All Chapters of Tawanan Tangguh Sang Mafia : Chapter 21 - Chapter 30

32 Chapters

Bab 21

Dante hendak memberikan tembakan, tapi seruan Evan menghentikan niatnya."Ada apa lagi ini? Eliza apa ini ulahmu lagi!" sentak Evan.Dante bersembunyi, di balik pilar, menatap punggung Evan yang membelakanginya. Lalu mendongak melihat Eliza yang menyinggung senyum padanya."Shit, tidak bisa kubiarkan," ucap Dante segera meninggalkan tempat itu. Mengambil jalan berputar dan kembali dari arah yang berbeda. Eliza terkekeh, "Bajingan ini," batinnya.Evan membungkuk, melihat siapa pria di depannya. Setelah sadar siapa pria itu membuat Evan marah. Pria itu salah satu pengikut setianya."Eliza Martinez! Apa yang kau lakukan! Kau membunuh salah satu anak buahku yang setia!" sentak Evan mendongak, menatap tajam Eliza yang memangku wajahnya dengan senyum sinis di lantai dua.Eliza yang sudah punya akses berupa ponsel, dan macbook pemberian Erlan, bukan hal yang sulit baginya melacak siapa saja penghianat di sana, ataupun sekedar mencari bukti.Erlan datang langkahnya yang panjang mendekat pada
Read more

BAB 22

Tepatnya di tengah malam. Saat hampir semua orang tidur, dan hanya beberapa yang menjaga. Eliza saat ini duduk termenung di dapur. Tersirat rasa rindu pada sorot mata wanita itu. Ia merindukan keluarganya. Bercanda tawa dan makan bersama. Ia memilih pergi ke tempat itu, karena tidak ingin melihat Erlan yang tertidur di sebelahnya. Ia tidak ingin kebenciannya membuatnya membunuh pria itu. Ia ingin Erlan mati, tapi tidak semudah itu.Ada banyak rencana yang disiapkan untuk menghukum Erlan. Dan itu semua butuh waktu yang lama.Eliza menghela nafas. Mengaduk kopi hangat yang baru ia seduh. Perlahan ia meneguk minuman hangat itu. Sempat terlintas dalam benaknya. Bagaimana marahnya Erlan jika tau ia minum kopi.Suara langkah yang mendekat, tidak membuat Eliza menoleh, bahkan melirik. Ia tidaklah peduli siapa yang ada di sana."Ikut denganku," suara berat itu sudah cukup membuat Eliza siapa yang berdiri tegak di sebelahnya. Eliza tidak menjawab, ia melanjutkan menikmati kopinya, membuat
Read more

BAB 23

Erlan tidak ke kamar, tapi masuk ke sebuah tempat olahraga. Tanpa menggunakan sarung tinju. Ia memukul samsak di hadapannya."Sialan!" teriaknya melayangkan pukulannya. Satu pukulan, dua pukulan, terus keluar makian di mulutnya."Kau wanita jalang, Eliza Martinez!" teriak Erlan.Sorot matanya yang tajam, terus memukuli benda panjang di hadapannya."Ah, sial!" teriak Erlan meremas rambutnya.Tubuh Erlan bergetar karena amarah. "Tunggu saja, tunggu anakku lahir, kau akan kembali merasakan penyiksaanku. Dan beberapa tahun nanti, akan ku buat anakku membunuhmu sialan!" sergah Erlan penuh amarah.***Sejak kejadian itu sikap Erlan berubah cukup dingin. Tapi, Eliza tidak peduli itu dan tetap menjalani kehidupannya dengan penuh misteri.Erlan memasuki mansion. Melonggarkan dasinya yang mencekat lehernya."Erlan, apa kau akan diam saja? Eliza dan Dante semakin dekat," ucap Evan menyamai langkah Erlan, "dan mereka sedang berada di dalam, sedang bersama."Langkah Erlan terhenti dengan apa yang
Read more

BAB 24

Erlan membuka pintu kamar Eliza. Melihat wanita itu tengah tertelungkup dan terdengar isak tangisnya.Pria pemilik mansion itu mendekat. Duduk dengan lembut di sisi kasur besar dalam kamar tersebut. "Kau marah?" tanya Erlan dengan lembut.Erlan memejamkan matanya, mengumpati dirinya sendiri. Menyadari, ia merasa bersalah. Tidak bisa dipungkiri, ia juga sudah merasa jatuh cinta. Meski ribuan kali berusaha menepis dengan ucapannya."Kau membunuh Milo," ucap Eliza dengan isakan tangisnya yang terdengar jelas.Erlan memejamkan matanya, "Aku belikan. Tapi, kamu tidak boleh menyentuhnya langsung. Hanya boleh dilihat saja," tawar Erlan.Eliza terdiam. Ia yang membelakangi Erlan perlahan menoleh, dan terlihatlah tatapan tulus pria itu."Tapi, kenapa kau membunuh Milo? Dante—." Ucapan Eliza terpotong karena Erlan bersuara menyentak dan ketus."Jangan menyebut nama pria itu atau pria-pria lainnya!" Eliza terdiam. Bibirnya melengkung ke bawah. Ia kembali memunggungi Erlan. "Dante bisa bersika
Read more

BAB 25

Erlan turun untuk menikmati makan malamnya, sembari mencari keberadaan Eliza yang sejak tadi tidak kembali. Langkahnya yang lebar, menjadi pelan kala melihat Eliza turut membantu menata makanan di atas meja.Sedangkan Dante terlihat duduk manis di salah satu kursi meja makan, sembari matanya terus mengikuti Eliza bergerak.Erlan menarik kursi khusus untuknya. Duduk menatap dingin pada Dante."Kenapa kau masih di sini? Apa kau terlalu bersantai? Haruskan aku memberimu pekerjaan?" ucap Erlan sudah jelas mengusir Dante dari kediamannya.Dante menaikkan sebelah alisnya. Menyinggung senyumnya tanpa rasa takut."Aku ingin makan di sini. Aku ingin mencicipi masakan Eliza," ucap Dante tanpa keraguan sedikitpun.Erlan mengerutkan keningnya, lalu melirik wanita yang tengah mengandung anaknya itu, tengah membawa segelas susu di tangannya.Eliza, hanya melirik Erlan. Lalu duduk di samping pria itu, menikmati susunya."Em, aku suka rasa ini. Beli rasa seperti ini saja," ucap Eliza pada Erlan.Er
Read more

BAB 26

Dante menggebrak meja, lalu pergi dari sana, tanpa menyelesaikan makannya. Garis senyum timbul di wajah Eliza memandang kepergian Dante. Ia menyampirkan anak rambutnya dengan bangga telah membuat Dante kesal.Erlan meliriknya. Menatap tajam wanita itu, mencari tau, sebenarnya apa yang ada dipikiran wanita itu."Kenapa?" tanya Eliza merubah ekspresi wajahnya dalam sekejap. Alisnya terangkat sebelah.Erlan menggelengkan kepalanya. Tak ingin pusing, memilih diam. Karena ia tau, tidak akan bisa menebak isi pikiran wanita itu.**Erlan menatap lembut pada wanita yang tertidur lelap di sebelahnya. Wajahnya yang lelap tertidur, begitu menyenangkan untuk dipandang. Terlebih terlihat Eliza seperti wanita lembut yang penurut. Sayangnya setelah bangun, Eliza akan berubah dingin dan membantah.Tangan Erlan terulur, menyentuh wajah Eliza. Wanita itu menggeliat, sedikit melenguh, menepis tangan Erlan dengan pelan dan kembali tertidur."Sial sekali. Kenapa aku bisa mencintaimu Eliza Martinez? Kenap
Read more

Bab 27

Erlan memasukkan beberapa buah peluru pada pistolnya. Tatapan dinginnya menatap bangunan megah yang merupakan kediaman Dante."Pengkhianat sialan. Hari ini, adalah hari pertama kau akan hidup di neraka," batin Erlan menurunkan kakinya saat pintu mobilnya di buka."Aku benar-benar tidak menyangka. Eliza bisa menemukan detail pengkhianatan Dante, hingga hal terkecil pun. Bahkan Dante sudah menjual informasi kita sejak delapan tahun lalu," ucap Evan setelah selesai membaca hasil awal pengkhianatan Dante. Entah bagaimana cara Eliza hingga menemukan sedetail itu, serta bukti yang lengkap. Hal itu sangat mengesankan."Ya, kemampuannya dalam mencari informasi dunia IT sangat luar biasa. Dan jika kau berani melakukan hal sama, apa yang akan kulakukan pada Dante, jauh lebih mengetikkan untukmu," ucap Erlan menatap dingin punggung Evan. Dante masih bisa membuatnya tidak meledak. Tapi, Evan, pria yang sudah lebih dari bawahannya dan seorang sahabat. Mereka tumbuh bersama, dalam didikan yang sam
Read more

BAB 28

"Shit, bagaimana bisa dia menemukanku?" Dante melompat keluar, dengan cara menggulung tubuhnya. Beruntung ia menggunakan pakaian anti peluru, hingga dirinya hanya mengalami luka kecil.Yang ia tau, Erlan akan membiarkannya hidup untuk menyiksanya, dan dia sudah menyiapkan langkahnya jika menghadapi hal ini.Lima buah helikopter mendarat dari berbagai sisi, menghalangi Dante yang berdiri seorang diri di tengah-tengah.Erlan melompat dari helikopter, menatap dingin pada sosok pria yang telah mengkhianatinya."Bersiaplah, hidup di neraka pengkhianat!" ucap Erlan dengan lantang.Dante membalas tatapan tajam Erlan tanpa rasa takut. Ia menyeringai, paham dengan kondisinya yang pasti terdesak. Ia langsung memperlihatkan sebuah remote di tangannya.Erlan membulatkan matanya, menatap tajam.Dante terkekeh, "Sekali ku tekan, seluruh penghuni mansion-mu akan meledak, booom!" ucapnya menyeringai.Erlan mengeratkan rahangnya, pikirannya langsung tertuju pada Eliza."Meski aku menyukai Eliza tapi
Read more

BAB 29

Erlan masih terpojok. Ia mempertimbangkan saran Eliza untuk langsung membunuh. Ada rasa tidak rela, tapi ia lebih tidak rela jika Eliza dan mansion yang telah ia bangun kembali susah payah hancur begitu saja.Erlan yang bersembunyi di balik para bawahannya saat bicara, melangkah maju. Menatap dingin Dante yang berusaha bertahan dengan ancamannya."Erlan Rodriguez, meski kau sudah menghubungi orang di mansionmu untuk keluar, itu belum melepaskan kekhawatiranmu kan? Aku tau, Erlan, bagaimana usahamu membangun kembali mansion tempat keluargamu dibakar hidup-hidup," ucap Dante terkekeh puas melihat Erlan yang tidak bisa berkutik.Rahang Erlan mengeras, tangannya mengepal. "Aku sudah mempercayaimu. Namun, kau mengkhianatiku! Apa yang kulakukan selama ini untukmu apa kurang!" teriak Erlan penuh emosi.Dante terkekeh, "Kau pasti sudah tau. Aku bukan bawahanmu, tapi mata-mata yang akan mengirim informasi penting Erdez Black. Kau harusnya berterima kasih, karena aku tidak memberi informasi pad
Read more

BAB 30

Dor ....Di saat frustasi Dante. Erlan dengan gesit menekan pedal pistolnya dan menghancurkan remote bom serta jemari Dante.Tidak ada lagi hal mengancam. Erlan melempar pistolnya. Menggerakkan lehernya hingga terdengar suara keretek. Begitupun pada jemari tangannya.Di tengah tubuhnya yang lemas, sekuat tenaga Dante melawan Erlan yang menghujaninya pukulan dan tendangan tanpa celah.Sedangkan yang lainnya hanya melihat, menunggu perintah dari Erlan.Suara erangan Dante di tengah gelap dan dinginnya malam, tidak membuat Erlan merasa kasihan. Pria itu bahkan terus menyerang, dan tersenyum puas saat darah terpercik ke wajahnya.Saat Dante pingsan pun, Erlan masih menendang kuat perut pria itu."Selesai. Bawa dia ke markas, dan penjarakan dia," perintah Erlan kembali menaiki helikopter yang akan membawanya kembali ke mansion. Pria itu menatap tangannya yang penuh darah, tapi terlihat tidak peduli, bahkan tidak ada niatan untuk membersihkannya lebih dulu.Sementara itu Eliza yang meliha
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status