All Chapters of Menjadi Istri Sultan Setelah Dibuang Mantan: Chapter 11 - Chapter 20

39 Chapters

Apakah kamu serius?

"Memang Sultan Mahendra itu anugerah Tuhan yang luar biasa, Rania. Bahkan hanya dilewati olehnya hati ini berdesir tak menentu."  "Sudahlah, Din. Hanya di kisah Cinderella saja seorang bos mau dengan wanita kalangan bawah seperti kita."  "Tak ada yang tidak mungkin Rania, jodoh itu tak ada yang tahu."  Dini terus ceramah hingga abangnya menjemput kami.  "Dini, Rania ... Abang cari kemana-kemana ternyata mangkal disini!" Teriaknya.  "Iya, bang. Rania mau cari motor, tapi itu dia sama kayak aku, lebih suka gratisan."  "Hahaha ... ada-ada saja. Ayo pilih, Ran. Abang belikan."  "Diiih, demen banget punya pacar kayak Abang. Tapi hati-hati, bang! saingan Abang berat."  "Oh,
Read more

Calon imam

Ibu dan ayah juga terlihat bingung. Kami berempat masih belum percaya diantarkan mobil baru ke rumah. Apalagi ditambah dengan surat yang kupegang. Benar-benar meresahkan dibuat."Ran, apa kamu punya pacar?" tanya ibu."Gak punya, bu.""Terus siapa yang mengantarkan mobil ini?" tanya ibu lagi."Dari calon imamnya katanya, bu. Ciyee akak punya pacar ternyata sultan, bu. Senggol dong aku, kak." Astaga Rini kenapa dia yang jadi baper. Aku aja masih bingung apa ini dari Mahendra atau bukan. "Lalu siapa yang membeli mobil ini untukmu, Nak?" tanya ayah lagi."Rania juga tidak tahu, yah." Aku juga bingung harus jawab apa. Masalahnya tidak ada nama orang yang mengirim."Kita tunggu saja ayah, katanya ini seserahan dari pengirim mobil ini." Rini masih berjuang ingin mendapatkan ipar seorang Sultan. Benar-benar itu bocah. Ayah dan ibu bingung menjawab pertanyaan tetangga yang datang silih berganti. Baru kemarin kata ibu mereka memojokkanku yang dikhawatirkan akan memjadi perawan tua karena di
Read more

Kedatangan Mahendra

  Mobil baru masih terparkir rapi di depan rumah yang membuat tetangga berhenti setiap melihatnya. Benar-benar meresahkan.    "Bu Darma keren punya mobil baru." Salah satu tetangga sedang mengobrol di dekat ibu.    "Iya, ini dari calon imamnya Rania," jawab ibu. Astaga ibu ini bikin malu saja. Mau taruh dimana muka ini.    "Ih, keren sekali anaknya bu Darma. Dalam rangka apa bu?  Secara anak ibu 'kan bakal jadi perawan tua karena dinggal pas hari H nikah." Rasanya nyesek sekali mendengarnya. Mulutnya bu Ningsih memang tidak pernah di sekolahkan.    "Tenang saja, bu Ningsih. Anak saya masih laku ini buktinya mobil ini sebagai seserahan untuk lamaran anak saya."  
Read more

Tak Menyangka

Ibu dan ayah mempersilakan Mahendra beserta keluarganya duduk di ruang tamu. Seserahan jangan ditanya, ruang tamu penuh dengan seserahan dari Mahendra. Dia begitu percaya diri, tak sedikit pun terlihat tegang. Padahal ini pertama kalinya dia datang ke rumah."Astaga, apa benar akak akan menikah dengan seorang Sultan?" tanya Rini yang tak berkedip. Aku seperti patung yang duduk berhadapan dengan Mahendra dan keluarganya."Akak apa tidak ada sesi untuk dirias, astaga penampilan akak masak pake mukenah tahun 2000-an dilamar Sultan." Rini tak dapat menahan tawanya. Aku sudah seperti patung."Semoga tidak ada sesi pemotretan akak, betapa hasilnya sungguh memukau," Rini berbisik lagi. Mahendra hanya nyengir melihat Rini yang terus berbisik. Aku yakin dia pasti mendengar bisikan Rini.Sekarang aku yang mulai gugup. Benar-benar Mahendra ini. Aku menyenggol ayah agar berada di dekatku. "Ayah, apa tidak masalah aku yang pake mukenah ini," bisikku."Tidak apa-apa, nak. Lebih memalukan lagi kamu
Read more

Bingung

Semalaman aku tidak bisa memejamkan mata. Wajah Mahendra menari-nari di kepalaku. Dia yang begitu to the point dan tak suka basa basi membuat siapa saja menjadi gundah gulana seperti ini. Namun, jujur ada yang memaksa hatiku seperti merasa bahwa dia terpaksa atau hanya iba denganku saja.Seserahan Mahendra bahkan memenuhi kamarku yang tidak begitu luas ini. Aku hanya menatap semua barang merek terkenal ini. Dua kali aku merasakan dilamar. Namun, kali ini nuansanya lebih beda. Aku hanya takut, ketika cintaku mulai bermekar Mahendra justru akan hilang begitu saja seperti si Arham. Kadang aku berfikir, apakah aku layak untuk bahagia atau tidak. Trauma setahun yang lalu tidak mudah bagiku untuk sembuh.Ibu mengetuk pintu lalu duduk di samping ranjangku. "Rania, jika kamu ragu tidak perlu dipaksa. Karena sesuatu yang dipaksa itu tidak baik," ucap ibu mengelus rambutku."Rania, meski Mahendra sangat mampu dibanding si Arham, tetap saja semua keputusan ada ditanganmu. Ibu hanya ingin kamu b
Read more

Dilema

"Dia itu pacarnya si Bos. Semoga saja kamu sadar diri, Rania.""Terima kasih pak Arham, aku bahkan jauh hari sudah sadar diri. Anda tidak perlu mengajarkan saya bagaimana untuk sadar diri,"jawabku. "Hahaha ... Rania. Aku tahu kamu sudah ada rasa dengan si bos. Karena kamu itu cewek yang gampang dikibulin dan jatuh cinta." Astagfirullah, ingin kutampar mulut kasarnya. Oh, sepertinya dia tidak tahu jika Mahendra datang melamarku. Ah, tapi biarlah tidak perlu berkoar-koar dengan si Arham."Benar sekali pak Arham. Siapa pun akan mudah jatuh cinta jika laki-lakinya seperti pak Mahendra. Bukan seperti anda yang hanya jadi benalu. Uh, seketika aku merasa kasihan dengan anda pak Arham." Dia menatap wajahku dengan pias. Tangannya dinaikkan ingin menamparku. Seketika aku mundur, melihat wajahnya yang seperti ingin menerkamku."Hei, pak Arham jangan jadi cemen anda! hanya berani dengan perempuan saja. Kupastikan akan memotong tanganmu jika berani menam
Read more

Rumit

Selama perjalanan kami hanya diam. Dia pun membuka lembaran koran yang baru dia beli. Luar biasa sekali dia. Sepertinya dia punya kebiasaan membaca setiap hari. Aku? Entahlah, banyak pikiran membuatku jarang untuk meluangkan waktu sekedar membaca. Dipikiranku hanya bagaimana mendapatkan duit. Padahal sebelumnya aku adalah murid yang paling rajin. "Mau baca?" tanya Mahendra."Lanjutkan saja," jawabku."Membaca membuat pikiranmu jernih dan luas," sambungnya lagi."Betul, jika tidak ada beban di pundak," jawabku kilat."Tidak ada hubungannya. Sebagian orang, mau seperti apa pun masalahnya tetap membaca. Karena membaca seperti kebutuhan dalam dirinya, terkadang ada solusi dan nasehat yang bisa kita dapatkan di setiap bacaan yang kita baca," jawabnya lagi. Perkataannya benar. Namun, terkadang karena merasa sibuk sendiri kita melupakan hal yang penting. Termasuk aku yang sibuk mencari uang dan membayar hutang.Suasana hening kembali. Kenapa aku mulai mengaguminya, tapi jika memang dia puny
Read more

Dibuat Salah Tingkah

Teriakan Dini membuat semua mata menuju ke arah kami."Din ... kenapa kamu teriak?" tanya mamanya Dini."Kita kalah cepat, Ma. Rania sudah dilamar oleh seseorang," ucap Dini kilat."Apakah betul itu pak Darma?" tanya bapaknya Dini."Iya, betul. Semalam Rania sudah dilamar. Mobil yang terparkir di luar itu sebagai bentuk seserahan dari yang melamar." Ayah ikut menjawab. Kulihat ayahnya menghela nafas."Dalam agama kita diajarkan untuk tidak mengambil tunangan orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf tidak konfirmasi dulu," ucap bapaknya Dini."Kami juga minta maaf kepada dokter Noval dan keluarga. Rania memang belum menerima pinangan ini karena diminta tiga hari untuk istikharah, " sambung ayah.Suasana hening. Aku tak berani menatap dokter Noval dan keluarganya. Namun, Dini disampingku terus senyum-senyum tidak jelas. "Berarti saya terlambat satu langkah, tapi tidak apa-apa
Read more

Gentar Dibuat

Secepat kilat kutarik tangannya Dini. Mahendra terus tersenyum ke arah kami. Benar-benar itu orang, bikin malu saja. Dia terus memandang kami dari jauh tanpa mempedulikan karyawan yang mendengar ucapannya."Wah, kayaknya abangku benar-benar kalah jauh," ucap Dini yang masih belum percaya."Semakin lama orang itu semakin aneh, apa iya dia tulus ingin menjadikanku sebagai istrinya, Din?" tanyaku yang masih tidak percaya."Kata orang sejauh kita melangkah, jodoh akan kembali untuk menjemput kita.""Ckck ... sejak kapan temanku ini romantis syekali.""Sejak mobil seserahan itu terparkir di rumahmu Rania. Huha ... Pengen dong dilamar Sultan," ucap Dini nyengir."Halu terus bestie, mari kita semangat bekerja.""Asiyap bestieku calon istri bos Mahen!" Astaga Dini, pakai teriak-teriak segala.Kami berpisah karena ruangan kami berbeda, seperti biasa Mahendra membuatku terkejut lagi karena berada di belakangku. Benar-benar ini orang."Rania mengapa kamu menghindariku?" tanya Mahendra."Aku buka
Read more

Ragu

Mahendra terus menatapku, aku terus menunduk tidak berani memandangnya. Entah mengapa orang ini selalu membuat jantungku tak menentu."Kakek aku izin pulang, ini sudah menjelang magrib," pamitku ke kakeknya Mahendra."Biar pulang bersama ...." Kakeknya bicara langsung dipotong oleh Mahendra." Bersamaku, Rania.""Kita belum sah, aku tak ingin membuat orang jadi berfikiran yang tidak-tidak," jawabku cepat.Dia hanya diam."Maksud kakek pulang sama asisten kakek," timpal kakeknya lagi."Jangan sembarangan kakek, aku tidak akan membiarkan Rania bersama laki-laki lain," jawab si Mahendra. Benar-benar itu orang.Aku segera undur diri. Lagi dia dengan tegas berucap."Tunggu besok jam sembilan, aku akan menjemputmu menjadi istriku!"Astaga itu orang benar-benar meresahkan. Sekarang aku yang diam, nyaliku benar-benar ciut dibuat. Apa benar kami akan menikah besok pagi. Sekarang aku yang panik.Aku berdiri lalu dengan takzim mencium tangan kakeknya. "Hati-hati, kita buktikan apakah cucu saya
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status