Home / Horor / Rawon Daging Ayah Mertua / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Rawon Daging Ayah Mertua: Chapter 21 - Chapter 30

40 Chapters

Bab 21 Ku ikuti permainan kalian

Sesampainya di rumah, ibu langsung menaruh belanjaan di dapur kemudian beliau pergi begitu saja dari rumahku, tanpa pamit atau mengucapkan salam seperti biasanya. 'Ibu kenapa, ya? kok tiba-tiba aneh sekali tingkahnya, apakah karena aku tadi asik ngobrol sama Imron lalu beliau merasa terabaikan?' batinku bermonolog. 'Ah biarlah, toh aku tidak melakukan apapun dan beliau pun melihatku saat aku berbicara dengan Imron, aku tidak sembunyi-sembunyi juga ngobrolnya, lagipula kami ngobrol pun di tempat umum yang di lihat banyak orang. Biarlah nanti setelah masak aku ke rumahnya, untuk bertanya apa yang sebenarnya menjadi salahku,' gumamku lagi. Karena ibu mertua sudah pulang terlebih dulu, jadi belanjaan yang tadi kami beli di pasar ku eksekusi sendiri di dapur, aku memasak sambal goreng udang, bakwan jagung, sambal juga tumis kangkung kesukaanku. Setelah selesai masak, ku masukan sebagian ke rantang untuk ku bagi dengan ibu. Setelah rapi semua aku berangkat ke rumah ibu, berniat memberik
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 22 Kejadian tak terduga

Ibu memakan dengan lahap masakan yang kubawa dari rumah tadi, tidak terlihat sedikit pun kalau dia mengaku sakit beberapa saat yang lalu."Habiskan makannya, Bu! Agar Ibu bisa kembali sehat seperti sediakala, Janah sedih kalau melihat Ibu sakit begitu," ucapku, sambil kembali menyodorkan nasi dan lauk yang tersisa tinggal sedikit di rantang."Ibu sudah kenyang, Janah! Ibu sedang tidak nafsu makan, akhir-akhir ini selalu teringat akan bapak mertuamu, kemanakah dia pergi? tega sekali dia sampai detik ini tak memberi kabar sama sekali," sahut ibu mertuaku terdengar sendu.Uhuk ... uhuk ....Aku terbatuk mendengar omongan ibu yang tiba-tiba saja mengingat suaminya, yang sudah ku jadikan rawon yang dia makan tempo hari.Dan yang membuatku tak habis pikir, dia bilang sedang tidak nafsu makan, tapi lauk dan nasi di rantang yang tadi kubawa hanya tersisa sedikit saja. Memang sungguh ajaib ibu mertuaku ini."Kenapa kau, Janah? apakah sebenarnya kau tahu kemana bapak mertuamu itu pergi, tapi ka
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 23 Anakku sayang anakku malang

"Tolong ... aduh sakit sekali perutku, tolong ...!" Rintihku di balik semak tempat ku terjatuh tadi.Terasa ada cairan hangat yang merembes di kedua belah sel*ngkanganku, oh Tuhan semoga saja tak ada hal buruk yang terjadi pada calon anakku.Sudah beberapa menit aku meringkuk di semak-semak, karena terpelanting di serempet sepeda motor tadi, tapi belum juga ada orang yang terlihat melewati jalan dimana aku terjatuh.Perutku sudah terasa sangat sakit sekali, mau bangun pun aku tak bisa badanku sakit semua serasa mau remuk, dan sialnya orang yang menyerempet ku kabur tak bertanggung jawab.Jika sampai terjadi apa-apa dengan kandunganku, lihat saja akan ku cari orang itu dan ku cinc*ng dagingnya dan kuberikan untuk hewan liar di hutan alas.Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki di kejauhan, aku berteriak sekencang yang aku bisa agar orang yang lewat itu bisa mendengar ku."Tolong ... siapa pun tolong aku, selamatkan anakku, tolong aku di semak-semak," jeritku pilu."Hey Boy
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 24 Teganya kalian padaku

Beberapa saat kemudian bu bidan datang bersama Imron mengekor di belakangnya."Kenapa kok bisa Ibu ini mengalami pendarahan lagi? padahal tadi kondisinya sudah stabil," tanya Bu Bidan, dengan nada marah terhadap orang-orang yang saat ini sedang terdiam di depanku.Mereka semua terdiam, tak ada yang bisa menjawab apa yang bu Bidan itu tanyakan."Baiklah silahkan sekarang kalian keluarlah dulu dari ruangan, saya akan menangani pendarahannya dulu!" Seru bu bidan, terdengar sedikit kesal.Akhirnya mereka semua pun keluar dari ruangan ku dirawat, lalu bu bidan mulai melakukan tindakan untuk kembali memeriksa keadaan perutku yang tiba-tiba saja terasa sakit serta kembali mengalami pendarahan, dengan telaten.Hari sudah menjelang sore ketika aku terbangun, ku perhatikan ruanganku kosong tak ada seorang pun pasien atau orang yang menungguiku di tempat itu.Ah mungkin mereka sedang di luar atau mungkin suamiku sedang membelikan ku makanan, pikirku positif thinking.Ceklek ...!suara pintu terb
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 25 Jahatnya manusia bergelar suamiku

Tok ... tok ... tok ...."Assalamu'alaikum, Bang."Aku masuk setelah mengetuk pintu dan mengucap salam, ku datarkan wajahku agar terlihat biasa saja di depan mereka."Kenapa tidak datang lagi menjenguk dan menjemputku ke klinik, Bang?"Tanyaku pada bang Herman, sesaat setelah masuk kedalam rumah."Aku tergolek lemah di klinik seorang diri, tanpa ada yang menemani ataupun sekedar mendampingi saat aku terkulai lemah karena kehilangan calon anak kita,"Aku keluhkan apa yang ku rasa saat itu, di depan suami serta ibu mertuaku."Bukannya sudah ada lelaki itu yang menemani kau di sana, Janah? untuk apalagi lah aku menemanimu? bisa-bisa kedatanganku ke sana hanya jadi pengganggu saja buat kalian." Tuduh bang Herman padaku.Seenaknya saja mulutnya itu berkata, bukannya minta maaf atau merasa sedih dengan kejadian yang menimpaku, dia malah terus-terusan memfitnahku ada hubungan dengan Imron sahabatku sendiri."Apa sebetulnya yang kau katakan, Bang? tak ada rasa empatikah di hatimu itu untukku?
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 26 Luka baru yang kau torehkan

"Apa yang kau lakukan, Bang? kenapa kau jatuhkan semua makanan itu, aku saja bahkan belum sempat memakannya sama sekali." Bentak ku kesal dengan apa yang dilakukan suamiku.Aku yang berkutat dari pagi memasak makanan itu untuk sarapan saja belum sempat menyantapnya. Perut yang terasa melilit, rasa lelah makin terasa dengan apa yang ku saksikan saat ini.Dengan seenaknya dia datang memintaku menghidangkan sarapan, tetapi begitu tersedia di depan matanya dia malah membuangnya di lantai dengan seenak jidatnya."Apa kau sengaja memberikan makanan tak bermutu itu untukku, Janah? kau pikir aku sudi memakan makanan buruk macam itu!"Bentak balik bang Herman, sambil menunjuk wajahku seperti biasanya."Lalu aku harus menyajikan apa untukmu, Bang? daging panggang, ikan, atau makanan laut yang menggugah selera? jika iya, dari mana aku mendapatkan uang untuk membeli semua makanan lezat itu? sedangkan sudah berapa hari ini kau tak memberikanku uang belanja, jangankan uang kau pun bahkan tak pulang
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 27 Memulai pembalasan

"Janah, buka pintunya, Janah!"Kudengar teriakan suamiku dari luar, kulihat jam menunjukan pukul satu dini hari.Lekas aku keluar kamar, lalu membuka pintu sebelum teriakannya kembali mengaung di telingaku."Lama sekali Kau bukakan pintu, sengaja Kau ya?" sungut suamiku. Tercium bau alkohol yang begitu menyengat dari mulutnya.Dia masuk dengan menggandeng i*l*s betina baru peliharaannya yang tadi sore ku lihat di pinggir jalan, sungguh benar-benar durjana mereka."Apa Kau lihat-lihat? sana buatkan minuman untukku, juga untuk nyonya rumah ini yang baru, ha ha ha!" Apa aku tidak salah dengar? dia bilang nyonya rumah yang baru? ha ha ha sungguh menggelikan, pantaskah gubuk ini di sebut rumah? kalau si jalang itu nyonya rumah, lantas aku ini apa, babu?Benar-benar Kau Bang, sungguh tidak punya hati dasar suami tidak tahu diri, sudah tak pernah menafkahi, tak pernah memberikan kebahagiaan serta penghidupan yang layak hanya bisanya menyakiti dan menghianati. Mual sekali rasanya melihat sem
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 28 Sampai kapan akan tertoreh luka karenamu

"Bu, Janah berangkat dulu ya. Rumah sudah Janah bersihkan, itu Janah ada masakan sarapan untuk ibu, Janah buatkan juga teh hangat spesial, nanti diminum ya, Bu! Assalamu'alaikum."Setelah menyelesaikan semua tugasku, aku pamit pada ibu mertua yang masih bergelung selimut di atas tempat tidurnya.Tanpa menunggu jawabannya aku bergegas pergi dari rumah itu, sesak sekali rasanya berada satu atmosfir sama orang yang tidak menyukai kita.Aku pergi memulung dari pagi sampai sore, sebelum pulang aku jual dulu barang-barang yang kudapat dari hasil aku memulung lumayanlah bisa untuk memenuhi kebutuhanku sendiri.Begitu sampai di rumah aku tidak langsung masuk, ku sandarkan tubuhku di halaman belakang mengistirahatkan sejenak rasa lelahku setelah seharian berjalan kesana kemari hanya untuk mencari sesuap nasi.Mau masuk rasanya malas benar, berat sekali untukku melangkah ke dalam rumah mengingat ada orang asing di dalam sana yang sama sekali tidak kuharapkan keberadaannya.Byur ...!"Aw ..., ad
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 29 Ibu dan anak sama gilanya

Setelah mendapatkan bahan masakan yang ku beli dari warung Bu Ida, walaupun dengan sedikit drama karena uangku tidak cukup untuk membayar belanjaan yang kuperlukan, akhirnya bu Ida memberikanku hutangan separuh walaupun di sertai dengan gerutuan pedas yang tak ada habisnya."Lama sekali sih, Janah! Aku sudah lapar ini cepatlah kau masak! Kalau tidak ku adukan lagi nanti sama Bang Herman," ucap si Maya, wanita simpanan suamiku.Berani-beraninya dia memerintahku, memangnya dia pikir siapa dia itu, seenak udelnya saja menyuruh-nyuruh aku untuk menuruti perintahnya.Aku hanya mendelik memutar bola mata malas, mendengar apa yang dikatakannya.Ku lewati dia sambil sedikit menyenggol badannya dengan bahuku, kesal sekali rasanya melihat tingkah wanita jalang yang sok berkuasa itu, hanya karena suamiku selalu membelanya."Hey apa kau tuli, kenapa kau tak menghiraukanku? dasar wanita buruk rupa, memang pantaslah kau diperlakukan seperti ini oleh suamimu, kau memang sangat tidak layak untuk dipe
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 30 Benalu mulai berulah

Aku menggelar tikar di lantai rumah di tempatku sekarang biasa tidur setelah kamarku kini direbut kepemilikannya oleh si jalang sialan itu.Lelahnya tubuh ini, tangan terasa sakit akibat di guyur air panas tadi, belum lagi telinga yang masih terasa perih dan panas.Badanku terasa remuk setelah seharian memulung, lalu memasak untuk suami juga jalangnya, kemudian mengerjakan pekerjaan rumah di rumah Ibu. 'Hmm ... kapan hidupku bisa bahagia seperti yang lain Ya Tuhan,' batinku perih.Ku raup udara sebanyak mungkin lalu menghempaskannya kasar, lelah sangat lahir bathin kurasakan saat ini.Aku hanya ingin mengistirahatkan tubuhku dari beratnya beban yang ku tanggung, aku juga butuh kewarasan untuk terus bisa menjalani hari-hari ku selanjutnya."Heh bangun, Janah. Buatkan aku sarapan! Hari ini aku akan pergi ke proyek selama satu minggu," ucap suamiku, sambil membangunkan aku dengan kakinya.Sungguh tidak punya sopan santun sama sekali, apa dia itu tak pernah di didik tatakrama oleh orang t
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status