Mahendra terus menatapku, aku terus menunduk tidak berani memandangnya. Entah mengapa orang ini selalu membuat jantungku tak menentu."Kakek aku izin pulang, ini sudah menjelang magrib," pamitku ke kakeknya Mahendra."Biar pulang bersama ...." Kakeknya bicara langsung dipotong oleh Mahendra." Bersamaku, Rania.""Kita belum sah, aku tak ingin membuat orang jadi berfikiran yang tidak-tidak," jawabku cepat.Dia hanya diam."Maksud kakek pulang sama asisten kakek," timpal kakeknya lagi."Jangan sembarangan kakek, aku tidak akan membiarkan Rania bersama laki-laki lain," jawab si Mahendra. Benar-benar itu orang.Aku segera undur diri. Lagi dia dengan tegas berucap."Tunggu besok jam sembilan, aku akan menjemputmu menjadi istriku!"Astaga itu orang benar-benar meresahkan. Sekarang aku yang diam, nyaliku benar-benar ciut dibuat. Apa benar kami akan menikah besok pagi. Sekarang aku yang panik.Aku berdiri lalu dengan takzim mencium tangan kakeknya. "Hati-hati, kita buktikan apakah cucu saya
Read more