Beberapa jam setelah kepergian Janu, suasana rumah kembali sepi. Anak-anak sudah tertidur, sementara Gemintang masih duduk di ruang tengah, cangkir kopi yang sudah dingin di tangannya. Matanya memandang kosong ke arah jendela, seolah mencari jawaban di luar sana.Bu Ningrum, yang sejak tadi mengamati putrinya dari sudut ruangan, perlahan mendekat. Ia tahu, sejak berpisah dengan Janu, meskipun Gemintang terlihat tegar di luar, ada pergulatan emosi yang tengah terjadi di dalam dirinya."Gemintang," panggil Bu Ningrum pelan. Wanita paruh baya itu duduk di sebelah putrinya, menyentuh bahunya dengan lembut. “Ini sudah larut, kenapa belum istirahat?”Gemintang mengangkat wajahnya ke arah ibunya, lalu menegakkan tubuhnya dan meletakkan cangkir di tangannya ke atas meja. "Aku... sedang tidak bisa tidur saja, Bu. Ibu sendiri, kenapa belum tidur?"“Ibu baru saja dari kamar mandi, baru mau tidur, tapi malah lihat kamu di sini. Ada apa, Gemintang? Ibu lihat kamu sedang memikirkan sesuatu,” tanya
Read more