Semua Bab Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua: Bab 131 - Bab 140

151 Bab

BAB 131 — AKU PERLU BICARA DENGANNYA

“Kau pikir saja, sebelum ibumu pindah untuk hidup bersamamu, Janu setiap hari mengunjunginya, meminta maaf. Lalu Janu bercerai dengan Rosaline dan semua orang tahu, pun jika mereka tidak mendengar berita Janu sudah memberitahukan hal itu lebih dulu. Mana mungkin mereka tidak tahu apa-apa?”Gemintang terdiam, berusaha mencerna semua yang baru saja diungkapkan Manggala. Dadanya terasa sesak. Bertahun-tahun ia menjalani hidup dengan keyakinan bahwa Janu tidak pernah benar-benar peduli. Kini, kenyataan itu seperti tamparan keras baginya.“Tapi aku benar-benar tidak tahu,” suara Gemintang lirih, nyaris seperti bisikan.Manggala menggeleng, masih dengan tatapan tegas. "Itulah masalahmu, Gemintang. Kau selalu tak tahu. Tak pernah mau mendengarkan. Janu sudah mengorbankan banyak hal, lebih dari yang kau bayangkan. Tapi kau selalu memilih untuk lari dan menutup diri. Sekarang, lihat hasilnya. Kau bahkan tak tahu dia sudah bercerai, kau tak tahu apa-apa tentang hidupnya sekarang."Gemintang meme
Baca selengkapnya

BAB 132 — TAK INGIN MENYAKITI

“Gala …, kamu ….”Belum sempat Lorena menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba si kembar Keenan dan Kinara berlari ke arahnya seraya berteriak, “Aunty Rena! Uncle Bass!”Hal itu membuat Manggala terhenyak. Pria itu menatap Lorena dengan tatapan yang sulit diartikan. Rasa marah dan kecewa bercampur menjadi satu dalam dadanya. Bukan tanpa alasan perasaan itu muncul, tetapi semua terjadi karena Lorena ketahuan berbohong padanya.Sebelumnya, wanita itu pamit untuk pergi ke Malaysia selama beberapa hari. Kenyataannya, sekarang dia justru berada di sini, di Kota S. Tempat dimana dia mengunjungi Gemintang. Masih ada lagi hal yang membuat Manggala kecewa berat. Lorena pernah mengaku tidak mengenal Gemintang, namun kini wanita yang dicintainya itu datang bersama Baskara. Reaksi Keenan dan Kinara yang berlari ke arah mereka sudah menunjukkan bahwa hubungan Lorena dengan Gemintang tidak hanya sekadar saling mengenal atau mengingat nama. Mereka jelas akrab dan kemungkinan besar Lorena sering berkunj
Baca selengkapnya

BAB 133 — I'M FINE

Lorena hendak menjawab, tetapi lagi-lagi semua hanya tercekat di tenggorokan. Dia tak siap dengan suasana ini. Dia juga tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan Manggala dengan benar. Sebab jika sudah seperti ini, maka semua hanya akan terasa salah di matanya.Manggala sangat sensitif dengan orang yang tidak jujur, bahkan dalam hal sederhana sekalipun. Sekali kecewa, akan sulit mengubah persepsinya.Sekarang Lorena harus bagaimana?“Soal perasaanmu itu … apa kau juga berbohong padaku?”Lorena tertegun. Dia mengangkat wajahnya dan menggeleng cepat. “Bagaimana kamu bisa menyimpulkan seperti itu? Aku memang berbohong, tapi aku tidak sejahat itu untuk menipumu.”“Kuharap jawaban itu bisa kau pertanggungjawabkan,” ujar Manggala sebelum membuang napas panjang.“Kamu tidak percaya?” Lorena bertanya dengan bola mata yang berkaca-kaca.“Kita bahas lagi setelah kembali.”Setelah mengatakan itu, Manggala tidak mengucapkan banyak kata lagi. Dia lalu masuk ke dalam mobil dan pergi dari halama
Baca selengkapnya

BAB 134 — KARMA?

Manggala berusaha menegarkan diri. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar, menghalau rasa panas yang mulai menyerang kedua bola matanya. Dia harus melanjutkan perjalanan untuk kembali ke kota J secepatnya.Ia juga berharap, masalahnya dengan Lorena ini segera menemukan jalan keluarnya.***Malam telah tiba, pesta ulang tahun Maura yang cukup sederhana itu akhirnya bisa berakhir dengan baik, meskipun harapan besar Maura tidak sepenuhnya terlaksana. Namun, usai mendengar penjelasan Gemintang bahwa ayahnya sedang sakit, anak itu cukup mengerti, bahkan meminta sang ibu membawanya ke sana. Kini, saat semua anak-anaknya sudah beristirahat, tetapi Gemintang masih sibuk membereskan meja makan yang dipenuhi dengan beberapa gelas plastik. Ditemani dengan Baskara yang sedang membuat kopi. Bu Ningrum, baru saja keluar dari kamar, melihat Gemintang mengelap meja makan dengan tatapan kosong. Dia bahkan menjatuhkan beberapa gelas plastik itu tanpa sengaja hingga airnya mengotori lantai. Wanit
Baca selengkapnya

BAB 135 — BIARKAN DIA MEMILIH

Dua mata Gemintang berlinang. Meski begitu ia menatap dalam ke arah Bu Ningrum dan Baskara, seolah menuntut penjelasan yang sejelas-jelasnya. Dada wanita itu kini bergerak naik turun, tak kuasa menahan sesak yang sejak siang ia tahan. Sementara itu Baskara dan Bu Ningrum bungkam. Keduanya bergeming, seolah tak punya jawaban yang memadai untuk pertanyaan itu. Bertahun-tahun ia percaya dengan keluarga ini, tetapi ketika mendengar penjelasan Manggala tadi, dia kecewa. Entah niat mereka baik ataupun sebaliknya, Gemintang tetap perlu tahu maksud mereka melakukan ini semua. "Selama ini dia melakukan banyak hal untukku, tetapi kalian semua hanya pura-pura tak melihat. Kalian tahu dia datang, tak peduli dengan kesalahan yang dia lakukan sebelumnya, tetapi dia masih memiliki itikad baik untuk memperbaiki hubungan ini, tapi ternyata, baik ibu, ataupun kau, Bas ... tidak ada yang memberitahuku!” Gemintang menatap mereka dengan air mata yang mengalir deras. Tumpah sudah semua penyesalan dan pe
Baca selengkapnya

BAB 136 — BICARA

Hari berikutnya, pagi-pagi sekali Gemintang langsung bertolak ke kota J. Meski rasanya berat meninggalkan si kembar, dia tahu bahwa pertemuannya dengan Janu lebih mendesak. Dia harus menyelesaikan segala masalah di antara mereka terlebih dahulu, agar ketika kembali bersama anak-anak, tidak ada lagi beban yang membayangi. Keputusannya sudah bulat, kali ini semuanya harus diakhiri dengan kejelasan.Dengan segala keperluan yang telah disiapkan oleh Manggala, perjalanannya berjalan lancar. Semua urusan akomodasi dan transportasi sudah diatur olehnya, sehingga Gemintang bisa langsung menuju rumah sakit tempat Janu dirawat tanpa kendala.Sepupu Januartha itu pun menunggu Gemintang di sebuah koridor tak jauh dari ruangan Janu.“Aku turut senang, akhirnya kamu mau datang, Gemintang,” sapa Manggala pelan ketika melihat Gemintang berjalan mendekat. "Oh, ya, mana Maura? Dia tidak jadi ikut?"Gemintang menggeleng sebagai jawaban, mengulum senyum tipis. "Dia masih ujian. Lusa akan menyusul ke sini
Baca selengkapnya

BAB 137 — AKU MASIH CINTA

Kabin pengangkut itu berhenti di lantai yang dituju Gemintang. Pintu terbuka, dan Manggala segera memandunya menyusuri lorong pendek dengan langkah cepat. Tidak ada percakapan, hanya suara langkah mereka yang terdengar di sepanjang lorong itu.Ruang Mandevilla nomor 1090 kini ada di hadapannya. Pintu putih dengan plakat kamar VIP itu terlihat tertutup rapat. Sejenak, Gemintang ragu, tetapi Manggala yang berdiri di sampingnya, mencoba meyakinkannya."Silakan langsung masuk saja, ini bukan jam istirahat. Siapapun boleh berkunjung," ucap Manggala sambil tersenyum tipis. Gemintang ingin bicara tetapi Manggala lebih cepat menyahut. "Aku akan tunggu di bawah. Kalau ada apa-apa atau butuh bantuan, kau bisa meneleponku," tambahnya, sebelum pergi meninggalkan Gemintang yang masih terpaku di depan pintu.Gemintang menatap papan putih itu sekali lagi. Perasaannya bercampur aduk—gugup, marah, rindu—semuanya menjadi satu. Ia meremas kedua tangannya, berusaha menenangkan diri. Dengan napas yang
Baca selengkapnya

BAB 138 — KESEMPATAN KEDUA

Gemintang menggeleng keras, air matanya semakin deras mengalir. “Apa pun yang membuatmu bahagia, itulah yang membuatku lega. Sekalipun itu berarti berpisah dariku dan mengakhiri pernikahan kita. Aku akan memberikan kebebasan yang kamu minta. Kamu hanya perlu menandatangani berkasnya. Aku akan minta Manggala mengurus semuanya.”"Mas, ini bukan hanya soal aku. Ini juga soal anak-anak. Maura pasti akan marah padaku—"Janu menempelkan telunjuknya di bibir Gemintang, menghentikan kata-katanya. "Jangan berusaha membuat anak-anak bahagia dengan menyiksa dirimu sendiri. Mereka akan mengerti, suatu hari nanti."Gemintang terisak lebih keras. “Tidak! Aku tidak mau! Aku tidak mau berpisah denganmu! Aku bohong waktu itu!”Janu tertegun mendengar pengakuan itu. Ia menatap Gemintang dengan ekspresi tercengang.“Aku masih cinta, Mas!” Gemintang melanjutkan, suaranya gemetar penuh emosi. "Sejauh apapun aku pergi, perasaanku tidak pernah berubah. Mungkin aku terlihat bahagia tanpamu, tapi dalam hatik
Baca selengkapnya

BAB 139 — MENGUBAH SEGALANYA

Keputusan yang diambil hari itu benar-benar mengubah segalanya. Bukan hanya hubungan mereka yang perlahan membaik, tetapi kesehatan Janu juga berangsur pulih lebih cepat dari yang dibayangkan. Setiap hari, keberadaan Maura, Keenan, dan Kinara seperti memberikan energi baru yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ketiga anak itu seolah menjadi booster, sumber kekuatan bagi Janu untuk terus bertahan dan berjuang kembali.Saat Maura membawakannya buku cerita yang baru saja ia baca, atau ketika Keenan dan Kinara berlari mengitarinya dengan tawa riang, Janu merasa ada kehidupan yang kembali tumbuh dalam dirinya. “Ayah cepat sembuh, ya! Bair bisa gendong Nara lagi!” ujar Kinara saat anak itu menjenguknya. Begitu juga dengan Keenan yang menimpalinya, “Ih, jangan cuma gendong Nara, dong! Biar bisa main mobil sama Keen!”Anak-anaknya menjadi alasan kuat mengapa ia harus pulih—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mereka.Di setiap tawa mereka, Janu menemukan harapan baru, dan
Baca selengkapnya

BAB 140 — ISTRIKU MEMPESONA

Hari ini, Gemintang mendapat kabar dari perawat bahwa suaminya sudah diizinkan pulang. "Perawat bilang, setelah kunjungan dokter nanti, malam ini kamu sudah bisa pulang, Mas," ucapnya sambil menata ransum makanan yang baru saja dibawa.Janu, yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit sambil sibuk dengan laptop, menatap ke arah Gemintang. "Syukurlah. Aku sudah bosan di sini.""Makan dulu, kerjanya bisa nanti. Atau pekerjaanmu sekarang memang tidak bisa ditinggal?" tanya Gemintang, sambil membuka bungkus plastik yang menutupi mangkuk dan piring, lalu membuangnya ke tempat sampah."Tidak terlalu penting. Aku hanya memeriksa laporan keuangan dari Dhani tadi malam. Bulan ini, penjualan agak menurun meski omzet masih stabil.""Karena kamu sakit?" tanya Gemintang, menatap suaminya dengan alis terangkat. Janu mengangguk dan menutup laptopnya, meletakkannya di meja samping."Mungkin karena aku tak bisa langsung bertemu dengan klien. Beberapa dari mereka hanya mau kalau aku yang menangani la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status