Home / Rumah Tangga / Menjadi Madu Sahabatku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Menjadi Madu Sahabatku: Chapter 51 - Chapter 60

67 Chapters

Bab. 51

(Flashback off)Tangan Nathan bergetar hebat. Kalimat-kalimat Silla menusuk hatinya, setiap kata seakan berbisik tentang kesedihan yang mendalam. Dia yakin, surat ini ditulis di tengah tangis pilu."Cepat bantu cari sekarang, Tan. Mama mau hubungi Elsa, minta dia datang." Herlin meraih ponselnya, jari-jari gemetar saat menghubungi Elsa."Iya, Ma." Nathan mengangguk, langkahnya tergesa-gesa menuju mobil. Hatinya dipenuhi kecemasan yang membuncah.Nathan tak tahu tujuannya ke mana, tapi untuk sekarang dia memilih berkeliling di kota Jakarta, karena barangkali menemukan Silla di jalan."Apa yang kamu pikirkan, Silla? Kenapa harus pergi meninggalkan rumah?" Detak jantung Nathan berpacu liar, rasa takut mencengkeram jiwanya. "Apa alasannya ...?""Tidak… pokoknya kamu tidak boleh pergi. Aku akan mencarimu dan membawamu pulang, meskipun harus ke ujung dunia."Mobil Nathan tiba-tiba terhenti di depan gerbang sebuah Tempat Pemakaman Umum (TPU). Hening. Udara dingin menusuk kulitnya. Entah
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab. 52

Elsa memejamkan mata sejenak, menahan gejolak emosi yang hampir meledak. Saat membuka matanya, tatapannya tajam dan dingin. "Aku tau Silla sedang hamil, ma. Tapi suratnya sudah jelas, dia ingin hidup mandiri. Jadi, apa yang perlu kukhawatirkan? Sekarang... lebih baik Mama dan Papa melupakan Silla. Kalian hanya punya aku! Hanya aku anak kalian. Dia... dia hanya orang asing di hidup kita!!" Kata-kata itu terucap keras, menusuk hati."Tapi Silla—" Herlin mencoba untuk berbicara, namun Elsa langsung memotongnya."Mama, berhenti!" Suaranya tegas, bercampur keputusasaan. "Aku sudah muak! Aku tidak habis pikir ... bagaimana kalian bisa begitu menyayangi Silla sampai melupakan anak kandung kalian sendiri? Kalian menganggapnya seperti anak sendiri, membantunya dalam segala hal, Apakah kalian sama sekali tidak sadar ... ada banyak dampak besar yang berpengaruh pada hidupku?" Air mata Elsa mengalir deras, suaranya bergetar hebat. Tubuhnya gemetar hebat, menahan tangis yang mengguncang
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab. 53

"Karena ...." Herlin terbata-bata, ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Rasa sesak memenuhi dadanya, kenangan pahit kembali berputar di kepalanya."Karena apa, Ma? Katakan dengan jelas, jangan buat aku semakin penasaran!" Elsa mendesak, suaranya dipenuhi kecemasan dan rasa ingin tahu yang membuncah. Dia tak mampu lagi menahan rasa penasaran yang menggerogoti hatinya."Karena gara-gara Papa, Silla menjadi yatim piatu, Sa." Kalimat itu terasa begitu berat untuk diucapkan, namun dia harus melakukannya."Yatim piatu?!" Dahi Elsa berkerut, bingung dan tak percaya. Dia tertegun sejenak, mencerna informasi yang baru saja didengarnya. Selama ini, dia hanya tahu bahwa Silla kehilangan ibunya. Dia sama sekali tak tahu tentang keberadaan ayah Silla."Iya, yatim piatu." Herlin mengulang, suaranya bergetar."Tapi, bukannya Silla hanya kehilangan Mamanya saja? Papanya 'kan hanya pergi meninggalkannya sejak kecil?" Elsa masih belum mengerti."Iya, memang pergi. Tapi ... ada cerita di balik kepe
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab. 54

"Yang terjadi memang takdir, Ma. Bukan kesalahan Papa, jadi mengapa Papa harus merasa begitu bersalah?"Meskipun sudah dijelaskan, nyatanya Elsa masih belum mengerti dan menerima Silla. Luka di hatinya masih terasa begitu dalam."Iya, Sayang, itu takdir. Tapi tetap saja... andai mereka berdua tak menyelamatkan Papa, mungkin Papa takkan ada di sini bersama kita, Elsa. Dan, amanah dari Mama Silla sendiri, dia ingin anaknya dijaga Papa. Amanah itu tak boleh Papa abaikan, Elsa."Air mata Elsa mulai menggenang. "Menjaga bukan berarti mengangkatnya sebagai anak, Ma!! Apalagi sampai membuat anak kandung kalian menjadi anak pungut! Ini tak adil!" geramnya, suaranya bergetar menahan amarah dan kepedihan.Herlin memeluk Elsa erat, air matanya ikut menetes. "Mama dan Papa minta maaf, Sayang, jika kamu merasa terluka. Mulai sekarang... kami akan berusaha memperbaiki semuanya, Sa."Elsa menepis pelukan ibunya, suaranya masih bergetar. "Kalau ingin memperbaiki... lupakan saja Silla. Biarkan d
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab. 55

Hujan rintik-rintik membasahi wajah Nathan. Dia menunjukkan foto Silla pada pedagang bakso di perempatan jalan itu, suaranya hampir tak terdengar di antara desiran angin dan suara kendaraan yang lalu lalang."Pak... apakah Bapak pernah melihat perempuan ini?" tanyanya lirih, harapan menggantung di ujung kalimat.Pedagang bakso itu menggeleng pelan, matanya menatap foto Silla sejenak sebelum kembali fokus pada pekerjaannya. "Tidak, Pak," jawabnya, suaranya serak.Tiba-tiba, sebuah suara memanggil namanya. "Nathan... kamu di sini juga?"Nathan menoleh, jantungnya berdebar. Haikal baru saja turun dari mobilnya, wajahnya tampak lelah namun penuh harap."Ya, Pa. Kok Papa ke sini juga?" tanya Nathan, suaranya sedikit gemetar. Dia sudah dua hari ini mencari Silla tanpa henti, tidur dan makan pun terabaikan."Tadi Papa bertanya pada pedagang es campur di sana," Haikal menunjuk ke arah seberang jalan, "katanya dia pernah melihat Silla lewat. Jadi Papa mencari sampai ke sini."Mata Nathan memb
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab. 56

"Selingkuh?! Aku tidak berselingkuh, Kak!" bantah Silla, seraya mengusap wajahnya yang basah.Bugh!Sebuah pukulan telak mendarat di pipi Shaka. Tubuhnya terhuyung ke belakang, melepaskan pelukannya dari Silla. Pelukan yang kini terasa begitu memalukan dan salah arti.Nathan tak berhenti. Satu demi satu pukulannya menghujani Shaka. Amarah membutakan matanya, rasa sakit hati menggerogoti jiwanya. Dia merasa dikhianati, dilukai hingga ke ulu hati."Pak! Berhenti, Pak!" Satpam berusaha melerai, namun amarah Nathan bagai api yang sulit dipadamkan. Tak lama kemudian, Haikal datang, bergegas turun dari mobilnya. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran."Astaghfirullah... Nathan, kenapa ini? Kenapa memukuli Shaka?" tanya Haikal, suaranya bercampur antara bingung dan marah. Dia menghampiri Shaka, membantu pria itu berdiri dari posisi terduduk di tanah yang dingin."Silla... Silla berselingkuh dengan Shaka, Pa! Dia pergi dari rumah karena ingin berselingkuh dengan Shaka!!" teriak Nathan.
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab. 57

"Kamu pulang saja, Tan. Elsa pasti sudah menunggumu." Suara Haikal lembut namun tegas, tersirat kekhawatiran di baliknya. Hari telah larut, dan kelelahan jelas terpancar dari wajah Nathan. Dia butuh istirahat.Nathan mengangguk, namun pandangannya masih tertuju pada Shaka. "Aku akan pulang bersama Silla, Pa. Tapi..." Nada suaranya berubah, dingin dan penuh tekanan. Tatapannya tajam, menusuk, seperti dua bilah pisau yang siap menghunus. "Sebaiknya dia saja yang pulang!"Haikal menghela napas. Dia memahami alasan di balik permintaan Nathan, tapi tetap saja, permintaan itu terasa menyakitkan bagi Shaka. Dia ingin menghindari perselisihan lebih lanjut antara kedua pemuda itu, perselisihan yang selalu berujung pada luka yang tak kunjung sembuh. "Baiklah, Shaka. Istirahatlah. Aku dan Nathan akan melanjutkan pencarian Silla."Shaka mengangguk patuh, walau raut wajahnya menunjukkan kekecewaan yang tertahan. "Baik, Pak. Jika Bapak membutuhkan sesuatu, hubungi saja saya.""Iya," jawab Haikal s
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab. 58

"Ma ... sampai kapan Mas Nathan dan Papa nggak pulang? Sudah tiga hari, sejak kepergian Silla." Suara Elsa bergetar, khawatir menggerogoti hatinya. Bukan hanya soal kabar mereka, tapi juga hatinya sendiri yang terasa tercabik-cabik.Kepergian Nathan mencari Silla membuatnya takut jika Nathan kembali terbelenggu oleh cinta masa lalunya. Elsa tak siap, tak akan pernah rela, jika harus berbagi cinta dengan siapa pun. Cinta Nathan sepenuhnya miliknya."Sabar, Sayang. Mama terus mencoba menghubungi Papa, tapi nomornya tak aktif sejak kemarin. Kamu coba telepon Nathan lagi." Herlin tampak frustasi, jemarinya masih sibuk dengan ponselnya. Upayanya menghubungi suami tercinta tak membuahkan hasil."Semalam aku sudah mencoba, Ma. Aku minta dia pulang, tapi dia menolak," isak Elsa, air matanya mulai menetes. Penolakan Nathan bagai sebilah pisau yang menusuk hatinya.***Di tempat yang berbeda, aroma obat menyengat dihidung Nathan saat dia membuka mata. Satu jam telah berlalu sejak pertol
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab. 59

"Karena aku men …," ujar Nathan, suaranya terputus. Rasa malu membanjiri dirinya, dua pipinya memerah padam.Silla mengamati wajah Nathan yang memerah. "Lho, Kakak demam lagi?" tanyanya, jari-jari lentiknya menyentuh dahi sang suami. Kulit Nathan memang terasa panas, namun ini bukan karena demam. "Sebentar, aku panggil dokter, ya, Kak. Tunggu—"Silla berdiri, hendak melangkah pergi, namun Nathan menahan lengannya."Tidak usah, ini bukan demam. Aku baik-baik saja.""Tapi badan Kakak panas," Silla menyentuh leher Nathan, sentuhannya membuat jantung Nathan berdebar-debar semakin kencang. Wajahnya memerah semakin dalam."Iya, tidak apa-apa. Nanti juga hilang sendiri. Duduklah lagi.""Eemmm… baiklah," Silla duduk kembali, raut wajahnya masih dipenuhi keraguan. "Jadi, alasan Kakak tidak mau cerai denganku apa?"Nathan menarik napas dalam-dalam. "Tidak ada alasan. Intinya, aku ingin terus bersamamu.""Elsa? Bagaimana dengan Elsa?" Silla mengerutkan dahi, kebingungan mencengk
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab. 60

"E-eh!! Eemm ... Terima kasih, Kak." Wajah Silla memerah, malu-malu. Pandangannya tertunduk.Nathan berusaha bangun dari ranjang, ingin menuju kamar mandi. Namun, tiba-tiba kepalanya berdenyut hebat."Aaww!!" ringis Nathan, menahan rasa sakit yang menusuk."Kakak kenapa? Kenapa bangun?" Silla dengan sigap mengulurkan tangan, menyentuh dahi Nathan saat pria itu memegangi kepalanya."Aku mau kencing, Sil. Tapi kepalaku sangat sakit." Suaranya terdengar lemah."Kencing di sini saja, Kak. Sebentar ... aku carikan botol." Silla menawarkan solusi yang spontan, tanpa berpikir panjang."Jangan, Sil! Masa pakai botol?" Nathan menahan tangan Silla yang hendak mencari botol. Bayangannya saja sudah membuatnya merasa malu."Tadi Kakak bilang kepalanya sakit," Silla mengingatkan dengan nada lembut, namun tetap bersikeras."Memang sakit. Tapi tidak perlu sampai kencing di botol juga, Sil." Wajah Nathan memerah menahan malu. "Tolong bantu aku saja, antar ke kamar mandi." Suaranya terdengar lir
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status