All Chapters of KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA : Chapter 91 - Chapter 100

102 Chapters

BAB 91

"Sabar ya, Mas? Ibu pasti masih bingung sekarang. Tahu-tahu aku pulang bawa anak dan calon suami baru. Mungkin Ibu masih kaget dan nggak percaya," ujarku menghibur Mas Iqbal yang saat ini tengah duduk di sampingku dengan wajah muram. "Aku baik-baik aja. Wajar kalau ibu kamu agak was-was. Mungkin aja ibu kamu takut aku akan menyakiti kamu seperti aku menyakiti Melati dulu," sahut Mas Iqbal. Aku tertunduk lesu. Sepertinya akan sulit mendapatkan kepercayaan Ibu kalau Ibu terus melihat masa lalu Mas Iqbal sebagai patokan. Aku, Ibu, dan Mas Iqbal masih belum melanjutkan pembicaraan kami sebelumnya. Aku dan Mas Iqbal duduk bersantai di ruang tamu, sementara ibu pamit pergi ke warung sejak tadi. Sepertinya Ibu tidak mau memantik pertengkaran pada pertemuan pertama kami setelah sekian lama. Ibu segera menghindar dan meninggalkanku, tanpa menyelesaikan obrolan kami. "Kenapa Ibu lama banget ke
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

BAB 92

Malam mulai beranjak. Ibu sedang menemani Yumna di kamar, sementara aku dan Mas Iqbal masih duduk santai di teras. Ibu terlihat begitu senang bermain dengan cucunya. Harusnya aku memberitahu Ibu lebih awal mengenai kehamilanku. Kalau saja aku langsung pulang ke Palembang setelah aku berhasil lepas dari Juragan Basri, mungkin aku bisa sedikit membantu Ibu di sini. Mungkin Ibu tidak akan kesulitan bertahan hidup sendirian seperti ini. "Mas, aku mau ngomong sesuatu," ujarku membuka perbincangan. Bola mataku sempat melirik ke arah pintu kamar. Lebih baik aku segera bicara dengan Mas Iqbal sebelum Ibu keluar dari kamar. "Kamu nau ngomong apa?" "Aku ... mau minta izin sama kamu," ucapku. "Izin buat apa?" Jantungku berdegup kencang. Aku takut, Mas Iqbal tidak akan setuju dengan rencanaku. "Aku mau bawa Ibu, Mas," ungkapku, "aku ngg
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

BAB 93

Usai melewati diskusi yang panjang dengan Ibu, akhirnya beliau memutuskan untuk ikut bersamaku. Meski Ibu mempunyai banyak pertimbangan dan hampir menolak ajakanku, tapi aku berhasil meyakinkan Ibu untuk tinggal denganku.Aku segera meminta Ibu untuk berkemas. Semua hutang Ibu juga langsung aku lunasi. Aku akan mengosongkan rumah ini. Ibu akan ikut denganku untuk mempersiapkan pernikahanku dengan Mas Iqbal."Terima kasih ya, Bu. Ibu mau ikut aku ke Jawa," ucapku."Harusnya Ibu yang berterima kasih sama kamu. Maaf, Ibu udah bikin kamu sama Iqbal repot," sahut Ibu. "Kami sama sekali nggak repot, Bu. Saya senang, rumah saya bisa ramai lagi. Semoga Ibu betah tinggal sama kami nanti," timpal Mas Iqbal.Aku dan Mas Iqbal sudah memesan tiket untuk Ibu. Semua urusan Ibu di kampung juga sudah terselesaikan. Ibu juga sudah berpamitan pada ketua RT dan beberapa tetangga."Kita bisa pulang ke sini lagi nanti, k
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

BAB 94

"Sah!"Aku tak bisa menahan tangis haru. Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari ini aku dan Mas Iqbal melangsungkan akad nikah. Meski acara ini tidak dihadiri oleh banyak orang, tapi ijab kabul yang kami laksanakan tetap terasa sakral dan khidmat.Di depan penghulu, Mas Iqbal mengucap ijab dengan lantang tanpa kesalahan. Hanya dalam hitungan menit, aku akhirnya resmi menjadi istri Mas Iqbal yang sah secara hukum dan agama.Kini, jari manisku kembali dihiasi dengan cincin. Bukan hanya cincin di jariku saja yang bertambah, tapi kehidupanku juga akan sepenuhnya berubah."Selamat, Nayna. Semoga kamu dan suami kamu bisa membangun rumah tangga yang sakinah dan penuh berkah," ucap Ibu padaku diiringi derai air mata.Aku menangis dalam pelukan Ibu. Kebahagiaan yang aku rasakan saat ini tak bisa aku deskripsikan dengan kata-kata. Kupikir, hidupku sudah berakhir setelah aku berpisah dari Mas Bima. Namun, siapa sang
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

BAB 95

Aku bersyukur, Mbak Ratih masih ingat padaku. Mbak Ratih terlihat begitu senang saat bertemu lagi denganku. Meski kami tidak bisa bicara banyak, setidaknya aku sudah berhasil bertukar nomor dengan Mbak Ratih. Aku bisa memantau Mbak Ratih dan menyusun rencana untuk membawa Mbak Ratih keluar dari sana.[Aku berhutang banyak sama Mbak Ratih. Kalau bukan karena Mbak, aku nggak mungkin bisa nikah lagi, ngurus anak, sama bikin usaha bareng suami. Semua yang aku capai sekarang, berkat bantuan Mbak Ratih.]Aku mengirim pesan tersebut dengan manik mata berkaca-kaca. Aku benar-benar merasa bersalah. Aku sudah hidup aman dan damai, tapi orang yang menolongku masih terperangkap dalam penderitaan.[Kamu nggak perlu berlebihan, Nayna. Aku ikut senang kalau kamu udah hidup bahagia sekarang.][Aku akan bantu Mbak keluar dari cengkraman Juragan Basri.][Kamu nggak perlu repot mikirin aku, Nay. Aku bisa cari cara sendiri.]
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

BAB 96

Jantungku terus berdegup kencang selama aku berada di wilayah kediaman Juragan Basri. Sesuai dengan informasi yang aku dapat, hari ini Juragan Basri pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi kesehatannya. Beberapa preman tampak sibuk mempersiapkan keberangkatan Juragan Basri, jadi aku bisa menyelinap masuk dengan mudah."Gimana, Mbak? Juragan Basri udah mau pergi, kan?" tanyaku pada Mbak Ratih begitu kami bertemu di dapur."Sebentar lagi dia berangkat," sahut Mbak Ratih."Kita mau pergi sekarang apa nanti?""Kita tunggu dulu sampai si Tua Bangka itu pergi."Mbak Ratih segera berganti pakaian sambil menunggu Juragan Basri berangkat bersama pengawalnya. Aku sudah menyiapkan pakaian khusus untuk Mbak Ratih menyamar.Meski aku tidak yakin baju yang dikenakan Mbak Ratih dapat mengelabui penjaga di rumah Juragan Basri, tapi setidaknya aku dan Mbak Ratih harus melakukan sesuatu agar kami tidak tertang
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

BAB 97

Tawaranku mendapat sambutan baik dari Mbak Ratih. Mulai hari ini, Mbak Ratih akan menjadi pegawai di kedai empek-empek yang baru saja aku buka di Tangerang.Mas Iqbal mendukung penuh keputusanku, dan ikut membantu menyediakan tempat tinggal bagi Mbak Ratih untuk sementara waktu. Mbak Ratih akan menjadi orang kepercayaanku untuk mengurus cabang-cabang kedai yang ada di wilayah Tangerang."Bu, udah siap belum? Ayo, kita harus berangkat ke kedai sekarang," ajakku pada Ibu.Hari ini, aku dan Mas Iqbal akan pergi ke kedai empek-empek bersama dengan Ibu dan Yumna. Karena kedai yang kami buka di Tangerang masih sangat baru, jadi aku dan Mas Iqbal harus memberikan perhatian khusus sampai kedai kami memperoleh angka penjualan yang stabil. "Yumna, hari ini bantuin Mama jaga kedai, ya? Kita bantu Tante Ratih jualan empek-empek," ocehku pada putriku.Untuk menebus rasa bersalahku pada Yumna karena aku terus sibuk selama bebe
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

BAB 98

Mas Bima terus menatap ke arah putriku. Mungkinkah Mas Bima sudah mulai curiga? Tapi Mas Bima tidak mungkin bisa langsung tahu kalau Yumna adalah anaknya. Mas Bima tidak tahu bagaimana kabarku, jadi Mas Bima juga tidak akan tahu kalau aku mengandung anaknya setelah kami berpisah."Kamu kabur dari Juragan Basri, ya? Kamu lebih memilih suami miskin, makanya sekarang kamu kerja di kedai kecil kayak gini?" cibir Mas Bima padaku."Siapa yang kamu sebut suami miskin?" sentak Mas Iqbal, "sekarang kedai ini memang masih kecil, tapi aku akan membuat kedai ini menjadi besar sesegera mungkin.""Kedai ini punya suamiku, Mas," ungkapku, "memang suamiku belum jadi juragan, tapi aku akan menemani suamiku sampai bisa jadi seorang juragan."Mas Bima membelalakkan mata. Setelah mengejekku, Mas Bima pasti terkejut saat tahu kalau kedai empek-empek ini adalah milik suamiku."Bima, kamu ngobrol sama siapa?"Seseorang tib
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

BAB 99

"Jangan ngomong sembarangan ya, Mas! Anakku sama sekali nggak mirip sama kamu!"Aku makin panik. Aku tidak akan membiarkan Mas Bima tahu soal Yumna."Ini anak aku sama Mas Iqbal. Anak ini nggak ada hubungannya sama kamu!" tegasku."Berapa umur anak ini? Udah berapa lama kamu nikah sama Iqbal?" tanya Mas Bima.Aku segera pergi meninggalkan Mas Bima tanpa menjawab pertanyaan darinya. Kalau Mas Bima tahu aku baru menikah dengan Mas Iqbal beberapa bulan lalu, jelas Mas Bima akan langsung paham kalau Yumna bukanlah anak Mas Iqbal."Nayna, aku belum selesai bicara sama kamu!" seru Mas Iqbal."Aku sama kamu udah nggak punya urusan apa-apa lagi. Aku sama kamu udah punya kehidupan masing-masing, jadi tolong jangan ganggu ketenangan aku lagi!"Hari ini mungkin aku bisa melarikan diri dari Mas Bima. Namun, jika nanti aku sampai bertemu dengan Mas Bima lagi, mungkin aku tidak akan bisa kabur.
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

BAB 100

"Anak Mas Arul sakit apa? Sekarang keadaannya gimana?" Pertemuanku dan Mas Arul tak berhenti sampai di sini. Kami berbincang banyak, membahas tentang kondisi keluarga Mas Arul. Ternyata memang benar, kehidupan Mas Arul masih belum berubah. Bahkan, Mas Arul makin kesulitan mencari nafkah setelah memutuskan berhenti menjadi kaki tangan Juragan Basri. Sampai saat ini, Mas Arul dan Mbak Lia masih belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Mereka bahkan kesusahan mengumpulkan keuntungan dari hasil berjualan di pelabuhan. "Jualan di pelabuhan sekarang susah, Mbak. Ada banyak pesaing, ditambah minat pembeli yang makin berkurang. Saya sampai nggak mampu bawa Roni ke dokter," ungkap Mas Arul dengan wajah sendu. Mendengar cerita Mas Arul membuatku iba dan tak tega. Setelah memberikan empek-empek, aku pun menawarkan diri untuk mengantar Mas Arul pulang. Aku ingin bertemu dengan keluarga Mas Arul,
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status