Home / Romansa / Cinta Dalam Bayang Mafia / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Cinta Dalam Bayang Mafia: Chapter 21 - Chapter 30

32 Chapters

21. Penculikan

“Jika kau bisa membantu kami menangkap Marco dan semua anggotanya, bisa saja kau diberikan keringanan hukuman. Kami juga akan melindungi kesaksianmu. Jadi saya harap, kau benar-benar bisa dipercaya.”Hans mengangguk tegas. "Saya akan bekerja sama sepenuhnya."“Jika kau benar-benar ingin membantu kami, kau harus memberikan semua informasi yang kau punya tentang Marco, operasinya, dan anggotanya. Tidak ada yang boleh disembunyikan. Sekali saja aku tahu kau berbohong, kau akan langsung berakhir di balik jeruji besi tanpa ada kesempatan lagi, paham?”“Iya, saya paham.”Zayn memberi isyarat pada salah satu anak buahnya untuk membawa Hans ke ruang interogasi. "Ceritakan semua yang kau ketahui. Saya ingin detail tentang lokasi persembunyian Marco, jaringan distribusinya, serta orang-orang di dalam kelompoknya."Hans mengikuti langkah anak buah Zayn menuju ruang interogasi. Di sana, dia duduk di kursi di tengah ruangan d
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

22. Pelindung Maya

“Jadi, ini tempatnya?”Sebuah rumah mewah di tengah hutan adalah tujuannya. Zayn dan para timnya mengantar Hans ke tempat yang menjadi markas Marco dalam melakukan pekerjaannya. Mereka berhenti agak jauh dari rumah itu.“Apa yang kau bicarakan, kami pasti mendengarnya. Jadi, jika kau butuh bantuan atau punya informasi, langsung bicara saja, paham?”Sebuah earpiece nirkabel dipasang di telinganya, membuat Hans bisa dengan mudah bicara dan langsung terdengar oleh Zayn. Hans mengangguk pelan, tangannya sedikit gemetar saat menyesuaikan earpiece di telinganya. Rumah mewah di tengah hutan itu berdiri megah, tetapi suasananya dingin dan menekan.“Ingat, jangan bertindak gegabah. Kau hanya perlu membuat Marco mengakuinya dan membawa Brian pada kami,” perintah Zayn.Langkah Hans perlahan, mendekati sebuah gerbang yang tinggi dan besar. “Ah, Brian, kalau saja kau bisa dihubungi, aku tidak akan datang ke sini,” gumamnya.Penjaga di gerbang mengernyitkan dahi saat melihat Hans mendekat. Salah sa
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

23. Mencekam Bagi Maya

“Kau benar-benar tidak tahu kapan harus menyerah, Hans,” ucap Marco sambil melangkah mendekat. Sepatu kulitnya berderap pelan di lantai, menciptakan suara menggema yang menegangkan.Saat Hans sudah terkapar lemah, tubuhnya penuh luka, dan darah mengalir dari berbagai titik, salah satu anak buah Marco melihat sesuatu yang mencurigakan. Dengan gerakan cepat, dia mencabut earpiece yang menempel di telinga Hans, memandangnya dengan curiga."Ini ... apa ini?" kata pria itu sambil memperhatikan alat komunikasi yang ada di tangannya."Earpiece? Hans, apa yang kau lakukan?! Kau menjebakku?!” Wajah Marco mengeras. "Mereka mendengarnya. Mereka pasti tahu kita ada di sini!" Dengan gerakan cepat, Marco melangkah maju dan menendang tubuh Hans yang sudah tak bergerak."Bangun!" Marco menendang tubuh Hans sekali lagi, lebih keras dari sebelumnya. "Kau pikir bisa begitu saja bermain dengan saya?!” Marco memukul wajah Hans tanpa ampun, menghantamny
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

24. Jangan Pergi Juga

Maya terus mengguncang tubuh Hans, berharap keajaiban terjadi. Namun, tubuh Hans tetap tak bergerak. Air mata Maya jatuh tak terkendali, membasahi wajah pria yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkannya.Zayn mendekat, memegang bahu Maya dengan lembut. "Kita harus segera membawanya ke rumah sakit. Dia masih punya peluang.""Dia ... dia tertembak dan itu salahku. Aku tak bisa melindunginya.""Ini bukan salahmu. Tidak ada waktu untuk menyalahkan siapa pun. Percayalah, dia akan bertahan," ujar Zayn tegas sambil memberi isyarat pada timnya untuk membawa Hans keluar.Marco yang tergeletak dengan luka tembak di kakinya, menatap Zayn dengan penuh kebencian. “Kau pikir ini sudah berakhir? Kau tidak tahu apa yang akan datang, Zayn,” katanya dengan tawa getir meski wajahnya menyiratkan kesakitan.“Sudah cukup, Marco. Kau kalah. Permainan ini berakhir untukmu.” Dengan isyarat tangannya, anak buah Zayn memborgol Marco dan m
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

25. Kematian yang Diinginkan?

Maya hanya melamun di ruang tunggu. Tatapannya kosong, wajahnya pucat, dan penampilannya lusuh. Pakaiannya masih dipenuhi darah, namun di tutupi oleh jaket yang Zayn berikan. “Maya, bisakah ikut Ayah untuk memberikan keterangan tentang semua ini?” Apa yang Zayn ucapkan sebenarnya di dengar jelas oleh Maya, namun wanita itu sulit fokus. Lisa mendekati sahabatnya itu, memeluknya dari samping dan mencoba bicara pelan. “May, kita tahu kau sangat terpukul dengan semua kejadian ini. Tapi, penjahat itu harus segera diadili. Polisi butuh keterangan darimu untuk menangkap penjahat itu. Bisakah kau ikut Om Zayn untuk memberikan keterangan?” “Apakah mereka benar akan ditangkap?” tanya Maya dengan lesuh. “Tentu saja. Tanpa sisa,” jawab Zayn. “Jangan takut. Kesaksianmu akan dilindungi.” Setelah beberapa saat, mencoba mengerti dan menunggu Maya siap, akhirnya Zayn dan beberapa anak buahnya membawa Maya ke Markas Pasukan Khusus, tempat Marco ditahan untuk penyelidikan. Sesampainya di markas,
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

26. Tidak Ingin Kehilangan Lagi

“Saya datang untuk mengambil beberapa barang saya yang tertinggal di sini.”Maya kembali ke rumah orang tua Hans untuk mengambil sisa barangnya. Dia datang bersama Reza, yang akan menemaninya atas perintah Aidan.“Silakan. Selama ini, saya tidak apa-apakan kamar itu.” Lina mengantar Maya ke kamar yang pernah ditempatinya beberapa hari itu.Ketika sedang mengemas barang-barangnya, tangannya sedikit gemetar saat hendak mengambil buku jurnal berwarna cokelat yang pernah diberikan Hans. Saat itu, Hans memberikannya disaat Maya sedang frustrasi.“Buku ini … Hans yang memberikannya padaku. Dia bilang, aku bisa mencatat perasaan dan pemikiranku di sini. Hans juga bilang, menuliskan apa yang ada di hati dapat membantu meringankan beban, tapi apakah bisa meringankan rasa rindu?”“Kau merindukannya?” tanya Lina yang duduk di ujung tempat tidur.“Kami tidak selalu bersama. Tidak banyak waktu yang kami habiskan bersama. Tapi saat sedang bersamanya, dia selalu bisa membuatku bahagia.”“Apa kau men
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

27. Hamil

Perjalanan kembali ke Jakarta terasa seperti melewati waktu yang tak berujung. Setibanya di bandara, langkah mereka penuh tergesa, mengejar waktu yang seolah bergerak terlalu cepat. Mobil yang menjemput langsung melaju menuju rumah sakit tempat Aidan dirawat.Di lobi rumah sakit, Ayren dan Lisa sudah menunggu. Langkah Maya semakin cepat ketika melihat mereka. “Ayren, Lisa!” panggil Maya.“Kak Maya, Kak Reza? Akhirnya sampai juga,” ucap Ayren pelan, mencoba tersenyum untuk meredakan ketegangan.“Bagaimana keadaan Aidan?” tanya Maya dengan cemas.“Barusan, dokter bilang kondisi Kak Aidan sudah stabil. Tadi sempat drop karena sesak napas, tapi sekarang sudah normal lagi.”Maya menghela napas panjang, mencoba menghilangkan kegelisahan yang sempat mencekiknya. Tanpa berkata banyak, dia meminta izin untuk masuk ke ruangan. Di dalam kamar rawat, suasana terasa sunyi.Sosok yang terbaring di ranjang terlihat sangat lemah, wajahnya pucat dengan lingkar mata yang gelap. Melihat itu, hati Maya t
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

28. Rasa Frustasi

“Aku tahu aku bersalah dan aku tidak akan pernah bisa mengganti apa yang hilang darimu, Rachel. Aku minta maaf.”Rachel memalingkan wajah, air mata masih mengalir tanpa henti. "Kau tahu apa yang paling menyakitkan? Aku bahkan tidak sempat mengatakan padanya tentang kehamilan ini. Dia pergi tanpa tahu bahwa aku membawa bagian dari dirinya."Tangan Maya perlahan terulur, menggenggam tangan Rachel dengan lembut. “Rachel, Hans pasti tidak pernah ingin melihatmu seperti ini, hidup dalam ketakutan dan kesedihan.”“Lalu, apa yang bisa aku lakukan sekarang selain bersembunyi? Aku tidak punya apa-apa lagi dan aku tidak bisa melakukan apapun lagi, Maya. Semua sudah hancur.”“Aku juga tidak tahu apa yang harus kita lakukan sekarang.”“Polisi pasti akan menangkapku juga. Selama ini aku melindungi ayahku, walau aku tidak melakukan apa yang dilakukan ayahku. Semua orang pasti berpikir aku sama jahatnya dengan ayahku.”“Polisi hanya menginginkan kesaksianmu. Kau tahu banyak tentang apa yang dilakuka
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

29. Kenapa Rachel Melakukannya?

Maya memutuskan tetap berada di sana, tidur di sofa, dan bangun lebih awal. Duduk di tepi ranjang dan pandangan tertuju pada sosok yang terbaring lemah, dengan tangan yang tergenggam erat.Bayangan masa lalu berkelebat, membawa kembali potongan kenangan yang begitu manis sekaligus menyakitkan. Rasa sesak tiba-tiba menyerang. Dada seperti ditekan oleh beban yang tak terlihat, membuat napas terasa berat. Tanpa disadari, air mata mulai mengalir deras, membasahi pipi."Kenapa menangis?" tanya Aidan dengan suara lemah.“Kau sudah bangun?”“Ada apa? Kenapa kau menangis?”"Aku ... aku tidak tahu. Aku juga bingung kenapa tiba-tiba menangis."“Maya, kau tidak perlu menahan semuanya sendiri. Aku di sini. Kalau kau merasa sedih atau takut, aku akan mendengarkan semua keluhanmu,” tutur Aidan sambil menghapus air mata yang membasahi wajah mantan istrinya itu.“Aidan, apa kau ingat kapan pertama kali kita b
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

30. Meninggal

“Kenapa Maya belum datang juga? Apa kau sudah bisa menghubunginya?” tanya Aidan dengan mata yang sedikit tertutup.“Dia belum bisa dihubungi,” ucap Reza. “Oh, mungkin dia sedang antre? Bukankah tadi dia bilang ingin membelikan kita camilan?” Reza berusaha mencairkan suasana.“Benar juga. Sudah, tidak perlu mencemaskannya,” sambung Lisa yang juga berusaha tenang, tidak ingin Aidan khawatir."Aku ngantuk sekali," ucap Aidan lirih sambil memejamkan mata.“Itu pasti karena obat. Kalau begitu, tidurlah,” kata Reza."Kalau Maya sudah datang, tolong katakan padanya untuk jaga diri baik-baik. Jangan menangis lagi. Aku ingin dia bahagia. Tolong kalian juga, jangan pernah meninggalkannya sendirian, selalu temani dia. Lalu, sampaikan juga bahwa aku senang pernah mencintainya. Aku bersyukur pernah menjadi orang yang dia cintai. Maaf untuk semua kesalahan yang pernah aku lakukan."Kalimat itu membuat Lisa, Ayren, dan Reza saling bertukar pandang, terkejut. “Ah, kau ini, melantur saja! Sudah, istir
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status