Home / Romansa / OBSESI MANTAN SUAMI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of OBSESI MANTAN SUAMI : Chapter 21 - Chapter 30

41 Chapters

Dokter (bukan) Mesum 2

Mata Hilman mengerjap sembari menatap bingung pada Sarah, saat mendengar pekikan kuat yang dikeluarkan oleh sang pujaan hati. "Kenapa kamu berteriak?" tanyanya. "Itu ... apa Dokter adalah dokter mesum?!" tanya Sarah dengan raut sengit, juga kembali meraih Satria agar masuk ke dalam pelukannya. Bahkan wanita itu mulai berjalan mundur sembari menatap waspada pada sang dokter pria di hadapannya itu. Melupakan fakta, bahwa kain jarik yang gunakan untuk menggendong Satria jatuh dari atas lengan menjuntai Hingga ke lantai. "Sembarangan!" tegur Hilman, yang merasa gemas akan tingkah sang pujaan hati. "Lalu kenapa Dokter nyuruh saya buka baju?!" tanya Sarah kembali semakin sengit. "Hah! Kapan aku nyuruh kamu buka baju?" Hilman justru balik bertanya karena dirinya memang tidak merasa melakukannya. "Barusan! Dokter bilang 'buka baju' itu, apa maksudnya?!" tanya Sarah semakin sengit sembari tetap mundur ke belakang. Sementara Hilman semakin berjalan ke arahnya. "Lah ... kan emang haru
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Gentlemen

Hilman berdehem sebentar guna melegakan tenggorokannya yang tiba-tiba terasa mengganjal. "Titip Satria, ya, Sar," tukasnya. Ia lantas berjalan mendekati Marni dengan langkah kaki tegap tanpa mendengarkan balasan dari Sarah. Sarah segera melangkah ke arah Satria yang asyik menggerak-gerakkan kaki dan tangannya dengan bibir membulat lucu. "Gak nitip juga, bakal aku jaga, kok! Wong anakku sendiri, Pak Dokter," gerutunya di dalam hati. Marni sedikit gugup saat hilang berdiri di hadapannya sedang mengulas senyum tipis. Tangan lelaki itu lantas terulur ke depan, meminta Marni untuk menjabatnya. Dengan kikuk dan sedikit ragu, wanita paruh baya itupun bersedia melakukannya. "Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu ...! Perkenalkan nama saya Hilman Aksa Prayoga, umur dua puluh sembilan tahun, status single parent karena almarhumah istri saya meninggal dunia akibat sakit tumor otak atau dalam bahasa medisnya Gliobastoma, saya mempunyai putri semata wayang berusia lima tahun, bernama M
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Marabahaya

"Nanti akan dijelaskan langsung sama Sarah saat kamu berkunjung ke rumah Ibu nanti sore," pungkas Marni, enggan ditanya lebih. Hilman yang mengerti kode barusan, lantas menganggukkan kepalanya, menyetujui permintaan sang calon mertua. Meskipun dirinya belum mendapatkan restu sepenuhnya. "Oh ya, bagaimana keadaan Satria cucu Ibu?" tanya Marni kembali saat Sarah kini berdiri di samping kanannya. "Satria baik-baik saja, Bu. Hanya kembung saat saya periksa. Kalau soal dirinya kejang-kejang, itu karena efek demam yang ia derita. Soalnya saat saya ukur suhu tubuhnya, ternyata 38,5°c. Apa Satria baru saja disuntik imunisasi?" tanya Hilman. "Benar, Dokter," jawab Marni dengan penuh kagum. "baru kemarin dia imunisasi DPT." "Kalau efek imunisasi sih, saya rasa tidak sepenuhnya memicu, ya, Bu. Tapi, pasti ada pemicu yang lebih spesifik. Hmmm ... apa kedua orang tua Satria atau salah satunya memiliki riwayat kejang-kejang yang sama?" tanya Hilman kembali. "Saya yang pernah kejang-kejan
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Bahaya Mengancam

"Jangan macam-macam kalian! Kalau kalian berani macam-macam ... saya bakal teriak, biar para warga datang, terus menghajar kalian semua!" ancam Sarah dengan lantang. Suaranya yang nyaring membuat sang putra terkejut sehingga menangis keras. Sarah pun berusaha menenangkan sang putra dengan menimangnya sayang ke sana kemari, hingga dirinya melupakan keadaan sekitarnya. Hal itupun dimanfaatkan oleh para petugas keamanan itu yang nampak saling memberikan kode masing-masing lewat mata mereka. "Lepaskan aku!" teriak Sarah yang kaget karena secara tiba-tiba dua orang laki-laki dari lima orang petugas keamanan itu memegangi lengannya, bahkan seorang diantara mereka merebut paksa Satria dari tangannya, hingga bocah itupun semakin keras menangis. "anakku! Kembalikan anakku!" pekiknya keras, namun tidak bisa maju ke depan karena kedua tangannya dipegangi para petugas keamanan dengan kuat. "Lepaskan cucuku!" teriak Marni juga yang berusaha merebut Satria dari tangan sang petugas keamanan den
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Siapa Di Dalam Mobil

Hilman baru selesai mengerjakan semua tugasnya. Lelaki itu lantas melepaskan jas dokter yang ia kenakan, kemudian menaruhnya di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya kini meraih tas ransel yang ia pakai setelah memasukkan semua peralatan medis miliknya. Lalu mengenakannya dengan cepat. "Bro!" panggil seseorang dari balik punggungnya. Hilman segera menoleh ke belakang, dimana terlihat jika rekan sejawatnya yang bernama Budi sedang berdiri bersender di depan pintu yang terbuka lebar. "Apa?" tanyanya sembari berjalan mendekati lelaki itu. "Lu jadi ikut nobar final piala dunia di rumah Herman nanti malam, kan?" tanya Budi sembari menepuk pundak Hilman saat lelaki itu sudah sampai di sampingnya. "Jadi! Kan lu tau sendiri kalau gue suka bola," pungkas Hilman. "Iya, apalagi bola yang menggantung, ya?" ejek Budi sembari terkekeh kecil. "Maksud lu apaan, pe'a?!" Mata Hilman menatap sengit pada temannya itu. "Lah ... emang gue kagak tau apa kalau tadi lu sempat lihat punya si j
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Lolos dari Bahaya

"Lepasin cewek itu gak! Kalau lu semua kagak lepasin, gue telepon polisi sekarang juga!" ancam Hilman sembari mengeluarkan ponselnya, tak lupa menekan hotline polisi sebagai peringatan jika ancamannya tidaklah main-main. "Kagak bisa lah! Wong dia istri bos kita! Situ kok seenaknya saja minta lepasin! Mana boleh gitu, woy!" hardik si petugas keamanan yang sebelumnya berbicara sopan dengannya. "Emang dia beneran istri bos lu pada? Coba tanya tuh cewek, bener gak dia istri bos lu? Takutnya bos lu cuman ngehalu doang, ngatain calon bini gue sebagai istri dia!" ejek Hilman dengan nada sinis. Lelaki itu lantas menoleh pada Sarah yang nampak menggedor-gedor jendela kaca sembari berteriak. Namun karena kacanya kedap suara, sehingga suara wanita itu tidak terdengar keluar. "tuh lihat! Dia aja pengen keluar. Berarti bener apa kata gue, kalau bos lu pada cuman ngehalu doang! Tindakan penculikan, bisa berakhir dalam jeruji besi, loh!" desaknya kembali saat menyadari ekspresi wajah penuh ketaku
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Pakaian Ganti

Marni akhirnya dilarikan ke rumah sakit, akibat serangan tersebut membuatnya mengalami gagal jantung. Sarah kini sedang menunggu di kursi panjang yang disediakan pihak rumah sakit guna menunggu pasien yang masih berada di dalam ruang operasi. Sementara itu, Hilman yang baru saja datang dari arah luar, karena sempat meminta ijin ada sedikit urusan dengan Sarah, lantas berjalan ke arah wanita itu, lalu berdiri tepat di hadapannya seraya menyodorkan sebuah paper bag ke hadapan Sarah yang segera mendongakkan kepalanya ke atas. "Apa ini, Dok?" tanya Sarah bingung. "Baju ganti buatmu dan Satria," ungkap Hilman. "Oh, tidak usah Dokter! Saya tidak bisa menerimanya," tolak Sarah dengan sopan sembari mendorong paper bag kertas tersebut ke arah Hilman. "Aku tidak menerima penolakan!" kekeuh Hilman sembari menarik paksa tangan kanan Sarah yang bebas. Kemudian kembali menyodorkan paper bag tersebut ke tangannya. Memaksa wanita itu menggenggamnya erat. Sarah terpaksa menerimanya, meskipun
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Merayu

"Wa'alaikum salam!" sahut Sarah dengan wajah tertunduk dalam. Wanita itu nampak berdiri dengan kikuk sembari tetap mendekap erat paper bag tersebut di dadanya. "Apa kamu tidak mau duduk?" tanya Hilman dengan sopan. "Oh ... i-iya, Dokter," tukas Sarah semakin gugup. Dengan kikuk wanita itu lantas duduk kembali di kursi, begitupula dengan Hilman yang ikut duduk di sampingnya dengan jarak 1 orang diantara mereka. Keduanya nampak saling terdiam, tidak tahu harus berbicara apa. Bahkan Hilman terlihat menyugar rambutnya berulang kali karena benar- benar gugup saat melihat penampilan memukau yang Sarah perlihatkan. Suasana bahkan semakin terlihat canggung, karena keduanya nampak tidak berbicara satu sama lain. Namun tak lama berselang, ponsel milik Hilman berdering dari dalam saku celana bahan yang ia kenakan. Lelaki itu lantas segera merogoh saku celananya. "Assalamu'alaikum, Ummi!" sapanya dengan nada lembut, begitu ponsel tersebut ia dekatkan pada telinga kanannya, tatkala mengetah
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

29. Mencari Pinjaman

Sekian menit berlalu saat Sarah melamun. Wanita lantas bangkit berdiri, kemudian dengan langkah terbesar segera berjalan ke arah luar. Iapun lantas berjalan menuju jalan raya, dimana terdapat sebuah angkot yang nampak berhenti di depan rumah sakit, seolah-olah sedang menunggu kedatangannya. "Angkot, Mbak?" tanya kernet angkot sembari melongokkan kepalanya pada jendela penumpang di bagian depan. "mau kemana?" "Iya, Pak!" sahut Sarah tegas. "Jalan Ahmad Yani, Pak!" ungkapnya sembari balas menatap sang kernet dari balik pintu penumpang di bagian depan. "Siap, Mbak! Silakan naik!" tukas kernet menyilakan. Sarah pun bergegas masuk ke dalam angkot, tepat di bagian belakang. Wanita itu duduk di samping pintu masuk. Tak lama kemudian, angkot pun melaju meninggalkan area rumah sakit. Sementara itu di dalam, Hilman nampak baru selesai merayu putrinya agar bersedia mengalah kali ini. Lelaki itu lantas kembali masuk ke dalam ruang tunggu operasi. Alangkah terkejutnya lelaki itu tatkala t
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Siapa?

Mobil yang dikemudikan Yatno akhirnya tiba di perkiraan rumah sakit. Gegas lelaki itu memarkirkan mobil di tempat yang telah disediakan. Sarah bergegas turun, begitu Yatno membukakan pintu mobil untuknya. "Terima kasih," ungkapnya sembari tersenyum tipis. "Sama-sama, Nyonya," sahut Yatno dengan sopan. Lelaki itu lantas berjalan mengikuti langkah Sarah dari belakang setelah dirinya selesai mengunci pintu mobil. Tak lupa mengantongi kunci tersebut di saku celananya. Sarah membiarkan saja karena yakin ini semua adalah perintah dari Aditya. Dirinya lantas berjalan ke arah kiri, dimana loket pembayaran berada. "Permisi, Mbak!" sapanya dengan sopan. Sementara Yatno berdiri di belakangnya. Petugas loket berjenis kelamin perempuan itu, lantas menaikkan pandangannya ke atas dimana Sarah berada. "Ya, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan sopan sembari balas tersenyum tipis. "Saya ingin melunasi pembayaran atas nama pasien Marni Hayati. Tapi, saya tidak membawa uang cash. Bis
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status