“Ah,” Alika meringis perih saat Kelvin mengompres luka lebam di wajahnya. Ya, kini Alika sudah diantar oleh Kelvin pulang ke rumahnya. Awalnya Alika ingin menginap, namun karena kejadian yang menimpanya membuat Alika tidak mungkin mungkin menginap.“Apa sangat sakit?” tanya Kelvin yang tak tega. Pipi Alika sembab, ditambah dengan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Membuat Kelvin ingin sekali menghajar pria yang berani melukai Alika. Jika saja dia tidak menahan dirinya, maka dia sudah pasti melenyapkan pria yang melukai Alika.“Sakit sedikit, Kelvin. Aku tidak apa-apa,” jawab Alika pelan. “Terima kasih sudah datang tepat waktu. Jika bukan karena dirimu, kau tidak tahu bagaimana nasibku tadi. Sekali lagi terima kasih.”“Jangan mengucapkan terima kasih. Harusnya aku yang meminta maaf kerena tidak menjawab teleponmu.” Kelvin membelai lembut pipi Alika. “Sekarang aku ingin bertanya padamu, kenapa bisa kau tahu nama obat itu? Dan kau bilang pernah menjadi calon dokter, bagaimana bisa?
Read more