Home / Pernikahan / Kelakuan Papa Mertua / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kelakuan Papa Mertua: Chapter 11 - Chapter 20

113 Chapters

Abaikan Anin!

“Jadi kamu ditanya juga sama Ibu?”“Iya, tapi aku jawab sesuai yang diajarkan Bu Widya aja. Cari aman lah, Mak.” Riana mendengar suara Mak Wati dan Sus Dian. Kaki perempuan dua puluh enam tahun itu spontan berhenti melangkah. Niatnya untuk pergi ke kamar Anin, dia urungkan. Riana ingin mendengar pembicaraan mereka lebih lanjut. Sebutan ‘Ibu’ sudah pasti ditujukan kepada dirinya. Yang membuat dia lebih tertarik adalah jawaban dari Sus Dian. Memangnya Mama mengajarkan apa kepada pengasuh Anin itu?“Suruh jawab mirip putihnya doang ya?” tebak Mak Wati.Sus Dian tertawa. “Iya. Mak juga disuruh gitu?”Riana hanya mendengar derai Mak Wati. Mungkin di balik tembok ini Mak Wati sedang mengangguk. Hati Riana mencelos, bukankah suaminya juga berucap yang sama? “Mirip dari mananya coba? Putihnya mungkin iya,” batin Riana melagukan ucapan Jagat tadi.“Kasihan Ibu, dia baru dengar dari satu orang aja udah kebakaran jenggot. Padahal kalau pas aku yang ajak Anin keluar, semua orang kompleks selal
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Sandiwara Di Atas Sandiwara

“Gimana menurut kamu, Dek?” Jagat memandang istrinya dengan mata berbinar. Seolah dia baru saja menemukan bongkahan berlian. Riana mengangguk ringan. Bibirnya melebar, membuat senyum seluas mungkin. “Wah kapan, Mas? Aku jadi enggak sabar. Hitung-hitung bulan madu kedua ya!” ujarnya berseru. Terdengar terlalu antusias. Jagat tertawa. “Sabar, Dek, aku perlu mengajukan cuti dulu. Kamu kan tau proses cuti di kantorku lumayan ribet. Paling cepat tiga minggu ke depan, kecuali kalau kita pergi ke tempat dekat aja, misal Jogja atau Dieng? Kita bisa pergi jumat sore, dan pulang minggu siang.” “Tapi aku pengennya ke Lombok atau Labuan Bajo, boleh ya?” Mata Riana membesar, lagi-lagi menunjukkan ekspresi antusias yang begitu tinggi. Meskipun jauh di dalam hatinya dia ingin muntah mendengar suaranya sendiri. Semoga Jagat tidak dapat mendeteksi kebohongannya. “Boleh, boleh … tempatnya kamu yang tentuin, tapi ya itu sabar ya. Duh, aku kebelet pipis,” ujar Jagat seraya berdiri, lalu berlari menuj
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Hati-hati, Dek.

“Dek?” Jagat membulatkan mata. Riana meringis tipis. Dia tahu, pasti suaminya kaget sekaligus senang. Reaksi yang sama baru saja ditunjukkan oleh Sus Dian. Sedari subuh Anin menangis, dan sepertinya profesionalitas dan pengalaman Sus Dian tidak banyak menolong. Riana mencuri dengar ketika Mak Wati menceplos ,”Anin pasti kangen sama mamanya, bayi mana ngerti kan kalau Bu Riana bukan mama kandungnya. Orang dari melek Anin ngertinya mama dia adalah Ibu Riana.” Hati perempuan ramping itu bergetar. Langsung mengucap istigfar sebanyak yang dia bisa. Apa pun yang terjadi, seharusnya dia tidak boleh begini kepada Anin. Bayi suci ini hanya korban ketidakwarasan orang-orang dewasa. Akhirnya Riana mendekat dan Anin langsung riang ketika berpindah tangan dari Sus Dian kepada dirinya. “Anin seneng ya digendong Mama? Berarti kita sama, Nin,” Jagat menyeringai sambil mendekat. “Papa juga seneng digendong Mama.” Riana mencubit perut Jagat dengan samar, dan lelaki itu tergelak. Tanpa malu, Jagat
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Penguntit Yang Setia

“Pak Rusli,” desah Riana. Dia langsung setuju dengan Abang sangar bahwa dirinya telah dibuntuti. Memangnya mau apa asisten rumah tangganya di depan mini market dengan leher menjulur ke sana ke mari, kalau tidak sedang mencari tahu keberadaan dirinya?Riana tersenyum lega, setidaknya dia belum sampai ke rumah sakit. “Terima kasih ya, Bang,” kata Riana kepada si Abang yang ternyata tukang parkir di situ. “Sebaiknya Ibu hati-hati, keluarnya nanti aja setelah orang itu pergi,” kata pramuniaga. “Semoga Bang Herman bisa mengusirnya.”Mata mereka berdua menyaksikan Bang Sangar, eh namanya Bang Herman, mendekati Pak Rusli. Entah apa yang mereka bicarakan, terlihat Pak Rusli mengeluarkan sebungkus rokok. Tangan Bang Herman mengulur santai menerima, dan cus … rokok menyala di sela bibir lelaki bertato itu.“Menurut saya, Ibu telpon suami atau saudara Ibu saja, supaya mereka jemput di sini,” ucap pramuniaga lagi. “Oh, iya.” Riana berbinar, bagi telinganya ide itu sungguh cemerlang. Dia mengel
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Jangan Lelah Dulu Ya

“Nah gitu, paham kan?” Maya mengulur napas lega, setelah panjang lebar menjelaskan langkah-langkah cara memeriksa aplikasi perpesanan. Sahabat Riana sejak kuliah itu pernah menyadap telepon genggam milik mantan suaminya untuk mendapatkan bukti bahwa ayah dari anaknya itu memang punya perempuan lain. “Kalau ternyata benar disadap, kamu kirim pesan ke nomor ini, tapi kalau aman ke nomorku yang biasa. Nanti kita baru cerita, aku penasaran apa yang terjadi sama kamu. Pokoknya kamu harus cerita detail dan lengkap ya, Ri.”Telepon ditutup.Tangan Riana bergetaran seperti melihat hantu paling menyeramkan sedunia. Bulu kuduknya memang tidak meremang, tetapi tengkuknya sudah basah keringat. Ada yang bergolak dalam perutnya, semacam rasa sakit yang merangsang area tenggorokannya menjadi tidak nyaman.Ah … dada yang tadi terasa terhimpit tiba-tiba menjadi lega. Ternyata Jagat tidak menyadap teleponnya. Atau jangan-jangan karena belum sempat? Perut Riana bergolak kembali. (Aman, May.)Segera te
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Terima Kasih Maya

(Done, Ri. Kata pihak rumah sakit kurang lebih makan waktu tiga minggu, semoga bisa lebih cepat ya biar kita segera tau siapa ayah bayi itu yang sebenarnya).Riana membaca pesan dari Maya. Sebelum membalas, dia menoleh pada Anin yang berada dalam gendongan Sus Dian, mengajak bayi cantik itu bercanda sebentar. Meskipun di luar terlihat biasa, namun sesungguhnya batin Riana sedang dag dig dug. Layar laptop di depan Riana terbuka. Sekilas memang menyajikan tulisan-tulisan biasa. Namun di sela-sela tulisan dalam dokumen yang dia bagi secara online dengan Maya itu, mereka sedang saling mengirim pesan.Memakai google doc untuk bicara. Ah, ini ide yang cukup brilian yang melintas di kepala Riana sesaat sebelum berpisah dengan Maya di warung bakso tadi. Sejak berada di rumah ini, Riana jarang sekali berkutat dengan telepon genggam. Pasti akan sangat mencolok jika Riana tiba-tiba terlihat berlama-lama di layar telepon. Riana yakin, ketiga pekerja di rumahnya pasti tidak menyangka jika sesun
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Penuh Drama

“Jangan!”Riana berteriak dalam tidur. Lengkingannya lebih kuat dari sebelumnya. Jagat gegas bangkit, sedikit sempoyongan berjalan ke sisi kanan, mendapatkan wajah Riana.“Dek, Dek.” Jagat mengguncang halus tubuh istrinya. Setelah lenguhan panjang, Riana membuka mata. Mengerjap kebingungan, dadanya naik turun seiring napasnya yang keluar masuk dengan kecepatan tinggi.“Mas,” Riana mendesah kalut. Tangannya mengulur dan sampai ke pundak Jagat. Sedetik kemudian mereka sudah saling berpelukan.“Kamu mimpi buruk?” tanya Jagat. Dielusnya kepala Riana dengan sayang, dia bisa merasakan napas Riana makin lama makin teratur.Hanya kepala perempuan itu yang terangguk menyentuh bahu Jagat sebagai responnya. Dalam beberapa detik seolah mereka membatu, tetap dalam posisi yang sama. “Aku mimpi rumah, Mas. Mimpi Ibu,” bisik Riana sembari mengurai pelukan. “Aku mau telpon Ibu sekarang, mimpinya bener-bener nyata, aku takut.”“Sst … tenanglah dulu, Dek. Masih larut malam, kasihan kalau Ibu terganggu
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

OMG, Banyak Kejutan!

“Apa sih, Ri? Kok bengong gitu?” Ibu mengulum senyum. Masih berbalas lirikan mata dengan Jagat.“Wah sejak kapan rumah kita jadi bagus gini, Bu? Ibu enggak pernah cerita,” komentar Riana. Pikirannya langsung menuju kepada kelakuan Papa. Inikah yang menyebabkan Ibu dan Bapak begitu gigih memaksa dirinya menerima Anin?“Ayo toh, masuklah! Mau sampai kapan di situ?” Bapak dari arah dalam berteriak. Senyumnya lebih mengembang daripada milik Ibu.Selang beberapa detik, seorang bocah beranjak remaja berlari dari arah belakang Bapak.“Mbak Ri, mana adeknya? Mau liat adek lagi!” Fena, adik bungsunya yang berumur dua belas tahun celingak celinguk mencari keberadaan Anin. Ketika melihat Jagat yang sedang membawa baby seat car, dia berlari menuju mobil.“Dek, bantuin ini, lupa ya kalau sekarang ada Anin?” cetus Jagat yang disambut tawa renyah oleh seluruh keluarga Riana.Satu dua tetangga Riana yang kebetulan lewat menyapa sambil berkomentar tentang mobil. Keramahan ciri khas warga kampung di si
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Keterangan Kedua Adik

“Fen, kalau Mbak nganter kamu ke sekolah bareng Anin, kamu malu enggak?” Riana mulai melancarkan aksinya. Dia sudah bangun pagi hari dan bersiap, semoga rencananya lancar tanpa kendala.“Dianter naik mobil? Lah sekolah aku kan deket banget Mbak, jalan kaki aja sepuluh menit,” sahut Fena mengernyit.Riana tertawa. “Maksudnya jalan kaki bareng, Mbak pengen sekalian jalan-jalan.”“Ya ayuk! Kenapa malu, kan jalan sama Mbak-nya sendiri.”“Soalnya kalau ketemu temenmu, Mbak akan bilang kalau kamu sekarang udah jadi tante, Tante Fena.” Riana berderai. Terlebih melihat ekspresi wajah adiknya yang menjadi sedikit kesal.“Anin panggil aku ‘Mbak’ aja kenapa sih?” protesnya mengerucutkan bibir.“Ya enggak bisa, dia kan anak Mbak Riana ya berarti kamu tantenya.” Agung ikut ambil suara. “Tante-tante kok masih SD.”“Hei, kamu juga Om kan?”“Aku kan udah SMP.”“Udah, enggak papa Tante Fena, nanti sama Anin dikasih uang jajan yang banyak.”Fena seketika bersorak suka cita. Dia menjulurkan lidah kepada
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Bukti Dari Ibu

“Ini, Ri.” Ibu mengulurkan sebuah amplop coklat. “Ini adalah tes DNA Anin, Jagat dan Pak Sulis. Di situ sudah terbukti semua, bahwa prosentasi kemiripan Jagat dan Anin hanya tujuh puluh empat koma. Kalau yang punya Pak Sulis itu sembilan puluh sembilan persen. Kata dokternya kemiripan Jagat dipicu karena dia satu ayah sama Anin.”Riana terlolong. Kenapa ibunya yang orang kampung ini tiba-tiba begitu lancar menjelaskan soal tes DNA? Sejenak perempuan itu membaca kertas yang sesungguhnya dia tidak paham sepenuhnya. Tanggal pengambilan tes dan hasil tes, tertera sekitar dua bulan yang lalu. “Berarti tes dilakukan setelah Anin lahir?” tanya Riana lirih. Saat Ibu mengangguk Riana melenguh. “Jadi Ibu sudah percaya sebelum ada tes ini? Jangan-jangan ini rekayasa.”“Rekayasa gimana? Itu tes asli, Ibu sama Bapak yang milih rumah sakitnya. Sebelum tes, Ibu minta semua disumpah di atas al quran, termasuk dokternya. Biar pun Ibu diketawain, enggak apa-apa … demi kamu. Ibu juga enggak mau anak Ib
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status