All Chapters of Terpikat Pesona Paman Suamiku : Chapter 11 - Chapter 20

167 Chapters

Bab 11. Still, Want to Enjoy Life

Kimberly menyemburkan susu almond yang dia tenggak kala mendengar pertanyaan Damian. Refleks, Fargo memberikan tisu untuk Kimberly. Pun Kimberly menerima tisu dari Fargo dan segera membersihkan bibirnya.Kimberly atau Fargo sama-sama tampak kompak memasang wajah pucat. Fargo cukup cerdas menutupi wajah paniknya. Lain halnya dengan Kimberly yang tak pandai menutupi wajah panik. Namun sebisa mungkin Kimberly tenang.“Hati-hati, Kim. Jika kau sedang minum, tidak baik memikirkan sesuatu. Kau lihat sendiri, kan? Sekarang kau tersedak,” ucap Damian dengan senyuman penuh kemenangan di wajahnya.Kimberly tersenyum canggung. “Maaf, Paman. Otakku terlalu memikirkan pekerjaanku yang sering tertunda.” Dalam hati Kimberly tak henti-hentinya memberikan umpatan untuk Damian. Sungguh, andai saja Fargo tak ada di ruang makan ini, sudah pasti Kimberly akan melempar gelas di tangannya pada Damian.Damian mengangguk-anggukan kepalanya, seolah memercayai ucapan Kimberly.“Ehm.” Fargo berdeham sebentar. Ra
Read more

Bab 12. Bad Luck

“Pria sialan! Kenapa tidak mati saja!” Kimberly menghentakkan kakinya masuk ke dalam ruang kerjanya. Sejak tadi sepanjang jalan menuju ruang kerjanya—yang dilakukan Kimberly hanya mengumpati Damian. Bahkan semua sapaan para karyawan tak ada yang dia gubris. Bukan bermaksud angkuh, tapi otaknya sedang dalam pikiran yang kacau akibat pria berengsek yang selalu mengganggu hidupnya.“Apa yang membuatmu datang ke ruang kerjamu dan langsung mengumpat seperti ini? Pria sialan mana yang kau maksud?” Carol sudah lama menunggu Kimberly di ruang kerja teman baiknya itu. Namun, kala Carol membaca majalah, wanita itu dikejutkan dengan Kimberly yang masuk ke dalam ruang kerja dalam keadaan mengumpat.Langkah kaki Kimberly terhenti mendengar suara Carol. Tampak Kimberly mengembuskan napas kasar melihat ternyata di ruang kerjanya ada temannya. Emosi dalam dirinya tak bisa terkendali sampai dia tadi mengabaikan asistennya yang bicara padanya. Dia yakin pasti asistennya tadi sudah memberi tahu ada Caro
Read more

Bab 13. Bad Luck II

“Jennisa? Damian?”Kimberly bergumam pelan menyebut nama dua orang itu. Matanya melebar panik kala Jennisa dan Damian mendekat padanya. Shit! Kimberly mengumpat merutuki kebodohannya. Sungguh, dia tak menyangka bertemu dua orang yang tak dia inginkan untuk bertemu. Ditambah dirinya tak sengaja menimpuk kepala Jennisa dengan heels-nya. Kesialan macam apa ini? Demi Tuhan! Sepertinya takdir sedang mengajak Kimberly bercanda.“Kim? Apa ini sepatumu?” Jennisa menunjukkan sepatu heels berwarna merah menyala dan sangat seksi itu ke hadapan wajah Kimberly.Damian yang ada di samping Jennisa menurunkan pandangannya melihat kaki kanan Kimberly yang tak memakai heels. Senyuman samar di wajah Damian terlukis. Tindakan konyol Kimberly membuat Damian menggeleng-gelengkan kepalanya.“Ah, itu—” Kimberly memutar otaknya mencari alasan yang paling tepat. Tak mungkin dia mengatakan yang sejujurnya.“Kim!” Carol berlari menyusul Kimberly. Napas wanita itu terengah-engah akibat mengejar Kimberly. Pun tadi
Read more

Bab 14. The Rules

“Sayang, kalung ini indah sekali. Kau memang yang terbaik. Kau selalu membelikan apa pun yang aku inginkan.” Gilda menatap cermin seraya menyentuh kalung berlian yang baru saja dibelikan oleh Fargo.Raut wajah Gilda semeringah bahagia. Mata wanita itu memancarkan sebuah kebahagian yang tak terhingga. Kalung berlian keluaran terbaru Fargo belikan untuknya. Padahal hari ini bukanlah ulang tahunnya ataupun anniversary mereka. Selama ini memang Fargo selalu memberikan hadiah secara tiba-tiba seperti saat ini. “Kau suka?” Fargo mengecup bahu Gilda, dan memeluk sang kekasih dari belakang begitu mesra.“Sangat suka, Sayang. Kalung ini indah sekali,” ucap Gilda dengan senyuman di wajahnya.“Aku senang jika kau menyukai kalung ini. Aku memesan khusus untukmu.” Fargo mencium pipi Gilda begitu lembut. “Ya sudah, aku harus pulang sekarang. Belakangan ini, Kimberly sangat rewel.”Gilda berdecak kesal. “Aku masih ingin bersamamu, Sayang.”Fargo menangkup kedua pipi Gilda lembut. “Aku mohon mengert
Read more

Bab 15. Business Trip

“What? Jadi besok kau dan paman tiri suamimu akan ke Chicago? Berdua saja? Maksudku tidak ada asisten kalian yang menemani?” Carol tampak terkejut kala Kimberly mengatakan akan pergi ke Chicago berdua dengan Damian.Kimberly menghela napas kasar. “Aku ke Chicago bersama dengan paman tiri suamiku, karena perusahaan ayahku bekerja sama dengan perusahaan Paman Damian. Aku tidak tahu Paman Damian akan membawa asisten atau tidak. Aku sendiri tidak membawa assitenku, karena Brisa mengurus perusahaanku di sini. Kau juga tidak apa-apa, kan aku tinggal sebentar? Aku hanya sekitar empat atau lima hari di Chicago. Tidak akan lama. Jika kau kewalahan mengurus perusahaan baru kita, kau bisa meminta bantuan Brisa. Nanti pasti Brisa akan membantumu.”Carol mengambil cangkir teh yang ada di atas meja, dan disesapnya perlahan. “Aku bisa menangani perusahaan baru kita. Kau tidak usah khawatir, Kim. Tapi yang aku bingung sejak kapan perusahaan ayahmu bekerja sama dengan perusahaan paman tiri suamimu it
Read more

Bab 16. Welcome Chicago

Chicago, Illinois, USA. Pesawat yang membawa Damian dan Kimberly mendarat di Bandar Udara Internasional O’Hare, Chicago, Illionis, USA. Setelah menempuh perjalanan empat jam akhirnya mereka mendarat di bandara Chicago. Terlihat Damian tenang duduk di kursi penumpang dan masih tetap memakai seat belt kala pesawat baru saja mendarat. Pria itu segera mengambil ponselnya, dan menyalakan signal ponselnya dikala dia sudah yakin pesawat sudah aman.“Tuan Darrel,” sapa sang pramugari sopan.“Kimberly masih ada di dalam kamar?” tanya Damian dingin dan datar.Sekitar dua jam lalu, Kimberly memilih membaringkan tubuh di kamar yang ada di pesawat, karena wanita itu tak sanggup menahan kantuk. Padahal jarak Los Angeles ke Chicago tidaklah jauh.“Masih, Tuan. Nyonya Kimberly sepertinya kelelahan. Saya tidak berani membangunkan beliau,” jawab sang pramugari sopan.Damian mengangguk singkat. “Biar aku yang membangunkannya.”“Baik, Tuan.” Pramugari itu menundukkan kepalanya, kala Damian melangkahkan
Read more

Bab 17. Easy Thing

Hampir dua jam lamanya Kimberly berada di kamar mandi. Entah sabun apa yang dipakainya sampai-sampai membuat wanita itu berada di dalam kamar mandi nyaris dua jam lamanya. Well, meski berjam-jam sekalipun, tapi Damian sama sekali tidak marah. Sejak tadi Damian duduk di sofa kamarnya seraya berkutat pada ponsel di tangannya. Pria tampan itu sama sekali tidak mengeluh Kimberly terlalu lama mandi.Suara pintu kamar mandi terbuka secara perlahan. Kimberly melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Tampak long dress berwarna putih model kemben membuatnya sangat cantik. Kulit putihnya selalu cocok memakai warna apa pun. Rambut cokelat terang diiikat messy bun, memperlihatkan leher jenjang dan indahnya. Polesan make up flawless menyempurnakan penampilannya. Biasanya dia menyukai make up bold, tapi kali ini, dia memilih menggunakan make up flawless agar terlihat jauh lebih segar.Langkah kaki Kimberly terhenti sebentar tepat tak jauh dari sofa di mana Damian duduk. Sejak tadi pria itu suda
Read more

Bab 18. Incident at the Nightclub

Asap rokok yang terkena wajah Kimberly membuatnya sedikit terbatuk. Aroma tembakau yang kental bercampur dengan anggur mahal menyeruak ke indra penciumannya. Sejak tadi dia tak henti mengumpati Damian yang membawanya pergi ke salah satu klub malam mewah yang ada di Chicago.Kimberly mengembuskan napas panjang melihat ke sekelilingnya. Hampir sembilan puluh persen di sekelilingnya adalah pasangan yang bermesraan dan saling bercumbu. Bisa dikatakan hanya dia dan Damian yang saling duduk berseberangan. Sungguh, ini benar-benar menyebalkan. Dia malas berada di tengah-tengah lautan manusia yang bermesraan. Membuat dirinya benar-benar tampak bodoh.“Damian, beri tahu aku kenapa kau membawaku ke sini?” tanya Kimberly dingin dan ketus.“Kenapa kau harus bertanya? Bukankah kau sering pergi ke klub malam?” Damian menjawab pertanyaan Kimberly seraya menyesap wine di gelasnya.Kimberly mendengkus pelan. “Kata siapa aku sering pergi ke klub malam?”Damian mengangkat bahunya. “Aku hanya menduga saj
Read more

Bab 19. You Are More Beautiful Than Her

Cahaya sinar matahari menembus sela-sela jendela. Perlahan dia mengerjap beberapa kali kala silaunya cahaya mengenai wajahnya. Sayup-sayup, matanya mulai terbuka seraya memijat keningnya. Namun, di kala dia hendak bergerak tiba-tiba Kimberly merasakan tangan kokoh melingkar di pinggangnya.Kimberly langsung mengalihkan pandangannya ke samping, dan seketika raut wajahnya berubah melihat Damian terlelap di sampingnya seraya memeluk pinggangnya erat. Napasnya tercekat. Wajahnya memucat. Pancaran matanya menunjukkan jelas kepanikan.Kimberly hendak menyingkirkan tangan Damian, tetapi ingatannya langsung mengingat kejadian tadi malam. Kejadian di mana pria itu membelanya di klub malam. Pun Damian memintanya untuk tidur di kamar pria itu.Kimberly terdiam, menatap dalam wajah tampan Damian yang tertidur pulas. Dia tak menampik wajah Damian bagaikan pahatan Dewa Yunani yang sempurna. Rahang tegas. Hidung mancung menjulang melebihi bibir. Alis tebal. Bulu mata lentik. Kulit cokelat eksotis se
Read more

Bab 20. Complicated Love

“Damian, kau mengajakku menonton pertandingan baseball?” Raut wajah Kimberly berubah kala dirinya dan Damian tiba di Wrigley Field—stadion baseball di Chicago yang merupakan tempat dari Chicago Clubs.Kimberly tak mengira Damian akan membawanya ke sini. Dalam benaknya Damian akan mengajaknya mungkin bertemu teman pria itu, atau mungkin juga menemani pria itu membeli sesuatu. Namun, ternyata apa yang ada dalam otak Kimberly salah besar. Damian membawanya ke tempat pertandingan baseball.“Jika sudah sampai di sini, aku tidak mungkin mengajakmu menonton bioskop kan?” Alih-alih menjawab, malah Damian membalikkan pertanyaan Kimberly.Bibir Kimberly tertekuk sebal mendengar ucapan Damian. “Aku bertanya memastikan, Damian. Memangnya salah kalau aku bertanya?”“Tidak, kau tidak salah. Lebih baik kita duduk sekarang. Pertandingan baseball akan segera dimulai.” Damian merengkuh bahu Kimberly, merapatkan tubuh Kimberly ke dalam dekapannya.Raut wajah Kimberly berubah kala mendapatkan pelukan dar
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status