All Chapters of Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif: Chapter 101 - Chapter 110

960 Chapters

Bab 101

Saat Liana melihatnya, dia tanpa sadar mundur dua langkah dan menatapnya sebelum berkata, "Kamu ....""Aku bermain basket semalaman." Juwan memukul bola dua kali dan tersenyum. Ada perasaan senang dan kesakitan di keringatnya yang bercucuran itu, "Ada beberapa masalah yang nggak bisa aku pecahkan akhirnya aku selesaikan. Aku langsung melihatmu saat keluar dari lapangan basket. Aku mau menyapamu tapi malah kena marah.""Aku nggak memarahimu," kata Liana."Benarkah?""Ya."Juwan mengerutkan bibirnya. "Benar juga. Lagipula, aku nggak menyakitimu, tapi aku yang disakiti."...Juwan menatapnya dan bertanya, "Kamu mau pergi bekerja?""Ya."Dia mengeluarkan kunci mobil dari sakunya dan memutarnya dua kali di ujung jarinya, "Mau aku antar?"Liana bertanya-tanya merek mobil apa yang dia punya, karena belum pernah melihatnya. Kemudian, dia melihat Juwan berjalan langsung ke sepeda di pinggir jalan. Pertama, Juwan memasukkan bola basket ke dalam tas dan menggantungnya di samping sepeda. Lalu, dia
Read more

Bab 102

Mengendarai sepeda ugal-ugalan, cepat atau lambat sesuatu pasti akan terjadi.Juwan tersenyum dan berkata, "Nggak punya uang.""Sudah tahu nggak punya uang, masih saja mengendarai sepeda secepat itu? Kamu mau mati?""Haha ... Siapa yang peduli kalau aku mati?" Mata Juwan penuh dengan ketidakpedulian.Liana tertegun sejenak dan berkata, "Benar! Kalau kamu sendiri saja nggak peduli kalau kamu mati, apalagi orang lain."Juwan berhenti dan nadanya bicaranya jadi lebih lembut, "Sudah kubilang untuk pegangan erat, tapi kamu menolak. Kamu malah memelukku saat sudah meluncur dari atas.""Jangan salah paham, saat aku memelukmu, aku sedang memikirkan babi.""Pfft!" Juwan tersenyum dan wajahnya berubah jadi ceria, "Gadis kecil, apa yang kamu katakan sangat lucu!"Liana terdiam. Mereka jelas seumuran, kenapa dia berpura-pura jadi orang yang lebih tua darinya dan memanggilnya gadis kecil?"Busnya datang." Juwan mengangkat dagunya. "Hati-hati!"Liana tersenyum palsu, melihat dan masuk ke dalam bus.
Read more

Bab 103

Yohan tidak menjawab untuk beberapa saat, karena menurutnya, pesan teks yang dikirimkan Helena tidak terlihat seperti lelucon. Hanya saja dia tidak bisa menemukan alasan Helena untuk menyakiti Liana, dan tidak mudah baginya untuk membuat keputusan."Pak Yohan, apa kamu nggak mau percaya padaku?" Helena tampak putus asa dan sedikit lesu, "Bahkan kamu nggak mau percaya padaku ...."Helena menangis dengan sedih. Wanita tua itu melihatnya dan tidak tahan. Dia berkata, "Meski aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi karena polisi terlibat, dan telah mengusut tuntas masalah ini. Kalau Helena benar-benar melakukan sesuatu yang salah, mereka nggak mungkin melepaskan Helena."Yohan mengangguk, "Aku yakin kali ini kamu nggak sengaja melakukannya, tapi Winda nggak boleh tinggal di perusahaan lagi."Dia selalu teliti dalam mempekerjakan orang, dan dia telah menyadari kalau Winda bukanlah orang yang baik. Kalau Helena saat itu tidak membelanya, Winda akan dipecat pada hari pertama. Setelah melakukan k
Read more

Bab 104

Sepulang kerja, dia membeli beberapa buah ratusan ribu di supermarket di lantai bawah perusahaan. Saat dia hendak melangkah, dia menerima telepon dari Linda."Kalo, Kakak?""Liana, apa kamu sudah pulang?""Aku baru saja pulang, kenapa?""Kakak, aku sudah memasak beberapa hidangan. Kakak iparmu nggak pulang karena ada pertemuan. Apa kamu bisa pulang untuk makan malam?" Suara Linda terdengar agak aneh, terdengar seperti memendam sesuatu.Liana tumbuh bersama kakaknya, dan dia tahu ada yang salah hanya dengan mendengar suaranya. Dia menundukkan kepalanya dan melihat buah di tangannya, "Oke, aku akan segera ke sana."Komplek perumahan kakak adalah komplek kelas menengah dengan lingkungan yang baik dan fasilitas pendukung di sekitarnya. Saat kakaknya menikah dengan Candra, dia juga membayar setengah dari kredit rumah itu. Saat itu, Liana juga berpikir kalau kakak iparnya bertanggung jawab dan pasti bisa menyediakan rumah berlindung untuk kakaknya. Tetapi, sekarang sepertinya dia dan Linda s
Read more

Bab 105

Liana memahami karakter kakaknya dan dia tahu kenapa hari ini kakaknya memintanya datang untuk makan bersama. Mungkin karena dia kehilangan pekerjaan, dia merasa hampa dan tidak nyaman. Lagipula, dia sudah menjalankan restoran kecil ini selama lebih dari sepuluh tahun, dan itu sudah menjadi kebiasaan kakakku. Pasti akan sulit beradaptasi kalau dia tiba-tiba kehilangannya.Namun, dalam sebuah keluarga juga banyak ditemukan ketidakberdayaan. Kehidupan baru juga sangat penting dalam sebuah keluarga. Bagaimanapun, ini adalah masalah antara suami dan istri. Liana tidak ingin terlalu ikut campur, jadi dia hanya bisa menghiburnya, "Sebenarnya nggak masalah kalau nggak bekerja. Itu adalah pengalaman dan yang diperoleh hanyalah uang dari hasil jerih payah.""Ya." Linda tersenyum dan memberinya hidangan lagi, "Makan yang banyak, sepertinya berat badanmu turun akhir-akhir ini."....Setelah makan malam, di luar sudah gelap, tetapi lampu di rumah terasa hangat. Liana membantu kakaknya membersihkan
Read more

Bab 106

Linda membilas mulutnya, matanya merah, "Maaf, obat ini sangat nggak enak untuk diminum, aku ....""Sudahlah. Kamu sudah memuntahkannya, aku akan membuatkannya lagi.""Candra ...." Liana ingin menghentikannya.Namun, sebelum dia bisa berkata apa-apa, dia disela oleh Candra, "Aku tahu obat ini nggak enak. Kalau kamu meminumnya dengan baik, aku nggak akan membiarkanmu menderita, tapi siapa yang suruh perutmu terasa tidak enak? Demi seorang anak, apa bisa kamu menahannya?"Setelah mengatakan itu, nggak peduli seberapa tidak nyaman Linda, dia tetap saja pergi ke dapur mengambil obat itu lagi.Linda merasa ingin muntah lagi saat dia melihat obatnya. Dia menahannya dan berkata, "Berikan aku gula. Aku akan menghilangkan rasa pahit dengan gula setelah aku meminumnya.""Dasar munafik!" Candra memasuki dapur dengan agak kesal.Linda memegang segelas obat dan untuk sesaat dia tidak tahu apakah dia merasa lebih tidak nyaman di perutnya atau di hatinya.....Liana turun dari lift dan sampai dilanta
Read more

Bab 107

Liana tidak tahu kalau Yohan benar-benar cemas.Saat dia menerima pesannya, dia sedang bercukur di kamar mandi. Dia baru saja selesai bercukur di setengah wajahnya. Saat Yohan melihat pesannya, dia tiba-tiba menjadi energik. Memikirkan bagaimana pagi-pagi sekali dia tertiup udara di lantai bawah, dia merasa mengetik dan mengirim pesan terlalu lambat, jadi dia langsung menelepon kembali.Mengetahui Liana ada di bawah, dia ingin segera turun untuk menjemputnya.Dia adalah orang yang paling teliti, bahkan saat bercukur, tetapi dia mencukur sisa setengahnya dengan tergesa-gesa, membilasnya dengan air, melihatnya ke kiri dan ke kanan, dan meninggalkan kamar mandi.Dia tinggal di sini bersama wanita tua itu tadi malam. Helena belum datang saat ini, tetapi wanita tua itu sudah bangun, bersandar di tempat tidur dan menonton berita dengan kacamatanya. Tiba-tiba, dari sudut matanya, dia melihat sosok keluar dari kamar mandi. Sebelum dia bisa melihat dengan jelas, sosok itu sudah sampai di pintu
Read more

Bab 108

Yohan mengalihkan pandangannya, mencoba mengalihkan perhatiannya. Tetapi yang terlintas di benaknya hanyalah kelembutan dan kepolosan wanita malam itu, dan untuk sesaat perhatiannya sedikit teralihkan.Setelah lift penuh, banyak orang turun di sepanjang jalan. Lift perlahan-lahan menjadi luas sampai suara Yohan terdengar, "Kita sudah sampai."Liana tiba-tiba tersadar dan mengikutinya keluar dari lift.....Saat Nenek Nia melihat Liana, dia terkejut. Senyuman ramah muncul di wajahnya, dan dia menarik Liana untuk duduk, "Liana?""Nenek, kudengar kamu sedang tidak enak badan, jadi aku datang menjengukmu." Liana meletakkan bubur dan buah yang dia bawa. "Apa Anda sudah sarapan? Aku membawakan Anda bubur.""Benarkah? Kebetulan aku merasa lapar."Liana mengeluarkan bubur, membuka tutupnya, dan aroma samar nasi semerbak di udara."Baunya enak sekali." Nenek Nia tidak sabar untuk memakannya, dan matanya tiba-tiba berbinar, "Ya! Enak sekali!""Ini toko bubur dekat kampus kami. Konon sudah buka p
Read more

Bab 109

"Liana datang untuk menjengukku." Nenek Nia memegang tangan Liana dan terlihat sangat penuh kasih sayang.Kilatan kecemburuan muncul di mata Helena. Dia mencoba yang terbaik untuk menyenangkannya di rumah, tetapi wanita tua itu mengabaikannya. Dia merasa sangat tidak nyaman, tetapi dia tetap mempertahankan senyuman sopan dan murah hati di wajahnya, "Jadi, nenek dan Liana saling kenal?""Kami bertemu saat kami dirawat di rumah sakit. Liana dan aku adalah teman sesama pasien," kata Nenek Nia, matanya menyipit sambil tersenyum.Helena merasa tidak nyaman, jadi dia mengeluarkan termos dan berkata, "Nenek, aku membuatkan bubur untukmu. Aku merebusnya dengan api kecil sepanjang malam. Apa kamu mau mencobanya?"Nenek Nia melambaikan tangannya, "Aku sudah makan.""Sudah makan?" Helena berbalik dan melihat kotak makan siang sekali pakai di tempat sampah."Liana membawakan bubur untukku. Sangat lezat dan aku sudah menghabiskan semuanya." Nenek Nia berkata, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkan untuk
Read more

Bab 110

"Em." Helena melambaikan tangannya tanpa berkata apa-apa lagi, "Hati-hati di jalan."Liana melambaikan tangannya dan pintu lift perlahan menutup.Helena berdiri di pintu masuk lift beberapa saat, senyum di wajahnya menghilang. Saat dia berbalik, dia melihat Yohan berjalan dengan membawa jaket. Saat dia melihat tas di tangannya, Helena mengerti, "Pak Yohan, kamu akan pergi ke perusahaan?""Ya." Yohan melirik ke lift, "Apa Liana sudah pergi?""Sudah." Helena merasa tidak senang."Oke. Aku sudah mencarikan perawat untuk nenek. Ada banyak orang di rumah sakit. Kalau kamu merasa berisik, pulanglah." Yohan berkata dengan santai."Aku nggak keberatan dengan kebisingannya, aku cuma takut kamu dan nenek tidak menyukaiku ...." Helena menunduk, merasa agak sedih.Yohan mengerutkan kening, "Nenek sangat menyukaimu sekarang, jadi jangan terlalu khawatir.""Bagaimana denganmu?" Helena menatapnya, matanya bersinar penuh harapan, "Apa kamu menyukaiku?"Yohan berhenti.Dihadapkan pada kejujuran Helena,
Read more
PREV
1
...
910111213
...
96
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status