apa itu?" Rere mengaku tidak memiliki informasi yang cukup, namun dia mendengar bahwa menu spesial tersebut adalah makanan penutup. Meskipun belum tahu pasti apa makanan penutup tersebut, kedua wanita itu merasa tertarik dengan kemungkinan untuk menikmati sesuatu yang manis dan lezat setelah makan siang. Melva
Read more
Snack Bars
Walaupun matahari sudah hampir tenggelam di balik gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi, suasana di dalam ruangan masih terasa hidup. Melva, dengan cepat dan tanpa suara, merapikan tumpukan kertas dan pena-pena yang tersebar di meja kerjanya. Dia merasa lega bahwa hari ini tidak akan terjadi lembur lagi, setidaknya untuk kali ini. Sementara itu, Zeon yang biasanya juga sering terlibat dalam lembur, tampaknya telah memutuskan untuk pulang lebih awal. Saat Melva duduk kembali, jemarinya menggeluti layar ponsel dengan bosan. Aksinya di toko online seolah menjadi semacam pelarian dari rutinitas yang monoton. Di tengah pencarian barang-barang yang tidak jelas, sebuah suara terdengar, lantang tapi lembut, menggelegak di belakangnya."Apa yang kamu lihat?" pertanyaan tiba-tiba itu seperti bumerang, memantul di udara dengan kejutan tak terduga.Secara refleks Melv segera mengunci ponsel, sebagai upaya untuk menyembunyikan apa yang sedang dilihatny. Matanya berbinar-binar dengan ket
Read more
Ketiduran Bersama
Dalam hampir satu bulan lebih tinggal bersama, Melva merasa bahwa interaksi antara dirinya dan Zeon tidak seimbang. Selama ini, Zeon seringkali yang mengambil inisiatif untuk memulai obrolan dan bertanya dengan penuh perhatian kepada Melva. Rasanya tidak adil bagi Zeon melihat bahwa dia selalu yang aktif berusaha menjaga hubungan mereka tetap hidup.Sambil sibuk di dapur, dia membuat dua gelas coklat hangat dengan harapan bisa menciptakan momen kebersamaan yang lebih hangat dengan Zeon. Setelah selesai, dengan langkah mantap, Melva membawa gelas-gelas itu ke ruang keluarga. Melva memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih mengejutkan.Dia naik ke lantai dua, di mana kamar Zeon berada. Melva berhenti di depan pintu kamar Zeon, mengetuk pelan. Ini masih jam sembilan, seharusnya Zeon belum tidur. Saat Zeon membuka pintu kamarnya, dia terkejut melihat Melva di sana. Ini pertama kalinya Melva datang ke lantai dua atas kemauannya sendiri sejak mereka tinggal bersama. Selama ini, pertemua
Read more
Rapat
Kecanggungan terjadi antara Melva dan Zeon. Melva, yang biasanya ramah dan ceria, menjadi sangat tertunduk dan diam sejak mereka duduk di meja makan. Zeon, di sisi lain, tampak lebih tenang dan terkontrol, meskipun tidak bereaksi banyak setelah kejadian tersebut."Makan perlahan," kata Zeon kepada Melva dengan nada yang lembut. Dia khawatir Melva bisa tersedak karena makan terlalu cepat. Melva hanya mengangguk, tetapi wajahnya tetap menunduk ketika dia melanjutkan makan.Saat Melva hampir selesai dengan makanannya, dia tiba-tiba tersadar bahwa ponselnya tertinggal di ruang teater. Tanpa berkata apa-apa, dia berdiri untuk pergi ingin mengambilnya."Aku meninggalkan ponselku."Zeon segera menahannya, "Duduklah, biar pelayan yang mengambilkan untukmu."Komentar Zeon membuat telinga Melva memerah. Dia merasa malu karena Zeon harus menegurnya secara tidak langsung. Pelayan segera melangkah masuk ke ruang teater dan tidak lama kemudian kembali dengan ponsel Melva. Melva mengucapkan "terima
Read more
Basah
Sebuah papan nama bertuliskan 'Lullaby' terletak di pojok kiri bangunan. Restoran ini berada di sudut jalan utama kota, dengan jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari sore masuk ke dalam ruangan. Di dalam, dekorasi restoran terlihat elegan namun tidak terlalu berlebihan. Dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan abstrak yang dipasang dengan rapi, sementara meja-meja kayu gelap tersebar di sepanjang ruangan, dilengkapi dengan kursi kulit yang nyaman.Zeon lebih dari familiar dengan tempat ini, mengarahkan Melva ke ruang VIP di bagian belakang. Mereka melewati lantai kayu yang bersih dan kamar-kamar kecil yang tersembunyi dengan pintu kayu geser, menciptakan suasana eksklusif yang tenang di tengah keramaian restoran. Ruang VIP itu sendiri terpisah dari area umum dengan partisi kaca berwarna gelap, memungkinkan para tamu untuk menikmati makanan mereka dengan privasi tanpa sepenuhnya terisolasi dari suasana restoran.Melva melihat sekeliling dengan mata terbuka lebar, takjub denga
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status