All Chapters of Nafkah Nasi Aking : Chapter 61 - Chapter 70

100 Chapters

Bab 61 Tidak Aktif

(POV Risa)Kring! Kring! Kring!Aku yang tengah duduk santai di depan rumah, mendengar suara ponselku berdering dari dalam rumah. Gegas aku mengambilnya, kemudian aku kembali lagi ke teras.“Jona!” Senyumku terbit melihat nama yang tertera di layar ponsel.Aku segera mengangkat telepon darinya.“Halo,” sapaku.“Halo, Risa, kamu lagi apa? Bagaimana kabar Bu Imah, apa dia nyaman tinggal dengan kamu?” tanya Jona dari seberang telepon.“Aku lagi duduk-duduk saja di teras. Alhamdulillah, sepertinya sih dia betah. Sekarang aku jadi ada teman, tidak merasa kesepian lagi di rumah,” jawabku.“Syukurlah, oh iya, aku sudah memesan makanan buat kalian. Mungkin sebentar lagi sampai di rumah kamu. Rencananya hari ini aku mau ngajak kamu mengunjungi makam Kania. Itu juga kalau kamu nggak sibuk,” imbuh Jona.“Terima kasih, Jona. Aku jadi nggak enak kamu sudah repot-repot memesan makanan buat kami. Aku nggak sibuk, kok. Aku mau ikut, aku juga sangat rindu dengan anakku,” sahutku antusias.“Iya, Risa.
Read more

Bab 62 Merasa Kehilangan

(POV Risa)Hari sudah semakin siang, dan sebentar lagi sore. Namun Jona belum menampakkan batang hidungnya sama sekali.“Jona kok lama sekali ya, Bu? Apakah dia tidak jadi menjemputku?” ujarku cemas.“Coba Neng Risa telepon lagi, siapa tahu sekarang nomornya sudah aktif,” titah bu Imah.Aku mengangguk, kemudian mencoba menghubungi Jona lagi.(Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar service area).“Masih belum aktif, Bu. Aku jadi khawatir, kemana Jona sebenarnya?” ujarku.“Neng Risa sabar, ya! Mungkin saja Jona sedang ada keperluan lain, dan ponselnya lowbat. Lebih baik kita masuk ke dalam saja, ya! Itu makanan dari Jona masih belum kamu makan. Sebaiknya kamu makan dulu. Kamu belum makan siang, loh! Jangan biarkan perut kamu kosong. Kalau Jona tahu, pasti dia marah,” imbuh bu Imah membujukku.Aku menuruti ucapan bu Imah. Masuk ke dalam dan mulai membuka makanan yang dipesankan oleh Jona.“Ayo bareng makannya, Bu!” ajakku.“Ibu sudah makan, kamu makan saja.” Ibu Imah
Read more

Bab 63 Amplop Tipis

(POV Rendi)Sepulang dari Bali, banyak sekali pengeluaran yang membuat keuanganku menipis. Terlalu banyak Davina mengeluarkan uang untuk belanja. Gaya hidupnya sangat keras. Baru saja kami menikah, tapi aku sudah pusing. Berbeda dengan pernikahanku dulu dengan Risa. Bahkan dulu aku bisa menabung, karena Risa tidak pernah menuntut apapun dariku. Ah … kenapa aku jadi ingat Risa. Aku sudah memiliki kehidupan baru, Davina orang yang aku cintai. Wanita cantik, modis dan mampu membuat aku bahagia. Namun dibalik itu semua, aku harus berkorban banyak demi dia.“Besok aku sudah mulai bekerja. Sebaiknya mulai dari sekarang, kamu jangan dulu boros-boros. Karena tanggal gajian masih lama,” ujarku saat makan malam.“Memangnya uang tabungan kamu sudah habis, Mas?” tanyanya.“Ya … ada sih, tapi sedikit lagi. Aku harap kamu mengerti ya, sayang. Bukannya aku pelit, tapi kan uang-uangku sudah aku pakai buat biaya pernikahan kita. Bukan sulap, loh, aku banyak mengeluarkan biaya. Tapi … aku bahagia bisa
Read more

Bab 64 Membujuk

(POV Rendi)Aku kembali ke ruanganku setelah mengobrol serius dengan pak Willy. Dengan perasaan semangat, aku melakukan sesuatu yang mungkin orang-orang tak akan menyangka.Ya, demi naik jabatan, aku rela memfitnah pak Beni. Sebenarnya aku tidak ada masalah apa-apa dengan pria tua itu. Namun aku tergiur dengan jabatannya.Aku memanipulasi semua data, dengan mengarahkan semuanya kepada pak Beni, seakan-akan dia memang pelaku penggelapan dana. Namun nyatanya tidak.“Halo, Bams, bisa ke ruanganku sekarang?” sapaku pada Bams pada sambungan telepon.“Ada apa, Ren? Oke aku kesana sekarang,” sahutnya.Aku menutup teleponnya, dan kembali melakukan semua niatanku.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Aku pun langsung menyahut, dan menyuruhnya masuk.“Masuk!”CeklekBams datang lalu duduk di kursi di seberang mejaku.“Ada apa, Ren, kamu manggil aku?” tanyanya.Aku pun langsung menjelaskan maksud dan tujuanku, mengajaknya bekerja sama untuk menumbangkan Pak Beni dari perusahaa
Read more

Bab 65 Menabrak

(POV Rendi)“Pak Beni, anda saya pecat. Saya sangat kecewa dengan anda. Bisa-bisanya anda berkhianat kepada saya. Bahkan sebagian uang hasil penggelapan dana itu, anda berikan cuma-cuma kepada office girl yang bernama Iceu ….” sarkas pak Willy.“Tapi, Pak. Itu uang tabungan saya, semula saya mau memberikannya kepada Pak Rendi sebagai hadiah pernikahannya. Tapi Pak Rendi menolak uang itu, dan akhirnya saya berikan cek berisi uang itu kepada Iceu, karena saya tahu keluarganya sangat membutuhkan,” potong pak Beni menyanggah perkataan pak Willy.“Maaf, Pak Willy dan Pak Beni, saya menyela pembicaraan kalian. Tapi semua sesuai data dan fakta. Dan sudah jelas data dan fakta itu, mengarah kepada Pak Beni, yang telah menggelapkan dana perusahaan. Mau membela diri sekeras apapun, Pak Beni tetap bersalah,” timpalku.“Masih untung anda tidak saya penjarakan, karena anda telah lama bekerja disini, dan telah berjasa pada perusahaan saya. Namun keputusan saya sudah final, anda saya pecat, dan sekar
Read more

Bab 66 Niat Pamer

(POV Davina)Huuuh aku sangat senang hari ini. Bagaimana tidak, aku dibelikan satu unit mobil oleh mas Rendi. Benar-benar mas Rendi bisa saja membuat aku senang. Aku seperti ratu, semua yang aku inginkan dia penuhi.Aku sudah bersiap dan sudah berada di dalam mobil baruku.Aku keliling kota dengan sangat bangga. Bahagia atas apa yang aku punya. Setelah puas keliling jalan-jalan, aku pun mampir di sebuah rumah makan. Rasanya aku sangat lapar setelah seharian ini jalan-jalan.“Mbak, aku pesan sate kambingnya, ya!” ujarku kepada pelayan.Saat sedang menunggu, seketika aku teringat seseorang. Aku tersenyum, ada sebuah rencana yang akan aku lakukan saat ini. Bukan rencana jahat, tapi justru akan membuatku bangga dan senang.“Oke aku akan kesana nanti, setelah makan,” gumamku tersenyum.Aku pun mulai menyantap makanan telah terhidang. Sangat nikmat, apalagi suasana hatiku ini sangat senang.Setelah puas makan, aku pun langsung membayarnya. Namun di piring bekas makan barusan, masih terdapat
Read more

Bab 67 Tidak Peka

(POV Davina)Gawat, kenapa aku bisa bertemu dengan Nesa? Aku harus menghindarinya, sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.“Maaf, Nes, aku harus pulang. Aku banyak urusan,” ujarku menaiki mobilku kembali. Tak jadi membeli paket internet.“Eh tunggu, Vin! Kamu kenapa sih? Padahal aku ingin ngobrol-ngobrol sama kamu. Sudah lumayan lama juga kita nggak ketemu.” Nesa mengikutiku dan berdiri di sebelah mobilku.“Aku sudah menikah, Nes. Jadi aku harap kamu jangan ungkit-ungkit lagi tentang masa laluku,” imbuhku.“Menikah? Kapan? Ya ampun … sama teman sendiri nggak diundang. Sombong kamu ya sekarang. Tapi nggak apa-apa, aku bukan tipe orang pendendam. Oh iya, minta nomor hp kamu dong. Sudah lama kita lost kontak.” Nesa bersiap menyimpan nomorku di ponselnya.“Aduh, Nes, ini sudah malam. Suami aku pasti nyariin. Nanti kapan-kapan, ya ngobrolnya. Aku permisi!” Aku menginjak pedal gas, tanpa memberikan nomor ponselku. Aku tidak mau jika sampai berhubungan lagi dengan temanku itu, dan rahasia m
Read more

Bab 68 Harta, Tahta dan Wanita

(POV Rendi)Tok! Tok! Tok!Sebelum berangkat bekerja, aku mampir terlebih dahulu ke kontrakan Mona. Kasihan, dia memberitahu lewat pesan bahwa tak ada makanan untuk sarapan pagi ini. Semua karena salahku. Jika saja aku tidak menabraknya, mungkin sekarang ini Mona masih bisa bekerja. Walaupun tidak berat, namun pekerjaan Mona harus ditunjang dengan penampilan menarik, dan dibayar harian. Entah apa pekerjaannya dia tak menyebutkannya. Aku tak peduli, tidak ingin tahu juga apa pekerjaannya. Namun sayangnya kening dan kaki Mona terdapat bekas luka, yang mungkin membutuhkan waktu lama untuk penyembuhannya.Ceklek!“Eh, Mas Rendi. Ayo masuk, Mas!” ujar Mona.Aku pun masuk ke dalam kontrakan tempat Mona tinggal.“Kakak kamu belum menjenguk kamu?” tanyaku.“Belum, Mas. Entahlah, kami jarang bertemu. Kami sudah terbiasa hidup masing-masing seperti ini. Oh iya, apa kabar Mas Rendi hari ini? Sepertinya Mas Rendi mau pergi bekerja,” tanya Mona.“Kabarku baik, aku memang mau pergi bekerja. Datang
Read more

Bab 69 Ide Gila

(POV Rendi)“Tapi kenapa kamu nyari pembantunya masih muda, Mas?” Ekspresi Davina seperti khawatir.“Susah sayang, cari pembantu yang sesuai keinginan. Kamu mau pembantu yang sudah tua? Kita cari pembantu itu karena butuh tenaganya loh, bukan umurnya. Lagian kamu kenapa, bukannya senang kok malah merajuk seperti ini?” imbuhku.“Tapi ….”“Sudah, lebih baik kita istirahat saja. Aku tidak mau kamu capek mengerjakan pekerjaan rumah. Kamu itu istriku, Yang, bukan pembantu. Biarlah dengan adanya dia, kamu akan sangat terbantu. Kamu kan nyonya di rumah ini. Masa nyonya nyapu, ngepel, nyuci piring, nggak pantas kan?” Aku berusaha memberi pengertian.“Ah iya lupa, aku belum memperkenalkan kalian berdua. Davina, dia itu namanya Mona. Mona, ini Davina istri saya. Semoga kamu nyaman kerja disini.” Aku mengerlingkan sebelah mataku kepadanya.“I-iya, Pak. Salam kenal, Bu Davina. Semoga saya bisa bekerja dengan maksimal di rumah ini,” sahut Mona.“Mona, nama yang bagus. Tapi tak apalah, jadi mulai b
Read more

Bab 70 Kabar Mengejutkan

(POV Rendi)“Davina, kenapa bisa sampai pingsan begini? Mona ….” teriakku.Mona tergopoh-gopoh menghampiriku.“Ada apa, Mas? Ya ampun, kenapa dia bisa pingsan seperti ini?” tanya Mona terlihat syok.“Mungkin efek sakit perut yang dideritanya. Sebaiknya kita bawa saja Davina ke rumah sakit. Aku sangat khawatir jika terjadi apa-apa dengannya,” ajakku.“Jangan!” Refleks Mona berteriak jangan. Apa maksudnya?“Maksud kamu? Kenapa jangan?” tanyaku merasa heran.“Ma-maksud aku … jangan dulu. Aku akan mencoba menyembuhkannya. Sebentar aku bikin ramuan dulu. Sebentar aku bikin dulu di belakang,” ujar Mona.Aku merasa aneh dengan sikap Mona. Apakah dia memang polos atau pura-pura polos saja. Aku bukan lelaki bodoh yang iya-iya saja kepada semua wanita. Tingkahnya yang seperti itu membuat aku ingin tahu lebih dalam tentang dirinya. Bagaimanapun, aku dan Mona baru kenal beberapa hari. Namun kecantikan wanita itu membuat aku nekat membawanya ke rumahku sendiri, tanpa pertimbangan yang matang.Aku
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status