Semua Bab Teman Tapi Menikah: Bab 161 - Bab 170

177 Bab

BAB 161 - Larangan yang Percuma

"Kenapa kamu harus dipingit?""Nggak tahu, tanya aja bude aku," jawab Rinai dengan cuek, sementara lelaki yang sudah uring-uringan sejak beberapa hari yang lalu di seberang telepon itu, mendengus pelan.Hal itu terdengar oleh Rinai dan Rinai jadi menahan tawanya sendiri. Tiga hari lagi, mereka akan resmi menikah. Iya, delapan bulan berlalu sejak Rinai menerima lamaran Ksatria dan akhirnya sebentar lagi, mereka akan menikah. Ksatria dan Rinai memutuskan untuk melewati proses lamaran atau pertemuan kedua keluarga secara resmi, toh mereka sudah saling kenal.Gagasan akan mereka yang hendak menikah disambut baik oleh keluarga kedua belah pihak. Sandy jadi lebih sering di Jakarta dan selama sebulan belakangan ini, ia ikut tinggal di apartemen Rinai.Nah, acara 'pingitan' yang sekarang dijalani Ksatria dan Rinai da
Baca selengkapnya

BAB 162 - Hari-Hari yang akan Kita Lalui Bersama

"Lho, kok Om ke sini?”“Mau mastiin kamu nggak mengendap-endap ke kamarnya Rinai,” jawab Sandy sambil melipat kedua tangannya di dada dan menatap Ksatria dari ujung kepala hingga ujung kaki.“Hehehe, nggak kok, Om. Amaaan.” Ksatria hanya bisa cengar-cengir begitu diingatkan kembali soal bagaimana beberapa hari yang lalu, ia melanggar larangan yang ada dan menemui Rinai di apartemennya.Keluarga Ksatria yang juga ada di sana, hanya bisa menggeleng pelan melihat Ksatria saat ini.“Udah siap kamu?”“Udah dong, Om. Udah latihan bertahun-tahun nih, Om.”Sandy hanya mencibir pelan dan Ksatria tertawa melihat ekspresi Sandy.“Om udah siap belum dip
Baca selengkapnya

BAB 163 - Yang Baru untuk Ksatria dan Rinai

"Kamu yakin nggak mau kerja sama aku lagi, Sayang?”Tanpa mendongak dan sambil membantu Ksatria menyimpulkan dasinya, Rinai malah balik bertanya, “Ya ampun, kamu nggak bosen nanyain hal yang sama terus kah?”“Aku kangen lihat kamu deket dari aku. Terus siapa tahu, kita bisa main-main di kan—ADUH!”Rinai mencebik pelan dan menjauh dari suaminya untuk mengambil tas kerjanya. Sementara itu, Ksatria yang tadi dicubit pinggangnya, hanya bisa meringis sambil mengusap-usap pinggangnya yang dicubit.“Kan udah ada Danang.” Pertanyaan Ksatria yang sama akan selalu menemui jawaban yang sama dari bibir Rinai. “Lagian seru kayak gini tahu, beda kantor. Biar ada sensasi kangennya gitu lho.”Kali ini Ksatria yang menceb
Baca selengkapnya

BAB 164 - Bukan Masalah Besar bagi Ksatria untuk Mengabulkan Keinginan Rinai

Apa ada perbedaan setelah menikah dengan sahabat sendiri?Pertanyaan itu kerap ditanyakan kepada Ksatria, oleh orang-orang yang tahu bahwa ia dan Rinai sudah bersahabat sejak bayi. Kalau sedang rajin, Ksatria akan meladeni pertanyaan itu dan menjelaskan perbedaan signifikan yang ia rasakan setelah menikah. Tapi kalau sedang malas, Ksatria akan menjawabnya dengan asal.Kalau nikah sama sahabat sendiri, berarti istrimu nggak bakal tiba-tiba merajuk atau bahkan nggak bisa ditebak suasana hatinya kan? Tidak juga. Kadang memang Ksatria lebih mudah mengetahui apa yang diinginkan, disukai, atau dibenci oleh istrinya. Tapi seperti saat ini, ada juga momen di mana Ksatria tidak tahu persis apa yang membuat istrinya lebih banyak diam seharian ini.“Kamu kenapa?” Ksatria menyenggol pelan l
Baca selengkapnya

BAB 165 - Harapan Ksatria untuk Mereka

"Kamu emang kuliahnya nggak ngekos atau apa sih, tapi bukannya kita udah terbiasa jauhan ya, Nai? Tumben banget sekarang kangen sampai manja-manja gini.""Nggak tahu juga sih, lagi mau dapet kali ya, Pa, makanya mellow sampai kangen banget begini."Sandy tertawa saja mendengar celotehan Rinai yang kini duduk di sampingnya, sementara Ksatria sejak tadi tidak henti-hentinya tersenyum geli melihat tingkah Rinai.Pagi ini mereka menjemput Sandy di stasiun Gambir. Akhirnya lelaki itu mau juga menerima tiket kereta luxury yang dibelikan Ksatria dan Rinai, meski sempat agak berdebat dulu karena tadinya pasangan itu lebih ingin Sandy naik pesawat supaya tidak terlalu lama di jalan."Papa nggak booking hotel kan?""Nggak, gimana mau booking hotel
Baca selengkapnya

BAB 166 - Di Bawah Rinai Hujan, Aku Tahu Kaulah Ksatria-ku

Derap langkah yang terdengar dari ruang menontonnya, mengalihkan perhatian Rinai. Tidak sampai lima menit kemudian, sosok Ksatria muncul dengan raut wajah seperti orang merajuk dan langsung duduk di sebelahnya."Papa katanya pergi mancing, kok kamu nggak ikut?” tanya Rinai yang penasaran.“Nggak diajak,” sungut Ksatria. “Katanya mau quality time khusus bapak-bapak.”Rinai tergelak melihat suaminya yang kini bersungut-sungut usai kembali dari rumah orangtuanya. Pagi ini Ksatria memang mengantarkan ayah mertuanya ke rumah keluarganya, karena Sandy dan Haydar memiliki janji untuk memancing bersama.Ksatria pikir ia diajak, pun Rinai berpikir hal yang sama makanya perempuan itu memilih untuk quality time sendiri di ruang menonton rumah mereka. Tapi tak berapa lama k
Baca selengkapnya

[EXTRA] Dia yang Tidak Benar-Benar Datang Tapi Telah Pergi

Kalimat seperti 'Hidup berjalan seperti roda, makanya kadang kita di atas, kadang juga kita di bawah' sudah sering Ksatria dengar. Ksatria sendiri yakin kalau hidup memang seperti itu—tidak selamanya kita akan bahagia tanpa ada duka dan juga sebaliknya.Beberapa hari ini, hidupnya dan Rinai bisa dibilang ada di bawah' Rumahnya sejak beberapa hari yang lalu jadi lebih hening karena Rinai lebih banyak diam. Ksatria sendiri khawatir, takut kalau Rinai akan berlama-lama bersedih.Segala cara telah ia lakukan untuk menghibur Rinai, tapi Ksatria pun tahu kalau segala sesuatunya butuh waktu—termasuk dengan bagaimana merelakan kehilangan sosok yang belum benar-benar datang, tapi telah pergi dari kehidupan mereka. Kehilangan itu menyakitkan baik untuk dirinya dan Rinai, meskipun kejadian tersebut sudah berlalu beberapa hari lamanya.
Baca selengkapnya

[EXTRA] Aku adalah Orang yang Jarang Berterima Kasih kepada Mama

Ketika Ksatria mengatakan bahwa semua orang khawatir dan ingin menghibur Rinai, maka ia benar-benar mengatakan tentang semua orang yang mengenal ia dan Rinai.Terutama ibunya.Leona, ibunya, memang rajin menghubungi Ksatria setelah hubungan mereka membaik. Dengan Rinai pun lebih-lebih lagi. Selain bekerja di tempat yang sama, Leona tidak pernah absen memperhatikan Rinai. Rinai sendiri untungnya tidak merasa bermasalah dengan hal itu, malah sangat senang dan perhatiannya kepada Leona juga sama besarnya.Itu kenapa bahkan sebelum menikah dengannya atau bekerja bersama Leona, Rinai sudah menjelma menjadi anak kesayangan Leona.Tidak heran makanya, saat di malam hari ini ia tiba di kediaman keluarganya, tidak ada yang menyadari kehadiran Ksatria di ruang tengah ini sejak tadi. Tiga orang di ruangan itu terlalu se
Baca selengkapnya

[EXTRA] Apakah Ini Pertama Kalinya untuk Ksatria Menyadari Perasaannya?

[Ksatria dan Rinai, di tahun ketiga mereka kuliah.]

 Ksatria mengetukkan jemarinya di stir mobil, mencoba bersabar menunggu Rinai yang belum juga keluar dari rumahnya. Lelaki itu mengecek jam di tangannya. Memang sih, masih ada satu setengah jam lagi sebelum kelas dimulai. Tapi biasanya Rinai sudah akan menyuruh Ksatria menyetir ke kampus dengan alasan tidak ingin datang mepet dan mendapat kursi tidak strategis di kelas."Ke mana sih dia?" gerutu Ksatria. Lelaki itu akhirnya tidak tahan menunggu dan bergegas keluar dari mobilnya yang masih parkir di halaman rumah.Pandangan Ksatria mengedar ke sekitar dan setelah merasa aman (tidak ada pegawai rumahnya yang berkeliaran di sekitar), Ksatria mengeluarkan kotak rokok dan lighter-nya dari saku celana jeans
Baca selengkapnya

[EXTRA] Bahagianya Rinai (Saat Ini), Bukan Bahagianya Ksatria

[Ksatria dan Rinai, di tahun ketiga mereka kuliah.]

 Ksatria melangkah menuju rumah Rinai sambil berpikir mau makan siang dengan apa hari ini—ayam penyet sambal cabai hijau atau soto daging dengan tambahan kikil dan babat yang terlihat tidak sehat, tapi melenakan.Baru sampai di teras, pintu rumah Rinai tiba-tiba terbuka. Perempuan itu terlihat cantik dengan midi skirt hitam dan blus longgar berwarna baby pink. Ada pita di rambutnya dan hal itu memberi tahu Ksatria kalau sahabatnya ini sedang senang.Iya, Rinai kerap kali mengenakan jepitan berhias pita tersebut hanya saat sedang senang.“Baru mau kupanggil,” sapa Ksatria. “Udah siap? Yuk.”“
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status