Home / Romansa / Anak Kembar Milik Sang Presdir / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Anak Kembar Milik Sang Presdir: Chapter 21 - Chapter 30

35 Chapters

Jangan Menolakku

Ting! Tong!Rachel menoleh ke arah pintu saat dia sedang menonton televisi. Dia mengerutkan dahinya dengan bingung, siapa yang datang bertamu ke rumah? Tidak banyak yang datang kesini, 'kan? Kenapa ada tamu yang datang?"Bibi Vee mungkin sedang tidur," gumamnya lalu bangkit. "Lebih baik aku saja yang membukanya."Rachel bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya. Baru saja dia akan menyapa, seseorang yang berdiri tegak disana membuatnya mengatupkan bibir. Dia terlihat menegang untuk sesaat, padahal ini bukan pertemuan pertama mereka tapi entah mengapa rasanya dia cukup gugup menemui pria ini. Hillen juga diam menatap wajah Rachel yang terlihat begitu gugup di hadapannya. Dia tahu kalau dari awal sikap wanita ini tidak berubah banyak, dia tahu kalau Rachel juga tidak akan sekuat itu di hadapannya tapi berusaha untuk kuat agar tidak mudah untuk ditaklukan. Hillen mengerti, bahkan saat dia pertama kali melihat sikapnya. Hal itu membuatnya tersenyum pelan dan meng
Read more

Ayo, Kita Mulai Dari Sekarang

Mendengar ucapan Hillen, Rachel diam dengan wajahnya yang menatap tak percaya pada pria itu. Bukan apa, dia hanya tidak merasa percaya karena pria yang kaya raya ini mau mengorbankan nama baiknya hanya untuk hal ini.Padahal, jika Hillen mau melihat dan membuka matanya, dengan Rachel yang hidup sangat baik bersama anak-anaknya, dia juga tidak perlu melakukan hal itu. Untuk apa?"Kakak seharusnya tidak perlu melakukan sesuatu yang bisa mengorbankan nama baik. Atas dasar apa? Walaupun kita pernah tinggal di rumah yang sama tapi kita tidak pernah memiliki perasaan apa-apa. Akan terlalu aneh untuk Kakak sendiri, kenapa Kakak harus melakukan semua ini padahal Kakak bisa mengabaikanku?" tanya Rachel dengan tenang. Melihat Hillen yang terdiam, Rachel tersenyum kecil dan menghela napasnya. "Mencari uang sangat sulit di negara kita, perlu kerja keras dan kemampuan yang bagus. Kalau Kakak memberikan aku dan anak-anak hidup baik tanpa kekurangan, itu artinya memberikan uang dan kekayaan dan Kak
Read more

Aku Adalah Daddy Kalian

Rachel menoleh ke arah suara itu, bersama dengan Hillen hingga mereka menemukan Raysan yang tampak mengusap matanya."Raysan ... ada apa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Rachel seraya bangkit dari duduknya dan menghampiri putranya itu."Haus, Mommy. Minuman Raysan habis," ucapnya membuat Rachel tersenyum dan mengambil botol minum dari tangan putranya itu."Biar Mommy ambilkan di dapur, kamu kembali ke kamar saja, hmm?"Raysan menatap ke arah belakang dimana ada seorang pria yang berdiri memperhatikan mereka. Dia mengerutkan dahinya, lalu menatap sang ibu yang terlihat hendak bangkit."Mommy ...""Ya?" Rachel menatap wajah polos putranya itu."Apakah dia Daddy?"Deg!Wajah Rachel langsung tersentak mendengar pertanyaan itu. Dia dengan ragu menggeleng, lalu tersenyum pada putranya itu."Bukan, dia hanya teman Mommy. Pergilah ke kamar, tunggu Mommy mengantarkan minum untukmu." Rachel berkata lembut membuat Raysan mengangguk.Rachel sungguh sangat lega karena Hillen sama sekali tidak ada bicar
Read more

Aku Suka, Jika Mommy Suka

Mendengar ucapan Raysan, Hillen diam untuk berpikir selama beberapa saat karena dia takut nanti Rachel malah marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik untuk didengar oleh putranya ini.Saat ini dia sedang melakukan pendekatan dan tidak bisa kalau sembarangan dalam mengatakan apa yang bisa dia katakan, hingga dia memutuskan untuk diam selama beberapa saat baru kemudian berjalan pergi ke radar setelah pamit pada putranya yang dia tak tahu itu anak pertama atau kedua.Dia belum meminta Vicky untuk menyelidiki hal ini, bagaimanapun kedua anaknya ini kembar dan nyaris sama segala wajah dan bentuk tubuhnya jadi dia tidak begitu mengenali sebab dia baru datang saat ini. Sepertinya kalau dia banyak bermain dengan mereka nanti akan lebih mudah, Hillen sudah bertekad untuk mengurangi waktunya dalam pekerjaan dan mulai mengambil hati kedua anaknya ini dan juga Rachel. "Semoga aku bisa." Hillen berjalan ke arah belakang dimana Rachel tadi pergi kesana. Hingga dia menemukan wanita itu se
Read more

Biarkan Saja Dulu

"Maksudnya, Mommy? Apakah kita akan pindah dan tinggal bersama Daddy?"Rachel terdiam dan tak bisa lagi menjawab apa yang dikatakan oleh putranya ini. Dia takut kalau bicara malah salah dan Raysan malah akan memikirkan yang lainnya, putranya ini termasuk anak yang kritik dan mudah untuk memahami apa yang dia katakan, adi kalau saja Rachel salah bicara maka akan berdampak pada pemikirannya."Raysan ... kemarilah? Daddy sudah menyusun legonya dengan baik. Ayo, kita rangkai lagi."Raysan yang mendengar suara itu dari depan hanya bisa menatap wajah ibunya. Rachel sudah serba salah saat ini, atau pergi atau menjawab saja dia tidak bisa lakukan lagi karena langkahnya sudah ditahan oleh pria itu. Ke depannya dia juga tidak akan bisa mendapatkan kebebasan, kenapa harus sekarang melakukan tanggung jawab di saat dia tidak butuh?"Pergilah, Mommy mau memasak cemilan dulu untukmu nanti. Pergilah main-main dulu," ujarnya membuat Raysan menatapnya serius."Mommy tidak akan marah kalau aku bermain d
Read more

Perjodohan Bisnis Stepson?

Rachel menarik napasnya dan menatap wajahnya yang ada di cermin. Dia sudah mulai masuk kerja jadi saat ini dia tidak punya waktu untuk memikirkan apa-apa.Beberapa hari sebelumnya dia bekerja dengan cukup baik dan tak ada satupun yang membuatnya kesulitan. Setidaknya tidak ada satupun senioritas di dalam perusahaan yang membuatnya tertekan atau disiksa secara terang-terangan dengan dalih pekerjaan. Biar bagaimanapun, kebanyakan perasaan memiliki supervisor atau kepala divisi yang memiliki sifat seperti itu. Tetapi untungnya di sini Rachel bisa merasa lebih lega karena mereka semua diperlakukan sama.Hari ini setelah sarapan, dia kembali berangkat bekerja dengan semangat karena dia harus mencari rumah supaya bisa pindah ke kota agar lebih dekat dengan perusahaan jadi dia tidak perlu membayar Argo taksi yang lebih mahal. Dia akan mencicil rumah dan setelah rumah baru dia akan membeli kendaraan dan itu adalah sebuah rencana yang sudah cukup matang dia persiapkan.Biarpun anak-anaknya nan
Read more

Penolakan Lagi

"Tidak masuk akal, aku menghabiskan waktuku menemaninya di sini dan ternyata salah orang. Jika saja itu benar-benar Kak Hillen akan lebih mudah. Bagaimana bisa ... kenapa aku terlalu bodoh? Kak Hillen memiliki kekuasaan dan juga kemampuan untuk menolak siapa saja yang tidak disukainya. Mana mungkin kami bisnisnya yang sudah sangat besar dan berpengaruh itu dia rela menikah dengan seorang wanita yang tidak sepadan dengannya."Cynthia termasuk bukan gadis yang sesuai karena dia masih berada di bawah keluarga Stepson. Setidaknya yang akan menjadi istri dari Kak Hillen adalah gadis yang memiliki kekayaan setara dengannya. Cynthia dan aku bukan termasuk orang yang memiliki syarat itu. Aku sepertinya sudah terlalu banyak berpikir, aku lupa siapa Kak Hillen sampai percaya kalau laki-laki yang dijodohkan pada Cynthia adalah dia."Rachel berpikir di dalam hatinya sampai berjalan keluar dari dalam restoran karena pamit pada Cynthia yang sudah akrab dengan pria itu. Dia berkata harus pulang seba
Read more

Pertanyaan Raysen

Tiba di rumah, Rachel turun dari mobil dan berjalan begitu saja meninggalkan Hillen yang sudah menghela napasnya. Sangat sulit untuk membuat Rachel takluk padanya hanya dengan kata-kata.Hillen tidak begitu tahu apa yang bisa dilakukan untuk membuat hati seorang wanita merasa lebih lunak, dia tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya jadi tentu saja dia tidak begitu banyak tahu."Tetapi aku tidak bisa melibatkan kakek di dalam urusan ini. Ke depannya aku masih harus berusaha keras."Hillen membuang napasnya pelan lalu bergerak turun juga dari mobil. Dia masuk dan melihat Rachel yang sedang dipeluk oleh anak-anak mereka. Ya, dia tidak pernah menganggap kalau itu hanya anak-anaknya karena peran Rachel sangat besar di dalam urusan ini.Jika, berpikir lagi apakah dia menerima kenyataan ini atau tidak, Hillen bahkan sebenarnya tak pernah berpikir memiliki anak-anak dalam waktu dekat karena dia tak pernah memiliki riwayat percintaan dengan siapapun. Kejadiannya juga terjadi sangat c
Read more

Persyaratan Rachel

"Mommy ... Mommy ... Daddy muntah-muntah di kamar mandi."Raysan yang berlari sambil mengatakan itu terlihat mengganggu fokus Rachel yang sedang dia menonton televisi. Raysan berhenti di depannya, membuat Rachel menaikkan alisnya."Mommy, tolong Daddy. Daddy sepertinya masuk angin atau sakit makanya muntah-muntah di kamar mandi belakang."Rachel menarik napasnya, lalu bangkit dengan perasaan berkecamuk. Bahkan perhatian anak-anaknya semakin besar pada Hillen dan hanya minta tolong padanya kalau sudah ada sesuatu hal yang tidak bisa mereka tangani tentang ayahnya itu. Rachel baru diingat di saat seperti ini tapi cukup membuatnya merasa sedih sendiri.Hillen terlihat memegang dadanya sendiri sambil keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang sedikit memucat. Dia menatap wajah pria itu selama beberapa saat sebelum akhirnya menarik napas lagi."Pulanglah, mungkin Kakak sudah lelah. Di sini tidak ada persediaan obat jadi aku tidak akan bisa memberikan perawatan apapun." Rachel berkata
Read more

Setuju Menikah

Hillen mengerutkan dahinya mendengar itu. Tatapannya tampak heran karena Rachel tiba-tiba mengajukan syarat seperti itu. Selama beberapa hari ini, Hillen berusaha untuk membuka hatinya walau dia tahu kalau masih belum seberapa. Hanya saja kenapa sekarang dia malah mengajukan hal seperti ini?"Apa maksud dari semua ini?" tanyanya seraya mengambil berkas itu. "Kenapa tiba-tiba mengajukan pernikahan?"Rachel duduk di sofa seberang Hillen, lalu menatapnya dengan wajah serius. "Jadi ... memang tidak ada niatan untuk menikahiku ya? Kakak datang hanya untuk mendapatkan perhatian anak-anak?"Hillen menatapnya lalu menghela napas dan kembali menatap berkas yang merupakan kertas dengan tulisan manual milik Rachel. Disana ada beberapa syarat yang sudah ditulis Rachel secara langsung."Kalau Kakak hanya mau anak-anak, aku sudah katakan. Tunggu mereka sedikit lebih besar, agar bisa memutuskan apakah mereka mau ikut dengan Kakak atau tidak. Kalau hanya dari keinginan Kakak sendiri, seharusnya Kakak
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status