All Chapters of Menjadi Istri Sultan Setelah Dibuang Mantan: Chapter 21 - Chapter 30

39 Chapters

Apakah Ini Nyata?

Malam tiba entah mengapa aku gelisah. Perasaanku tak menentu. Sampai shalat isya aku masih duduk di atas sajadah. "Rania ada Dini mencarimu," panggil ibu. Aku memang meminta Dini untuk ke rumah. Bergegas aku keluar untuk menemui Dini. Dia ternyata datang bersama abangnya. Sekarang aku yang malu berada di dekat mereka. Dalam keadaan apa pun mereka masih tetap setia menemuiku."Kok wajahnya ditekuk begitu," sapa Dini."Sepertinya aura pengantin mulai terasa," sambung Abang Noval. "Hehe ... abang bisa saja," jawabku."Kenapa memaksaku kesini, sayangku," ucap Dini membuat aku dan bang Noval tertawa."Sayang, sayang, makanya kamu jangan jomblo saja," ucap Abang Noval sambil mencubit hidung adiknya. Mereka memang sangat akrab sekali."Bang, gak apa-apa 'kan aku kembalikan motor ini," jelasku dengan pelan."Apa kamu sudah menerima lamaran Mahendra?" Tanya Abang Noval.Aku diam. Namun, hatiku m
Read more

Ternyata ini .....

Dia mengulurkan tangannya dengan wajah yang terus tersenyum. Aku mengambil tangannya lalu menciumnya dengan takdzim. Dia begitu khusyu' hingga aku mencubit tangannya. Dia melotot."Jangan terlalu ber drama jadi orang, tuan. Aku bukan lawan mainmu." Dia melotot. Baru tau 'kan Rania Fitriana bukan lawan main.Setelah itu pemberian mahar, dia memberiku dengan penuh senyuman. Dipikiran orang lain kami begitu bahagia. Entah mengapa fia terus tersenyum di depan banyak orang seperti sangat menginginkan pernikahan ini. "Aku menerima dengan baik maharnya tuan. Jangan lupa isi wasiat kakek lebih banyak lagi," bisikku. Dia menaikkan alisnya."Ekhem ... pengantin baru. Kayaknya Rania sudah tidak sabaran," ucap salah satu tamu undangan. Astagfirullah aku bahkan lupa jika ada yang memerhatikan kami."Sabar pengantin, ciyee ...." Eh, si Mahen senyum-senyum tidak jelas. Dia langsung menarikku dalam rangkulannya."Iya, ini om istri saya ternyata tidak sabaran." Astaga ini orang, bisa-bisanya dia mem
Read more

Panggil Ayang!

Kami memasuki kawasan elit. Mahendra hanya diam disampingku setelah kejadian tak terduga tadi. Rumah yang asri dengan tanaman yang begitu tertata rapi membuat rumah ini sangat nyaman. Dari awal masuk pos penjagaan begitu ketat. Selain itu, konsep rumah ini memang seperti villa yang dibangun untuk yang ingin hidupnya lebih privasi.Aku terpukau melihat rumah ini yang menawarkan pemandangan sawah yang indah, juga keindahan taman asri di sekelilingnya. Arsitekturnya dibuat modern, ada kolam renang pribadi yang membuat sensansinya sangat menyegarkan.Ayah dan ibu beserta Rini lebih duluan sampai, Mahendra membukakanku pintu layaknya suami istri. Romantis sekali."Akak ... ngiri aku," bisik Rini."Namanya juga pengantin baru, dik," balasku berbisik. Si Rini hanya nyengir."Bisik apaan, sayang." Mahendra memegang tanganku membuatku berdesir. Astaga ini orang bisa-bisanya selalu mengejutkan.Masuk ke rumahnya kami dijamu layaknya tamu penting, baru kutahu Mahendra orangnya super bersih menga
Read more

Salting

Dia duduk santai sambil memainkan ponselnya. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Apa dia tidak makan malam? Sementara kebiasaanku selalu makan malam bersama setelah isya dengan ayah, ibu dan Rini. "Kenapa?" "Apa di rumah ini tidak ada makan malam?" tanyaku yang polos. Sudah jadi suami istri mau jaim seperti apa tetap saja akan bersama. Lebih baik jujur apa adanya. "Oh ... sebentar." Dia berjalan lalu menekan tombol yang terletak di dalam kamarnya. "Bu Sukma ... bawakan istri saya makan malam." Dia langsung mematikan. "Aku tidak pernah makan malam," ucapnya. "Lalu?" "Aku kalau makan sebelum magrib," jawabnya. Ribet sekali pokoknya orang kaya ini. Aturannya banyak sekali. Selain semprot seluruh badan makan juga harus diatur porsinya. Tak lama kemudian bu Sukma datang membawa nampan berisi makanan. Lengkap dengan makanan penutup yang ada buahnya. Mahendra duduk menemaniku. Duh, ini orang kenapa dia tidak ke tempat lain saja. Jantung ini tak bisa dikondisikan ji
Read more

Malu

"Biasa banyak fans dimana-mana," ucapku, dia melotot. Ingin kugerakkan badanku rasanya ingin rebahan melihat bintang-bintang dari kamar ini. Namun, dia langsung didekatku. "Setalah makan tidak boleh rebahan tunggu beberapa menit lagi." Ya ampun ribet sekali hidupnya orang kaya satu ini. Dan hebatnya aku nurut saja dengan duduk menatap bintang-bintang itu. Aku menyukai kamar ini, rasanya setelah sekian lama hidup ini terasa lebih berwana. Apalagi melihat ciptaan Tuhan yang luar biasa sedang duduk santai membaca majalah. Seperti kata Rini dia benar-benar mirip artis korea. Sekarang aku bingung mau tidur dimana. "Santai saja aku tidak memakanmu, sini tidur," ucapnya menunjuk bed yang dia tempati. Duh, tapi jangan begitu kali menatapnya. Bisa habis oksigen di dalam tubuh ini. "Jangan takut aku belum niat sampai ke arah sana." Diih, ini orang.
Read more

Rasanya Sesak

Dia masuk langsung duduk di sofa ruang tamu. Dengan gaya soknya seperti menjadi nyonya di rumah ini. Mahendra turun dan terhenti melihat mantan pacarnya duduk dengan santai."Sayang ...." Dia ingin berhamburan memeluk Mahendra, tapi Mahendra langsung mundur dan mengalihkan diri yang membuat Sisca terlihat marah. "Kok gitu, sih. Jangan bilang kamu sudah jatuh cinta dengan istrimu yang kumal kampungan itu," ucap Sisca dengan sinis. Benar-benar tidak ada malunya.Mahendra santai duduk sembari menggandeng tanganku."Jika iya, kenapa Sisca?" Mahendra bertanya sambil duduk disampingku. Dia memegang tanganku membuat Sisca semakin marah."Apa kamu lupa jika menikah dengannya hanya karena harta kakekmu." Dia terus memojokkanku membuat dada ini panas. Namun, aku bukan tipe wanita yang langsung melabrak atau bar-bar. Kecuali dengan si Arham tak ada guna itu."Itu dulu, sekarang dia adalah masa depanku.""Sayang!" Sisca berteriak."Hargai istriku Sisca, kamu yang menginginkan aku menikah dengann
Read more

Kamu Kenapa?

Aku termangu duduk meratapi nasibku yang unik. Lagi, aku melihat aksi nekat Sisca mantan kekasihnya Mahendra. Hingga malam menjelang tidak ada tanda -tanda dia kembali. Apakah dia jadi menikah dengan Sisca? Mengingat Mahendra tidak ingin di cap sebagai pembunuh.Rasanya selera makanku ikut berubah mengingat Mahendra akan menikah lagi. Baiklah ... mungkin sudah jalan takdir yang kulalui, ditinggal mantan lalu menyisakan hutang sekarang pun suami yang baru satu hari mengikrarkan diri kembali ke mantannya. Takdir yang begitu indah."Non, ini makan malamnya." Bu Sukma membawakan nampan berisi makanan yang begitu menggiurkan selera."Terima kasih, bu Sukma." Aku mengambil nampan makanan yang diberikan bu Sukma. Daripada pusing lebih baik aku makan makanan ini. Meski hatiku tak menentu dibuat oleh si tuan Mahendra. Namun, tetap saja makanan ini tak bisa masuk sedikit pun.Waktu terus berjalan. Mahendra tak kunjung pulang. Sampai pagi menjelang dia tak kunjung datang. Aku harus menyiapkan r
Read more

Kamu Selalu Membuatku Panik

Tak berselang lama. Mahendra tak ada pergerakan membuatku panik. "Tuan ... tuan ...." Masih sepi, apa dia pingsan? Aku segera menepuk bahunya."Sayang ... sayang." Tiba-tiba dia bangun langsung mengecup keningku. Makasih atas ucapan sayangnya. Dan masuk begitu saja dengan santai. Benar-benar itu orang aku dikerjain.Setidaknya prasangku dia kembali dengan mantannya tidak benar. ****Aku masih diluar kamar mencari kesibukan sendiri. Lama-lama aku juga merasa bosan hingga bu Sukma memintaku untuk makan siang bersama Mahendra. "Apa kamu tidak menanyakan apa-apa tentangku?" tanyanya."Apa yang harus aku tanyakan, kita tidak begitu akrab.""Tapi kamu sampai tidak makan karena memikirkanku, itu prestasi sekali bagiku." Dia memang pandai menyerang."Kenapa sayang? Kalau cinta jangan dipendam, tidak baik bagi kesehatan." Diih, padahal yang sakit 'kan dia saking cintanya. "Iya, sayang. Anda memang luar biasa." Dia malah tersenyum membuatku geli."Apa kamu tidak cemburu, sayangku?" tanyany
Read more

Tak Terduga

"Dia keracunan, Nyonya tenang saja," kata dokter yang membuatku sedikitnya lega."Apa ada penyakit lain?" tanyaku penasaran. Bagaimana aku tidak penasaran, ucapan kakek Hadinata membuatku kepikiran."Tidak ada, Tuan baik-baik saja," balas dokter. Ah, kenapa aku panikan begini. Walau jujur aku penasaran dengan ucapan kakek Hadinata yang mengatakan dia punya penyakit serius."Semuanya pasti baik-baik saja, Nyonya Mahendra," kata dokter yang menyakinkanku. Setidaknya aku bisa bernapas lega, kulihat Mahendra tertidur begitu pulas. Wajah gantengnya begitu rupawan. Entah rahasia apa yang disembunyikannya, aku baru mengenalnya tentu banyak hal yang tidak kuketahui."Tenang saja, cucuku," ujar kakek Hadinata yang turut menenangkanku. Aku hanya manusia biasa yang baru merasakan cinta kembali setelah Arham yang membuatku sakit hati, tapi kenapa aku takut kejadian itu akan menimpaku kembali. Cinta bertepuk sebelah tangan, apalagi aku dan Mahendra bagai langit dan bumi."Kakek istirahat saja,
Read more

Kau Bukanlah Untukku

"Mau pembenaran apalagi? Kamu tidak ada di sampingku ketika siuman, Rania!" tegasnya lagi."Apa aku tidak salah dengar? Kalian sudah menikah?" tanya abang Noval yang memotong ucapan Mahendra yang sedang marah."Iya, Bang kami sudah menikah, terhitung dua hari yang lalu kami melangsungkan akad nikah," jawabku. Abang Noval mundur satu langkah.Mahendra terus menatapku sinis, aku dibuat gentar dengan tatapannya yang penuh amarah. Apa kesalahanku begitu fatal, sehingga Mahendra begitu marah? Terus Sisca kenapa dia hanya diam saja bukannya dia memintaku untuk keluar agar dia leluasa. "Tak menyangka jika tuan Mahendra segesit itu!" terdengar Abang Noval masih tidak percaya. Iya, siapa juga yang percaya kami menikah begitu kilat."Urusanmu apa, Dok? Kamu mau ambil Rania dariku, silahkan!" balas Mahendra begitu sinis. Ya Allah kenapa rasanya begitu sakit. Tak terasa air mataku keluar, memang benar kata orang menikahlah dengan yang setara denganmu, jangan sepertiku yang bagai langit dan bumi
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status