Beranda / Romansa / 30 Days Girlfriend / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab 30 Days Girlfriend: Bab 21 - Bab 30

164 Bab

21 Kamu Ingat Semuanya Kan?

-Jingga kelas 1 SMA & Naren kelas 3 SMA-“Kak Naren beneran nggak masalah nih pacaran sama aku?”Keduanya sedang berjalan beriringan menuju kantin, kali ini tanpa Amee dan Leny yang memilih memberikan waktu kepada mereka berdua di hari pertama mereka pacaran.“Emang mau lo cancel permintaan lo?”Jingga terdiam. Terlambat. Jingga terlanjur menyukai Naren. Ia tidak berani menilai perasaannya sebagai rasa ‘cinta’. Cinta monyet, mungkin kata orang.“Hei, nyesel?” tanya Naren yang masih menatap Jingga yang terdiam.“Takut Kak Naren terpaksa. Lagian kenapa aku bisa pede gila gitu minta kakak jadi pacarku! Udah gila aku kayaknya.”“Nggak bisa mundur ya, Ngga.”“Iya, iya. Kalo Kak Naren malu punya pacar aku, nggak apa-apa kok backstreet aja.”“Kenapa mesti malu?”“Siapa lah aku dibanding mantan-mantan Kakak yang cantik-cantik itu.”“Lo tau siapa aja mantan gue emangnya?”Jingga menatap Naren dengan malas. “Ini mau nyombong kalo mantan Kakak banyak apa gimana sih?”Naren terbahak sambil mengac
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

22 Mengurai Benang Kusut

-Jingga kelas 1 SMA & Naren kelas 3 SMA-“Kamu kenapa kepikiran minta aku jadi pacarmu sih, Ngga?” tanya Naren penasaran.“Bisa nggak sih Kak nggak usah nanyain itu. Malu tau.”“Kamu yang pertama loh, Ngga.”Jingga mengernyit bingung.“Kamu cewek pertama yang nembak aku. Biasanya selalu aku yang duluan.”“Wooow! Kok lebih terdengar sebagai celaan ya daripada pujian.”Naren tergelak melihat Jingga yang bertepuk tangan sarkastis. “Padahal bisa loh aku deket kamu terus tanpa kita perlu pacaran. Aku nyaman kok temenan sama kamu. Justru dengan pacaran gini, waktu kita jadi terbatas kan.”‘Tapi waktuku juga nggak banyak lagi, Kak. Aku nggak pengen nyesel,' batin Jingga."Waktu itu, Kak Naren bilang aku spesial. Spesial kenapa sih?""Ada deh."Jingga mengerucutkan bibir mendengar jawaban Naren.Naren sendiri juga tidak bisa menjelaskan apa spesialnya Jingga. Rasanya berbeda, seperti sudah mengenalnya sejak lama, walaupun mereka belum kenal lama.“Emang kenapa sih Kak, cuma mau pacaran tiga p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

23 Jangan Bicarakan Masa Lalu, Bisa?

“Pagi, Rhe ....” Naren dengan santai bersandar di mobilnya demi menunggu Rhea.Rhea yang baru membuka pagar rumahnya kini tampak tak terlalu terkejut dengan keberadaan Naren. Hampir setiap pagi dia menemukan pemandangan serupa.“Kamu mau ngajak aku bareng lagi?”Naren mengangguk dengan santai, bahkan membukakan pintu mobil untuk Rhea.“Nanti muncul gosip lagi. Kayaknya aku naik ojek aja deh.” Padahal puluhan alasan sudah ia siapkan sebelum keluar rumah, tapi kini semuanya lenyap dari otaknya. Hanya alasan tidak mau ada gosip lagi, yang bisa ia gunakan untuk menolak ajakan Naren.“Nggak lah, nanti aku yang urus. Aku bisa bikin aturan larangan bergosip di kantor atau bakal kulaporkan dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan,” jawabnya santai.“Nggak sekalian aja diancam dipecat?” ucap Rhea penuh sarkasme.“Bisa aja sih. Sebenernya perusahaan bisa aja nyari-nyari alasan buat mecat karyawannya. Tapi ribet nanti urusannya sama serikat pekerja. Lagian emangnya kamu tega?”“Ya nggak lah. A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

24 (Pura-Pura) Lembur

15.30Narendra: Rhe, balik jam berapa? Jadi ikut aku kan?Rhea menghela napas ketika membaca pesan singkat dari Naren. Ia masih belum bisa memutuskan mengiakan ajakan Naren atau tidak. Lagipula Naren masih merahasiakan ke mana ia akan membawa Rhea.15.45Rhea: Disuruh lembur. Ngerapiin laporan keuangan sebelum dikirim ke kantor akuntan publik (KAP).Rhea sampai harus menjelaskan singkatan dari KAP, siapa tahu Naren yang orang hukum itu tidak paham, sekaligus agar Naren merasa pekerjaan Rhea sangat penting sampai-sampai tidak bisa ditinggalkan.Narendra: Beneran nggak bisa ya?Rhea: Sorry.Naren meletakkan ponselnya dengan malas. Padahal ia sudah meminta Bi Sri, ART di rumah keluarganya untuk memasakkan makanan kesukaan Rhea semasa SMA. Mau ditaruh mana mukanya, padahal ia terlanjur pamer ke Bi Sri kalau ia akan mengajak Jingga ke rumah.Bi Sri sendiri sudah kegirangan begitu tahu Jingga yang bertahun-tahun lalu sering main ke rumah majikannya itu akan berkunjung kembali setelah sekian
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

25 Sudah Putus Kan? Atau Belum?

“Jadi temen nggak ada peka-pekanya lo ya.” Naren menatap Dio yang tanpa rasa bersalah mengambil posisi duduk di sebelah Naren, bukannya membiarkan Rhea yang duduk di kursi penumpang depan.“Hah, apa?” Dio menampakkan wajah innocent-nya.Rhea hanya diam sambil memperhatikan perdebatan kecil kedua orang di depannya. Ia memilih membuka ponselnya dan bertukar pesan di whatsapp group ‘Diet Mulai Besok’, yang beranggotakan dirinya, Amee, dan Leny.Amee: Jadi lo lagi jalan sama Kak Naren?”Rhea: Iya, tapi nggak berdua doang kok, atasan gue juga ikutLeny: ALASANRhea: Dih, dibilanginLeny: Trus ngapain lo masih sempet-sempetnya chatting sama kita?Rhea: Gue lagi membatasi interaksi gue sama dia nihAmee: Takut jatuh cinta lagi, Sis?Rhea: Diaaam!Leny: Udah ah, gue nggak mau bales lagi, nunggu cerita lo aja besokAmee: Udah ah, gue nggak mau bales lagi, nunggu cerita lo aja besok (2)Rhea: Sadis!Setelah kedua temannya benar-benar tidak ada lagi yang membalas pesannya, Rhea memilih menyapuka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

26 Aditama Candra

“Naren, tumben kamu pulang ke rumah sini.”“Kakek!” Naren terkesiap saat melihat kakeknya berjalan memasuki ruang makan.Aditama Candra—pemegang saham terbesar Candra Group—yang sudah beberapa tahun mengundurkan diri dari dunia usaha dan memilih mengasingkan diri ke daerah dataran tinggi Dieng. Ia sudah menyerahkan semua urusan perusahaan ke anak sulungnya, Adityo Candra. Meskipun ia merasa jengah dengan kelakuan Adityo yang sering berganti wanita, tapi harus ia akui anak sulungnya itu bertangan dingin dalam mengurus bisnisnya.Ibaratnya, kalau orang-orang menyebut Naren sebagai boss, Adityo yang juga papanya Naren adalah big boss, maka Aditama beyond above big boss.Naren menghampiri kakek yang sangat ia hormati itu, meraih punggung tangan kakeknya dan mengarahkan ke keningnya, kemudian memeluknya. “Kakek kok nggak bilang kalo ke Jakarta?”“Baru sampe tadi pagi kok. Rencananya besok mau ke kantor nengokin papamu sama kamu, eh nggak disangka kamu pulang ke sini.”Naren mengernyit bing
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

27 (Bukan) Makan Siang Keluarga

Narendra: RheNarendra: Aku nggak bisa bareng kamu ya pagi iniNarendra: Diminta nemenin Kakek sarapanRhea yang baru selesai mandi dan sedang bersiap di depan meja riasnya mendengkus kesal membaca pesan singkat dari Naren. ‘Apa maksudnya coba? Siapa yang mau bareng sama dia? Gue bisa berangkat sendiri.’Karena kesal, ia mengabaikan saja pesan dari Naren.Narendra: Rhe, kamu nggak kesiangan kan?Narendra: Rhe?“Astaga ... harus banget ya dibales?”Rhea: IyaRhea: Nggak ada yang pengen bareng kamu juga sihNarendra: Nah, gitu dong, nyolot, baru aku tenangMulut Rhea kini menganga sempurnya, tidak percaya melihat balasan pesan dari Naren. “Udah dibales, malah dibilang nyolot.”Narendra: Kakekku seneng warna navy. Tapi pake apa pun kamu cantik kok.Rhea: Shut up!***Narendra: Mau aku samperin atau ketemu di parkiran?Naren tahu kalau Rhea tidak nyaman terlihat sering bersamanya di area kantor. Karena itu dia memilih menanyakan pendapat Rhea terlebih dulu.Rhea: Di parkiran aja.Narendra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

28 Tunangan Palsu

Wanita itu terlihat tersenyum lebar dan mengikuti Naren.“Kamu nggak terganggu, Rhe?” tanya Aditama.Rhea mengernyit bingung. “Terganggu kenapa ya, Pak?”Aditama menatap ke arah perginya Naren sambil mengangkat dagu.“Saya sama Pak Naren cuma berteman, Pak. Jadi, nggak mungkin saya terganggu dengan hal seperti itu.”Aditama mengangguk-angguk. “Rhea, saya boleh minta satu hal nggak ke kamu?”‘Ok, mungkin ini saatnya.’ batin Rhea. Setelah dari tadi hanya tercipta obrolan ringan di antara mereka, mungkin ini saatnya obrolan serius itu. Entah apa yang akan diminta lelaki lanjut usia di depannya itu, yang pasti Rhea tidak akan mudah menolaknya.“Panggil saya Kakek aja. Saya nggak punya cucu perempuan. Lagipula kita di luar kantor, dan kamu sepertinya temen spesial buat Naren.”Rhea termangu sesaat, mencoba menelaah permintaan lelaki itu. Bukan hal yang mudah tentu saja, memanggil seseorang yang tidak ada hubungan darah dengannya dengan sebutan ‘Kakek’. Ditambah dengan posisi Aditama sebaga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

29 Kamu Masih Sama, Sudut Pandangku yang Berubah

“Maaf ya, Rhe. Tadi aku bohong, biar dia cepet pergi,” ucap Naren sambil membagi fokusnya dengan menyetir.Makan siang itu bisa saja berakhir berantakan seandainya tidak ada Aditama. Kedatangan Intan yang tiba-tiba, mengharuskan Aditama turun tangan dan mengusirnya secara halus. Belum lagi kecanggungan antara Naren dan Rhea setelah Intan pergi, untung saja Aditama bisa mencairan suasana.“Kasih kode dulu dong, biar orang nggak kaget. Lagian ide dari mana sih ngaku-ngaku tunangan?”Naren mengedikkan bahu. “Ya aku juga nggak nyangka kalo dia bakal balik lagi cuma demi mastiin ke kamu.”“Kakek juga bisa-bisanya ngikutin permainanmu.”“Udah luwes manggil Kakek.”“Pak Aditama yang minta ya, bukan karena kamu,” jawab Rhea.“Wajar sih, kakek emang nggak punya cucu cewek. Aku cuma punya dua orang sepupu cowok. Yang satu meninggal waktu kecil, dan yang satunya masih kuliah di Singapura.”“Kenapa kamu cerita ke aku?”“Biar kamu tau aja, kalo kakekku mungkin memang pengen banget cucu cewek.”Rhe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

30 Kesempatan Untukmu dan Untuknya

-Jingga kelas 1 SMA & Naren kelas 3 SMA-“Kak, kita mau pacaran tiga puluh harinya itu … hari sekolah apa hari kalender?”Pertanyaan polos Jingga membuat Naren terbahak. “Hari kalender lah, kan kadang sabtu atau minggu kita jalan juga berdua.”“Oh iya ya, kirain gitu Kak Naren khilaf trus jawabnya hari sekolah.”“Kamu denger dari mana istilah ‘hari sekolah’ sama ‘hari kalender’?”“Dari Papa. Papa ngomongin ‘hari kerja’ sih, cuma kuubah jadi ‘hari sekolah’.”Naren mengacak rambut Jingga. Hanya ketika mereka sudah tidak di wilayah sekolah, Jingga tidak akan melarang Naren mengacak rambutnya. Kalau di lingkungan sekolah, Jingga dengan tangkas menepis tangan Naren. Rambutnya sudah terlalu panjang dan merepotkan kalau harus merapikannya setiap Naren mengacaknya.“Ngga, mau nonton apa?” Naren mencari-cari film dari tumpukan DVD di rak bagian bawah televisi.“Males ah, Kak Naren tidur melulu kalo lagi nonton.”“Kalo filmnya nggak seru ya tidur.”“Apaan. Kak Naren tidur terus ya kalo lagi non
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status