Home / Romansa / Anak Kembar Milik Sang Presdir / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Anak Kembar Milik Sang Presdir: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Bertanggung Jawab, Tuan.

Rachel merasa lega karena Hillen tak mengganggunya lagi setelah dia meninggalkan pria itu di ruangannya tadi. Hingga sampai semua pekerjaannya selesai dan dia pulang ke flat yang kini sudah menjadi rumahnya, semuanya berjalan lancar seperti tak ada yang terjadi.Rachel merasa lega, tapi kemudian kelegaannya hilang ketika dia melihat seorang pria yang lumayan dikenalinnya sedang turun dari mobil yang berhenti di halaman flatnya tinggal."Nona Rachel, saya diperintahkan untuk mengantarkan bahan-bahan makanan dan kebutuhan ini oleh Tuan Besar. Beliau mengatakan sangat merindukan Nona, hanya saja kesehatannya menurun makanya beliau tidak bisa datang."Rachel kehilangan kata-kata karena pria itu menggunakan nama Tuan Besar Stepson dihadapannya, yang dimana itu adalah kakek angkatnya dan pria yang paling menyayanginya setelah kedua orangtuanya meninggal. Namun, bukankah pria ini adalah asistennya Hillen? Sejak kapan kakeknya kekurangan asisten hingga meminta asisten pria itu untuk mengantar
Read more

Menguatkan Tekad

Rachel terdiam menatapi bahan-bahan makanan yang ada di hadapannya saat ini. Bahan-bahan makanan dan keperluan yang dikatakan Vicky dikirimkan oleh kakeknya dan Rachel merasa itu seperti tidak masuk akal. Kakeknya sendiri saja sudah membiarkannya hidup mandiri, dia juga hanya cucu angkat, lantas kenapa harus mengirimkan bahan-bahan makanan dan keperluan ini lagi? "Percuma saja aku pergi dan tinggal disini, dia tetap tahu dimana aku berada." Rachel tak tahu kenapa Hillen harus melakukan ini. Dia tak mengerti bagaimana dan apa yang bisa dia lakukan, Hillen jauh dari jangkauannya dan sikapnya juga tak sama seperti yang Rachel harapkan."Apakah aku harus serahkan anak-anak baru kemudian dia akan berhenti? Namun, apakah dia akan menjaga anak-anak dengan baik?"Rachel menggeleng tak yakin. Hillen saja biasa di urus pelayan, biasa diperlakukan layaknya Pangeran. Bagaimana bisa pria seperti itu menjadi ayah dua anak yang sedang aktif-aktifnya?"Tiga Minggu lagi aku akan lulus dan wisuda, se
Read more

Cerita Bibi Vee

Hillen terdiam menatap wajah kedua anak kembar yang masing-masing memegang botol susu ditangan mereka itu. Wajah-wajah mereka sangat mirip dengannya, membuatnya menarik napas perlahan dan menatap wajah Bibi Vee."Rachel pernah menikah? Sudah berapa lama Anda bersamanya?"Bibi Vee diam sesaat sebelum akhirnya dia menunduk. "Selama saya melihatnya dia belum pernah dekat dengan pria manapun dan kalau ada yang ingin mendekatinya juga Nona Rachel selalu menolak. Kenapa Tuan bertanya seperti itu?" tanyanya membuat Hillen menatap anak-anak itu lagi.Mereka sudah agak menjauh, bicara satu sama lain dan bahkan tak mempedulikan kehadirannya. Jika tadi mereka mendekati Bibi Vee karena sengaja, mereka terlihat khawatir dengan kedatangan orang baru. Sementara itu, sekarang mereka sudah tidak begitu peduli karena Bibi Vee juga ada di sana dan bicara dengannya."Bagaimana hadirnya anak-anak ini kalau dia tidak pernah menikah? Apakah ada kesalahan dalam hal ini?" tanya Hillen, membuat Bibi Vee mengge
Read more

Tidak Terbiasa

Rachel terduduk sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. Dia kelelahan setelah bekerja hari ini dan setelah selesai pun dia masih harus berjalan pulang karena sudah tidak ada lagi bus yang akan mengantarnya sesuai rute.Biasanya bus akan menuju ke jalur universitas dari pagi hingga sore, tapi dia baru pulang bekerja malam ini makanya sekarang dia harus berjalan kaki. Mau memesan taksi biasanya tarif malam-malam begini mahal, dia tidak mau membuang-buang uang hanya karena jarak yang kurang lebih dua kilometer."Setelah gajian nanti, kebetulan dengan aku wisuda. Aku harus mencari pekerjaan baru dan rumah baru yang ada di kota. Membawa anak-anak pergi dan semoga tidak bertemu dengannya."Ucapan itu baru selesai dia katakan ketika sebuah mobil berhenti di sisi kanannya. Rachel menoleh sebentar, lalu kemudian mengerutkan dahinya ketika melihat siapa yang keluar. "Baru pulang bekerja?"Pertanyaan yang cukup basa-basi. Rachel tidak tahu sebenarnya pria ini sedang apa, kenapa seperti tid
Read more

Tidak Butuh, 'kan?

"Nona maafkan saya," ucap Bibi Vee begitu Rachel tiba di rumah. Hal yang membuatnya mengerutkan dahinya karena tak paham dengan apa yang dilakukan oleh Bibi Vee saat ini."Bibi kenapa? Ada yang salah?" tanyanya seraya menatap wajah Bibi Vee dan menutup pintu flat. "Apakah terjadi sesuatu?"Bibi Vee menarik napasnya lalu mengajak Rachel untuk duduk di sofa, dia tahu kalau wanita ini lelah pulang bekerja jadi dia tidak mungkin membicarakannya sambil berdiri."Anak-anak mana, Bi?" tanya Rachel membuat Bibi Vee menunjuk kamar."Sudah tidur, tadi saya membuat sup udang dan mereka makan dengan lahap lalu setelah itu tidur. Nona ... Minum tehnya dulu," ucap Bibi Vee seraya menyerahkan gelas berisi teh yang baru dia tuang.Rachel melihat wajah Bibi Vee yang agak gelisah, hingga dia penasaran dengan apa sebenarnya yang sudah terjadi pada wanita ini. Selama ini Bibi Vee tidak pernah bersikap seperti ini, kenapa dia agak aneh sekarang?"Bibi kenapa? Ada masalah?"Bibi Vee menarik napasnya, mena
Read more

Keinginan Thomas

Selama beberapa hari ini, Hillen sama sekali tidak menampakkan diri. Rachel agak tenang dibuatnya, dia tak peduli kemana pria itu pergi yang pasti dia akan berusaha untuk tidak mencari tahu dan tidak peduli.Hari ini Raysan dan Raysen juga tidak banyak permintaan, seperti biasanya. Mereka akan makan makanan yang dimasak olehnya lagi ini, karena dia sedang libur tahun baru dan menghabiskan waktu di rumah sebelum nanti malam melihat kembang api yang akan dinyalakan orang-orang. Anak-anaknya yang masih terlalu kecil membuatnya tak mau membelikan untuk mereka, dia tak mau anak-anaknya malah terkena kembang api dan itu berbahaya."Mommy, setelah Mommy lulus kuliah, apakah kita akan pindah lalu kami bersekolah?" tanya Raysen seraya memakan cemilannya."Iya," balas Rachel seraya tersenyum menatap putranya itu. "Nanti Mommy akan carikan sekolah yang bagus. Kalian harus bisa sekolah dengan baik dan menjadi anak-anak Mommy yang pintar.""Aku akan menjadi sukses." Raysan berkata membuat Rachel
Read more

Mommy Banyak Melamun

Hillen memang tidak datang ke acara wisuda kuliahnya Rachel, tapi dia melihatnya dari rumah bersama dengan sang kakek yang juga tak bisa menghadirinya karena sudah terlalu tua. Mereka mendengar semua hal yang disampaikan di dalam acara itu ketika nama Rachel disebut beserta gelar yang berhasil didapatkannya.Dia berhasil lulus dengan jurusan manajemen dan bisnis padahal itu bukan sebuah jurusan yang mudah. Tetapi wanita itu memang tidak menyia-nyiakan kasih sayang dan uang yang diberikan kakeknya."Dia bukan seorang gadis manja, dia benar-benar cucuku yang hebat."Hillen hanya bisa diam mendengar apa yang dikatakan oleh kakeknya tentang Rachel. Kebanggaan dan kebahagiaan yang diungkapkan oleh kakeknya itu membuatnya tahu kalau memang rasa cinta kakeknya pada Rachel begitu besar seperti pada cucunya sendiri. Andaikan saja kakeknya tahu kalau dia sudah membuat wanita ini kehilangan masa depan, membuat wanita ini kesulitan dengan mengandung anaknya selama 9 bulan, sudah membuat wanita i
Read more

Diterima!

Rachel memandangi wajah anaknya yang kembali tidur. Tadi, setelah dia bicara dengan Raysen, dia merasa lebih baik karena anak-anaknya memperdulikannya. Raysen walau masih kecil juga masih perhatian, sementara Raysan cenderung peka dan selalu mengerti keadaan.Dia tidak tahu apakah itu karena dia gagal menjadi seorang ibu yang baik atau karena hal lain. Kedua anaknya masih kecil pun bahkan sampai ikut campur dalam urusannya, dalam pemikirannya dan dalam apapun yang akan mereka lakukan. Apakah Rachel benar-benar gagal hingga membuat kedua anaknya bahkan tidak merasa tenang dan bahagia tanpa memikirkan apa-apa?"Dengan keadaanku yang seperti ini, aku memang tidak akan pernah bisa membuat kalian hidup dengan sejahtera. Mommy hanya seorang lulusan baru dari universitas, masih kesulitan mencari pekerjaan. Jika kalian hidup dengan Daddy, kalian sebenarnya akan hidup dengan baik dan terjamin. Tapi setelah itu, apakah kita masih bisa bertemu?"Rachel menarik napasnya pelan, dia tidak yakin sem
Read more

Mendapatkan Pekerjaan

Rachel bersiap hari ini dan terlihat semangat mau melamar pekerjaan. Walaupun nama perusahaannya dia sedikit asing tapi dia sudah tahu kerja di sana juga tidak seburuk itu. Rachel ingin membuktikan kalau dia bisa menjadi seorang ibu tunggal yang akan menghidupi anaknya.Harapannya saat ini adalah dia diterima, dia bisa memastikan tidak akan mengecewakan orang yang sudah menerima lamaran pekerjaan yang dia ajukan. Karena bagaimanapun, Rachel melamar pada bagian yang sudah dia pahami dan dia yakin bisa melakukannya dengan baik."Doakan Mommy bisa mendapatkan pekerjaan ini, ya?!" ujarnya penuh semangat membuat kedua anaknya itu mengangguk."Raysen akan selalu mendoakan Mommy.""Hmm! Begitupun dengan Raysan, kami akan selalu mendukung apapun yang Mommy mau lakukan. Karena kami tahu kalau semua itu hanya untuk kami dan Mommy melakukan itu juga untuk kami."Rachel tersenyum dan memeluk dua anaknya itu dengan lembut. Dia merasa senang karena kedua anaknya adalah anak-anak yang pengertian dan
Read more

Membeli Cemilan

"Anda diterima kerja, Nona?""Iya, gajinya cukup sekali untuk kita satu bulan. Jadi aku akan mencari rumah yang lebih baik untuk kita tempati. Semoga saja aku bisa nyaman bekerja disana agar bisa sekalian mencicil rumah itu," ujar Rachel dengan perasaan bahagia ketika dia pulang ke rumah."Syukurlah, Bibi senang sekali mendengarnya. Semoga saja bisa bekerja dengan baik dan tidak ada kesalahan. Dengan itu pasti bisa bekerja dengan baik dan lancar. Semoga saja ini benar-benar bisa menjadi rezeki Nona."Rachel tersenyum dan mengangguk. "Dimana anak-anak? Apakah mereka tidur?" tanyanya saat melihat rumah yang sepi."Iya, setelah makan cemilan tadi, mereka langsung tidur karena mengantuk." Rachel tersenyum dan mengangguk paham. "Kalau begitu, aku akan mandi dulu ya? Soalnya aku lelah sekali, setelah ini baru makan siang.""Iya, Nona. Pergilah, saya siapkan dulu makanannya."Rachel tersenyum dan mengangguk, dia membiarkan Bibi Vee pergi sementara dia sendiri ke kamar dan memutuskan untuk m
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status