Semua Bab Jerat Hasrat Mr. Presdir: Bab 41 - Bab 50

71 Bab

kami akan menikah

Lucia segera meninggalkan Valeria dan juga Rionandra. Ia tidak ingin semakin menjatuhkan harga dirinya yang telah runtuh karena telah dipergoki menangis oleh Valeria.Sementara Valeria terlihat menatap tajam ke arah Rio, seolah meminta penjelasan."Apa kalian bertengkar karena aku lagi?""Astaga, tidak. Dia hanya sedang bersedih karena keadaan ayah kalian." Kilah Rio cepatMeski masih tidak percaya dengan ucapan Rio, Valeria memilih untuk mengabaikannya. Ia bergerak menuju ruangan ayahnya membuat Rio kembali bertanya, "Kau mau kemana?""Aku harus menemui Papa."Sebelum membuka pintu, Valeria kembali bertanya, "Apa Mama Kalina masih ada di sini?""Tidak, tadi Lucia memintanya untuk pulang dan beristirahat karena dia terlihat sangat shock.""Baguslah, jadi aku bisa menemui Papa dengan leluasa."Valeria segera membuka pintu, ia terenyuh melihat ayahnya yang terbaring di ranjang rumah sakit. Valeria mengangkat tangan ayahnya lalu mengusapnya dengan lembut, "Maafkan Valeria, Pa."Tepat saa
Baca selengkapnya

Ancaman

"Kau seharusnya meninggalkannya, Revan. Bukan malah memberi kabar bahwa kalian akan menikah, apa kau sudah tidak waras?""Maaf, tapi aku tidak bisa meninggalkannya, Ayah. Ada alasan yang cukup masuk akal agar aku tidak meninggalkannya.""Memangnya kenapa kamu tidak bisa meninggalkannya?" Teriak Agung mulai dengan nada meninggi, sungguh ucapan Revan membuat ia sangat murka."Karena Valeria mengandung anakku."Praang!Cangkir yang sedang dipegang Barbara seketika jatuh mendengar perkataan Revan. Tatapan semua orang seketika beralih padanya, Barbara segera tergeragap melihat perhatian semua orang beralih kepada dirinya. Sungguh, pernyataan Revan tadi sangat membuat ia shock. Valeria sedang mengandung putera Revan? Sejak kapan? Bagaimana bisa Revan melupakannya dan malah memiliki anak dari wanita lain? Hatinya terasa sangat panas dan seluruh tubuhnya menjadi gemetar."Maaf, tangan Mama licin."Barbara segera berjongkok memunguti pecahan kaca, melihat hal itu Agung segera mendekat ke arahn
Baca selengkapnya

Hari Pernikahan

Hari pernikahan pun tiba, Valeria menatap bayangan dirinya di depan cermin dengan perasaan bimbang. Apa keputusannya untuk menikah dengan Revan adalah benar? Setelah mengetahui hubungan antara Revan dan Barbara, Valeria menjadi sangat ragu dengan keputusannya. Ia jadi merasa jijik karena harus bersanding dengan penipu seperti Revan."Kamu baik-baik saja, Nak?"Valeria mengalihkan tatapannya dari cermin ke arah sumber suara. Ayahnya, Herman terlihat menatap Valeria dengan raut wajah yang kuyu. Seolah menunjukkan bahwa ia merasa sangat bersalah karena sudah membuat Valeria menceburkan dirinya ke dalam situasi seperti ini."Aku baik-baik saja Pa, tenanglah.""Tapi, Papa sangat khawatir, maafkan Papa karena kamu harus menanggung ketidakberdayaan Papa menghadapi keluarga Mahendra."Valeria hanya mengulas senyuman tipis mendengar ucapan Herman, "Tidak usah dikhawatirkan, Valeria bisa menjaga diri dengan baik. Papa hanya perlu mendukung Valeria, yang terpenting perusahaan Papa tidak mendapat
Baca selengkapnya

Hampir Kehilangan Nyawa

Valeria mencoba mengambil nafasnya saat ia masuk ke dalam kolam renang. Sebenernya apa yang terjadi? Ia bahkan belum mabuk sama sekali, tapi bagaimana ia bisa tiba-tiba masuk ke dalam sini? Ya Tuhan... Ia bahkan tidak bisa berenang.Valeria berusaha meronta mengulurkan tangannya meminta pertolongan kepada semua orang di sana, namun tidak ada satupun yang sadar akan kesulitannya. Mereka malah sibuk menertawakan Valeria. Valeria mulai kelelahan, ia merasa kedinginan dan nafasnya mulai terasa sesak. Sial, ini adalah hari pernikahannya, namun ia malah terjebak dalam situasi menyedihkan ini. Mata Valeria mulai terasa gelap, apa begini akhirnya? Apa dia hanya akan mati konyol di tempat yang ia sendiri terasa asing? Valeria mulai mengerjap-mengerjap, air matanya mulai berderai. Dalam hati ia sungguh menyesali semua ini."Maafkan Mama Nak, Mama tidak bisa melindungi kamu."Tepat saat Valeria hendak menyerah sosok seorang pria dengan setelan putih menghampirinya. Valeria mengerjapkan matanya
Baca selengkapnya

Siapa dalangnya?

"Bagaimana keadaanmu?"Setelah melakukan beberapa proses pemeriksaan oleh dokter yang bertugas, Valeria akhirnya bisa kembali menemukan kendali dirinya. Tadi, ia sungguh benar-benar shock, ia tidak menduga jika hampir tenggelam dengan konyol di hari pernikahannya."Ya, saya baik-baik saja,""Syukurlah, bayi kita juga baik-baik saja. Dokter sudah memeriksa keadaannya tadi."Valeria terlihat mengerjapkan mata, ia menurunkan pandangannya ke arah pakaiannya yang kini sudah terganti."Anda yang mengganti pakaian saya?" Tanya Valeria dengan nada tidak percaya."Memangnya siapa lagi?" Melihat bahwa wajah Valeria berubah tidak senang, Revan kembali melanjutkan, "Kenapa wajahmu seperti itu? Sekarang aku adalah suamimu, wajar saja jika aku melihat tubuhmu."Valeria segera menutup tubuh dengan kedua tangannya mendengar ucapan Revan, "Jangan mengulangi perbuatan Anda atau saya akan melaporkan hal ini sebagai pelecehan."Revan terlihat mendengus mendengar ucapan Valeria. Astaga, memangnya sejak ka
Baca selengkapnya

Apa yang Kau Lakukan, Barbara?

Namun alih-alih menjawab perkataan Valeria, Revan terlihat mengulas senyuman dengan lebar. Ia mendekatkan wajahnya hingga Valeria harus memundurkan langkah karena Revan semakin dekat."Kau takut jika aku meninggalkanmu, ya Nona Valeria?"Valeria seketika terperangah mendengar ucapan Revan, "Anda benar-benar pria yang narsistik." gumam Valeria dengan sebal. Karena sedari tadi Revan tidak menjawabnya dengan benar, Valeria akhirnya menghela nafas lalu mendorong tubuh pria itu, "Kalau begitu terserah Anda akan pergi kemana, saya tidak memperdulikannya kembali."Revan hanya terkekeh kecil saat melihat Valeria beranjak menuju ranjang lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut, "Jika Anda hendak pergi, tolong tutup pintunya," ujar Valeria kembali lalu mulai merebahkan tubuhnya.Revan masih saja terkekeh melihat tingkah Valeria. Kenapa semakin lama sikap istrinya ini semakin menggemaskan?Revan hanya menggeleng kecil untuk kemudian membuka pintu, namun sebelum pergi ia kembali berkata sesuatu y
Baca selengkapnya

Malam Pertama

"Aku tidak melakukan apapun!" balas Barbara sambil mengusap-usap tangannya yang kini memerah.Revan seketika mendengus, "Aku sudah tahu semuanya Barbara. Kau yang membuat Valeria hampir tenggelam hari ini, bukan?"Gerakan Barbara seketika terhenti saat mendengar ucapan Revan. Matanya seketika melebar, merasa cukup terkejut karena Revan mengetahui tentang rencananya itu."Melihat gelagatmu itu, sepertinya tebakanku benar."Raut wajah Barbara seketika berubah, karena Revan sudah mengetahuinya, untuk apa lagi ia bersandiwara?"Jika memang aku yang melakukannya, memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan hal itu. Sudah ku bilang kehidupannya di sini tidak akan tenang dan baik-baik saja."Mendengar ucapan Barbara, Revan kembali geram. Ia menekan tubuh Barbara ke arah tembok."Berani sekali kau melukainya di depan mataku ini, Barbara!""Tentu saja dia sudah merebutmu, kenapa aku tidak berani?" tukas Barbara tidak mau kalah.Revan segera mencengkram leher Barbara. Ia sungguh merasa sangat emos
Baca selengkapnya

Pelukan Hangat

Tangan Valeria yang sedari tadi memberontak akhirnya melemah saat mendengar ucapan Revan. Percuma saja, meski ia mencoba melarikan diri dan memberontak, Revan tidak akan membiarkannya pergi.Nafas Valeria seketika tertahan saat merasakan pelukan Revan yang hangat melingkupi tubuhnya. Ia memang membutuhkannya, setelah mendapatkan pengalaman buruk hari ini, tubuhnya terasa lemas dan lemah. Saat ia rasa bahwa ia tidak memiliki siapapun dan hampir mati di kolam sendirian sana, Valeria merasa sangat takut dan gemetar."Kau pasti ketakutan tadi,"Valeria tersentak mendengar ucapan lembut dari Revan. Revan mengusap punggungnya dengan lembut seakan-akan mengetahui apa yang ia butuhkan. Hati Valeria seketika berdesir, kenapa disaat ia ingin menghindari pria ini, kenapa Revan juga yang paling bisa menenangkan dirinya?Valeria hanya terdiam merasakan pelukan Revan dan usapan tangannya yang begitu menenangkan. Ia membalikkan tubuhnya, mereka akhirnya saling berhadapan."Apa kita boleh berpelukan?
Baca selengkapnya

Pagi yang Heboh

"Anda yakin kita mau keluar dari rumah ini?" tanya Valeria saat melihat Revan yang mengambil koper lalu memasukkan beberapa pakaian ke sana. Ia memang merasa terkejut karena ternyata Bianca sudah melakukan hal yang sangat berbahaya diluar perkiraannya, namun keluar dari rumah yang bagai istana bagi Revan, Valeria tidak menyangka. Seumur hidup, Revan berada di tempat ini, bagaimana mungkin ia meninggalkan tempat ini begitu saja hanya untuk membela dirinya?"Kenapa? Kau ingin kita tinggal di sini?""Tentu saja tidak," balas Valeria cepat, melihat bagaimana sikap Bianca dan juga Agung, Valeria yakin mereka tidak akan diam saja ketika rencananya gagal. Di sini memang berbahaya untuknya, sangat."Kalau begitu segera kemasi barang-barangmu,"Valeria mengangguk lalu mulai ikut membereskan barang-barangnya. Sejenak ia memandangi Revan yang kembali sibuk memasukkan barang-barang mereka. Hatinya berdesir merasakan getaran yang aneh saat melihat wajah Revan. Ia tidak menyangka Revan Mahendra aka
Baca selengkapnya

Kau Ingin Mengulangi Malam Panas Kita?

Mendengar teriakan dari Valeria, Revan yang tadinya terlelap seketika bangkit dengan wajah terkejut."Astaga, ada apa? Apa yang terjadi?""Apa yang sudah Anda lakukan?"Revan terlihat mengerjapkan matanya mendengar ucapan Valeria, "Apa? Aku tidak melakukan apapun."Valeria memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangan, seolah menjaga pandangan Revan dari tubuhnya, "Bapak memeluk saya tadi! Apa Bapak lagi-lagi mengambil kesempatan saat saya tidur?"Sekali lagi Revan mengerjap, memeluk? Benarkah tadi ia memeluk Valeria? Revan mengedarkan pandangan ke seluruh sisi apartemen, kemana sebenarnya guling yang menjadi batas kemarin?"Anda pasti sengaja, iya kan? Saya sedang hamil Pak, tolong jangan mengambil kesempatan saat saya sedang mabuk. Bapak mesumm!"Mendengar kata-kata cibiran Valeria, Revan menunjukkan raut wajah tidak terima, "Apa? Hei, kurasa kau sudah keterlaluan, bisa saja kau sendiri yang mendekati aku dan mulai menyentuhku.""Apa? Untuk apa saya melakukan itu? Saya sama sekali ti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status