Home / Pernikahan / Menikahi Pria Dingin / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Menikahi Pria Dingin: Chapter 21 - Chapter 30

42 Chapters

Kehilangan Buku Catatan

Happy ReadingKata baru saja tiba di rumah sakit bersama dengan Marco, Ia yang seharusnya makan siang terlebih dahulu akhirnya urung karena Abella yang mendadak drop. Mereka berdua diikuti oleh banyaknya bodyguard berlari memasuki rumah sakit beberapa awak media menyoroti Marco. Kara sempat terkejut untungnya sebelum turun Ia sudah memakai menutup kepala agar tidak terlihat. Orang-orang akan mengira Kara adalah saudara dari Abella. Sesampainya di depan ruangan Kara menghela napas sedangkan Marco langsung masuk ke dalam ruangan.. Hampir satu jam Kara dan yang lainnya menunggu barulah Marco keluar dari ruangan. "Bawak Kara pulang saja," ujar Marco pada asisten dan bodyguardnya melihat wajah Kara yang sudah pucat dengan mata tertutup. Wanita muda itu rupanya tertidur. Lala pun langsung membangunkan Kara, tapi wanita itu tidak juga bangun sampai Marco yang turun tangan."Kara...bangun...Kara." Marco menepuk-nepuk wajah istri kecilnya itu. Marco melakukannya dengan sangat pelan tidak
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Ketegangan

Happy ReadingMalam hari di rumah Marco dan Kara. Ruang tamu yang nyaman dengan dekorasi elegan. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Pintu depan terbuka, dan Kara masuk dengan wajah lelah namun berusaha tetap tersenyum. Marco sedang duduk di sofa, wajahnya gelap dan tegang. Lampu-lampu menerangi ruangan, menambah kesan tegang." Maaf aku pulang terlambat, Marco. Tadi di kampus ada rapat dadakan sama dosen pembimbing." ujar Kara seraya menundukkan kepala"Jam sebelas malam, Kara. Apa kamu tahu ini udah jam sebelas malam? Kenapa kamu nggak kasih kabar sama sekali?" balas Marco dengan nada dingin dan marah. "Aku benar-benar nggak sempat, rapatnya mendadak dan aku nggak kepikiran buat ngabarin kamu." Kara terkejut dan sedikit defensif. "Ini bukan pertama kalinya kamu kayak gini! Kamu selalu punya alasan! Aku di sini nungguin dengan perasaan was-was, mikirin hal-hal buruk yang mungkin terjadi sama kamu!" Marco berdiri dengan cepat nadanya juga meninggi. "Marco, aku minta maaf. Aku nggak s
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Berhenti Mencintaiku

Happy ReadingSetelah hari itu Kara akhirnya memutuskan untuk pulang tepat waktu, walaupun begitu Marco tetap saja dingin pada dirinya sampai hari itupun tiba mereka dengan terburu-buru ke rumah sakit karena Abella mau kembali ke ruangan ICU. Tubuh wanita itu sudah sangat kurus, Ia hanya mengandalkan makanan dari inpus. Kara berdiri di depan ruangan sedangkan Marco mengurus semua keperluan Abella. "Masa satu dokter pun tidak ada yang mampu," ujar Marco berbicara dengan nada meninggi saking kesalnya Ia pun memukul salah satu bodyguardnya. Kara hanya menunduk takut dan juga tidak mengerti harus apa, sampai seorang dokter pun keluar. "Nyonya Abella sudah stabil," ujarnya Marco hendak masuk tapi, belum diizinkan. "Ruangan ini sangat sensitif Tuan, sebaiknya tunggu pasien lebih baik," kata Dokter tersebut terpaksa Marco menurut. Kara yang mendengar hal itupun dapat bernapas dengan tenang, mereka pun duduk di depan ruangan. Kara ditemani oleh Lala sementara Marco bolak-balik ntah mengu
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Puncak

Happy ReadingMalam ini Kara dan Marco melakukan hubungan intim selayaknya suami istri untuk memenuhi keinginan Abella. Seperti permintaan Abella Marco sebisa mungkin memakai perasaan walaupun sangat sulit baginya. Laki-laki itu mengecup bibir ranum milik istri keduanya yang masih sangat kaku ini. "Rileks Kara...," bisik Marco seraya menyapu telinga wanita itu, Kara meremang merasakan dirinya seperti disengat oleh sesuatu geli dan perasaan yang tidak bisa Ia deskripsikan. Walaupun sebenarnya ini bukan kali pertama tetap saja bagi Kara merasakan hal ini. Sapuan Marco turun tangannya mulai mengelus perut Kara yang masih rata menghantarkan kupu-kupu yang berterbangan. Kara hanyut, Ia merasa kepalanya pusing hingga satu tangan Marco masuk ke dalam celana dalam, mengobrak-abrik bagian tubuh paling sensitif milik wanita ini. Tangan yang satunya pun tidak tinggal diam meremas gunung kenyal yang sekarang terasa sangat kencang. "Eumm...kepala Aku pus...singgg Ooom," rintih Kara meremas ra
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Kerja Kelompok

Happy ReadingKara dengan penampilannya dari klinik kecantikan langsung menuju Kafe yang biasanya Ia dan teman-temannya berkumpul sepulang dari kuliah. Mengingat kejadian kemarin wajahnya mendadak blushing, hari ini Ia ada kegiatan belajar bersama dengan Hana, Della dan juga Bagas. Sesampainya di Kafe Kara turun dari mobil saat ingin ditemani Ia mengangkat tangan sebelah kiri pertanda tidak perlu, Kara pun berjalan menuju tempat duduk teman-temannya. Saat melihat Kara mereka pun langsung tersenyum dan terperangah, tidak heran semuanya menyukai gadis itu karena memang Kara sangatlah cantik, terlebih ketika gadis itu saat ini. Kara mengenakan crop top dengan bawahan jeans cutbry ditambah rambutnya habis di curly jauh bertambah cantik. "Hai...Kara...." sapa mereka semua dengan kompak. "Ahh Kamu cantik banget...," puji Hana yang langsung menyentuh tangan Kara seperti gadis kebanyakan yang heboh akan sesuatu. "Bagas...are you okay?" tanya Kara melihat Bagas yang diam saja sedari tadi.
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Kegiatan

Happy ReadingKara memandang jam di layar ponselnya. "Wow, sudah jam 10 malam," dia berkata ke diri sendiri. Hari ini, dia tidak memiliki kelas kuliah karena libur. Dia berpikir tentang apa yang harus dilakukan pada hari ini. Mereka memiliki beberapa pilihan, seperti pergi ke bioskop, bermain game, atau melakukan kegiatan amal.Kara memutuskan untuk melakukan kegiatan amal. Dia telah lama ingin berpartisipasi dalam kegiatan amal, tapi belum sempat. Hari ini, dia memiliki kesempatan untuk melakukannya. Dia memutuskan untuk pergi ke tempat pengumpulan bahan makanan yang terdekat.Setelah berjalan beberapa menit, Kara tiba di tempat pengumpulan bahan makanan. Dia melihat beberapa orang lain yang juga berpartisipasi dalam kegiatan amal. Mereka semua sedang mengumpulkan bahan makanan untuk dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.Kara mulai mengumpulkan bahan makanan. Dia memilih beberapa bungkus makanan ringan dan beberapa botol air mineral. Dia juga menemukan beberapa bungkus makan
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Bersama

Happy readingPagi itu, langit masih menyisakan warna kelabu fajar saat Kara dan suaminya, Marco, memulai rutinitas joging mereka. Udara dingin menerpa wajah mereka, menyegarkan sekaligus menusuk tulang. Marco tampak penuh semangat, langkah-langkahnya mantap dan teratur. Di sampingnya, Kara berusaha menyamai ritmenya, meski dalam hati ia tahu tenaganya sudah hampir habis.Sejak awal, Kara menyadari bahwa ini bukan pagi yang biasa. Ia sudah merasa lelah bahkan sebelum mereka mulai berlari. Namun, semangat Marco begitu menular. Ia tak ingin mengecewakan suaminya yang selalu mendukungnya dalam segala hal. Dengan menguatkan diri, Kara memulai langkah pertamanya, berharap tenaga dan semangat akan muncul seiring waktu.Setiap napas yang dihirupnya terasa berat. Udara pagi yang seharusnya menyegarkan kini terasa seperti menambah beban pada paru-parunya. Langkah-langkah Marco yang stabil membuat Kara merasa tertinggal. Setiap kali Marco menoleh ke arahnya dengan senyum, Kara memaksakan senyum
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Pregnant

Happy readingSepagi ini Kara tidak berhenti bolak-balik kamar mandi, hingga gadis itu memamerkan wajah pucatnya. Lala yang baru tiba lalu membuka pintu lantas terkejut. "Nyonya kenapa?" tanya Lala menghampiri Kara kemudian memapah wanita itu untuk kembali ke tempat tidur tapi, belum sampai Kara kembali mual. "Huek...Aku mau muntah lagi." Kara pun langsung berlari ke kamar mandi sedangkan Lala langsung menelpon seorang dokter pribadi keluarga Welten. Kara keluar dalam keadaan setengah tak berdaya, dengan cepat Lala membawa wanita ini. Tak lama dokter pun tiba bersama dengan Marco yang berwajah panik, laki-laki itu mendekat tapi, tidak duduk di sebelah Kara melainkan hanya mengamati. Tidak ada yang mengerti perubahan drastis sikap Marco, baru kemarin Ia hangat dan hari ini sudah sedingin kutub. "Nyonya Kara hamil," ujar dokter tersebut membuat Marco yang sedari tadi memegang dagunya langsung terkejut. Ia tidak mengerti perasaan yang Ia rasakan sampai Kara berujar. "Berapa?" tanya
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Permintaan

Happy ReadingLagi-lagi Kara harus makan sendirian. Satu bulan sudah berlalu dan Kara berada di sini. Diasingkan, sesuai dengan permintaannya Marcoo memberikan keleluasaan untuk Kara pindah, bahkan satu hari setelah kabar kehamilan wanita itu. Perasaan gelisah bercampur sedih namun, semuanya tidak akan terasa jika Kara tidak menggunakan hati. Iya, Ia sudah terperangkap oleh pernikahan yang tidak seharusnya di dasari cinta ini. Mendapati kabar bahwa di dalam rahimnya mengandung seorang nyawa, sifat naluri dan empati itu kini tumbuh, sensitifitas yang dirasakan Kara jauh dua kali lipat lebih berani.Tak jarang Kara menangis hingga membuat seisi rumah bingung. Yah bingung harus berbuat apa pasalnya tugas mereka hanya melayani, bukannya penasehat atau psikolog yang bisa memberikan ketenangan. "Nyonya besok jadwal Anda yoga di pagi hari dan sore ke rumah sakit," ujar Lala yang baru tiba dari kantor melaporkan kondisi Kara pada Marco. "Apakah ada pesan dari Marco?" tanya Kara mengabaika
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Tidak Berperasaan

Happy Reading"Nggak semua yang Kamu mau bisa Kamu dapatkan," balas Marco membuat Kara pada akhirnya terdiam. Apakah sesusah itu memberikan sebagian hati Marco pada Kara, setidaknya simpati. Inipun karena Kara sedang mengandung anaknya jika tidak Kara tidak masalah, tapi bayi membutuhkan itu kasih sayang. Cinta. "Aku nggak minta banyak Om...Aku hanya ingin Om memperlakukan Aku selayaknya memperlakukan Abella.""Kamu berbeda dengan Abella." penjelasan Marco ini sudah cukup membuat Kara sadar diri bahwa dirinya memanglah tidak penting. Mendengar itu Kara langsung terdiam dengan genangan air mata yang siap tumpah. Melihat itu Marco pun mendekat namun, Kara menolak. "Menjauh...." Kara berteriak sedangkan Marco tetap saja melangkahkan kaki mendekat."Menjauh atau Aku bunuh anak ini," pekik Kara mengancam. Air matanya terus mengalir deras Marco benar-benar tidak berperasaan padanya. Kara hanya dijadikan tempat menanam benih, hingga wanita itu berpaling dan meminta Marco untuk pergi. Se
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status