Semua Bab Desahan di Kamar Adikku: Bab 61 - Bab 70

82 Bab

Bab 61 Ide Jahil

"Nadya! Apa-apaan kamu!" bentak Amar lagi. Nadya yang tak terbiasa dengan bentakan pun langsung memeluk erat tubuh Salma."Pelankan suaramu, Mas! Kamu malah semakin membuatnya takut!" desis Salma. Amar hanya meraup wajahnya kasar. Rambutnya yang sudah memanjang ia acak kasar hingga terlihat begitu berantakan."Aku gak minta buat tinggal sama Mbak Salma. Aku cuma mau minta tolong sama Mbak Salma buat carikan aku tempat kos," ucap Nadya setelah ia bisa menangani ketakutannya."Lalu, bagaimana dengan sekolah kamu?""Hanya tinggal satu semester, Mbak. Setelah ujian nanti, aku mau kerja di salon Mbak Salma. Boleh, kan ?""Nadya, jangan main-main, kamu. Pokoknya, kamu harus tetap di rumah ini. Kamu tanggung jawab Mas sekarang!"Tatapan Nadya pada Amar sudah begitu tajam. la tidak melihat Amar sebagai kakaknya yang dulu. Amar yang sekarang begitu tempramental."Gak! Pokoknya aku gak mau! Mas pasti mau ngajak pelakor itu buat ti
Baca selengkapnya

Bab 62 Menakuti supir taxi

Kiki melompat-lompat di tenpatnya, membuat sang mama menghampirinya. Melihat isi di dalam wadah berisi ayam woku dengan tambahan topong belatung itu membuat bu Wita bergidik ngeri."Ada belatungnya, Ma! Jijik!" teriak Kiki yang saat ini tengah memeluk mamanya."Gimana bisa ada belatung di dalam masakan? MBAK TIN!" teriak bu Wita memanggil sang pembantu rumah tangga yang memang bertugas untuk memasak itu.Mbak Tin yang sama tengah bergidik karena adanya belatung di makanannya itu pun buru-buru menyelesaikan acara berkumur di westafel karena rupanya tadi ia sudah sempat menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya.Dengan wajah basah, mbak Tin menghampiri sang majikan. la hampir tak mendengar teriakan Kiki tadi karena ia sendiri juga berteriak di waktu yang hampir bersamaan."Iya, Bu?""Lihat! Bagaimana bisa di dalam sini ada belatungnya?" Bu Wita menunjuk wadah berisi makanan tersebut.Mbak Tin kembali bergidik saat melihat banyaknya belatung di atas makanan itu, hampir mirip donat yang di
Baca selengkapnya

Bab 63 Sedikit petunjuk

Amar kembali masuk ke dalam rumah. Ia ingin berbicara dengan Ayu, meminta penjelasan padanya, mengapa selama ia berada di dalam penjara, isterinya itu tak pernah sekalipun menjenguknya.Namun, rupanya Ayu sudah masuk ke dalam buaian mimpi. Terdengar dengkuran halus dari mulutnya yang sedikit terbuka. Amar mengernyit, sejak kapan Ayu jadi suka mendengkur begitu.Melihat Ayu tertidur dengan kaos ketat yang membalut tubuhnya, membuat Amar yang sudah lama menahan hasrat itu pun jadi menginginkan tubuh Ayu.Dengan gerakan pelan, Amar menindih tubuh Ayu. Namun, tanpa disangka, Ayu justru menendang dengan cukup keras tubuh Amar hingga laki-laki itu terjengkang dan jatuh ke bawah."Jangan gangu, aku mau tidur!" ucap Ayu dengan mata setengah tertutup. Amar mau tak mau harus kembali menahan hasratnya. Ia pun memutuskan untuk ikut berbaring di samping Ayu hingga menyusul Ayu masuk ke dalam alam mimpi.Di rumah Salma, Nadya masih tampak murung. Anak
Baca selengkapnya

Bab 64 Kisah masalalu

"Jeng Anis, ayo! Kenapa jadi bengong disitu?" tegur bu Lina yang melihat temannya itu justru terdiam sembari menatap ke belakang, tepatnya ke arah bu Asih tadi pergi."Eh, iya Jeng Lina."Rega yang lebih dulu mengucap salam. Salma yang tadi hendak masuk ke dalam kamar pun urung. la kembali ke depan untuk menemui ketiga tamunya."Mas Rega? Ada Tante Lina sama Bu Anis juga?" Salma menyalami satu persatu tamunya. la pun mempersilahkan ketiganya untuk duduk di atas sofa meski di ruang tamu itu sudah terbentang karpet halus bermotif untuk persiapan acara tahlilan nanti."Salma, kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas kepergian mertua kamu, ya," ucap bu Lina membuat obrolan.Salma sendiri sebenarnya heran, bagaimana mereka bisa tahu jika ibu mertuanya baru saja meninggal. Padahal, ia juga tak memberitahu Rega akan hal ini. Sedangkan bu Anis yang lebih dulu tahu dari dua orang lainnya masih terdiam.Bu Anis masih meyakinkan diri jika yang dilihatnya tadi memang benar-benar bu Asih
Baca selengkapnya

Bab 65 Awal Mula Kehidupan Berubah

Bu Anis mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Bau menyengat khas rumau sakit menggelitik hidungnya hingga ia buru-buru membuka mata.Benar saja, kini dirinya tengah berada di dalam sebuah bilik. Ia berbaring di atas brankart sempit dengan punggung tangan yang tertusuk jarum infus. Bu Anis mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum ia kehilangan kesadaran.Seketika ia terlonjak saat memori buruk tentang kejadian beberapa saat lalu kembali berputar dalam ingatan. Pipinya tiba-tiba tersa basah. Badan bu Anis sedikit bergetar.Ia terkejut saat gorden yang mengelilingi tempat tidurnya disibak perlahan. Rupanya seorang perawat masuk untuk menghampirinya."Syukurlah anda sudah sadar, Bu. Apa ada keluhan, Bu?" tanya perawat yang usianya sepertinya tak jauh dari bu Anis."Suami saya dimana, Sus? Saya tadi ditabrak mobil dengan suami saya. Dimana dia sekarang?"Sebenarnya bu Anis masih merasa pusing dan tubuhnya pun terasa lemas. Tapi satu y
Baca selengkapnya

Bab 66 Bukti Selanjutnya

"Bu Anis?"Suara Salma menarik kembali bu Anis dari lamunan. Memori kelam ketika ia kehilangan suaminya dan juga memori indah saat ia pertama kali masuk ke dalam kehidupan seorang Suseno Atmadja bercampur jadi satu."Ini silakan diminum, Bu. Apa anda baik-baik saja? Maaf, karena sedari tadi saya melihat Bu Anis sepertinya tengah melamun," ucap Salma lagi.Mendengar tutur lembutnya, mata bu Anis kembali terasa panas. Sekuat tenaga ia berusaha agar air matanya tak meluncur bebas meski sedari tadi rasanya sudah menggenang di pelupuk mata."Jeng Anis baik-baik saja? Apa sedang kurang sehat?" timpal bu Lina. Ia juga melihat teman baiknya seperti tengah tak baik-baik saja.Bu Anis mencoba menampilkan senyuman agar semuanya tak curiga terhadapnya. Ia juga tak ingin terlihat rapuh di depan orang-orang."Ah, saya tidak apa-apa, Jeng Lina, Salma. Mungkin hanya kelelahan karena tadi pagi harus menemani suami saya menemui beberapa kolega,"
Baca selengkapnya

Bab 67 Penyesalan Tiada Guna

Tidak ada yang bisa Ayu dan Amar lakukan di rumahnya. Mereka berdua sama-sama tak memiliki uang. Berbaring bersama di atas ranjang dengan dengkuran halus dari mulut Amar yang sedikit terbuka.Ayu kesal. Jika tahu begini, lebih baik ja kabur ke rumah ibunya saja yang ada di kampung. la lapar, tapi saat mengecek ke dapur, ia hanya menemukan beras yang hanya tinggal satu kaleng kecil dan juga sayuran yang sudah layu di dalam kulkas."Sial! Punya suami kere begini, mimpi apa aku!" gerutunya. Ia pun bangkit dan mau tak mau harus memasak beras yang mungkin hanya cukup untuk mereka makan berdua satu kali.Untuk lauknya, Ayu punya ide bagus agar ia tak hanya makan dengan sayuran layu saja. Setelah memasak nasi dengan bantuan penanak nasi otomatis, ia bergegas pergi ke warung nasi dekat rumah mertuanya itu."Mbak, saya pesan ayam bakarnya satu potong sama telur dadar, ya. Dibungkus."Si penjual pun tanpa curiga langsung membungkus lauk yang Ayu mi
Baca selengkapnya

Bab 68 Kembalinya amar

Tanpa dipersilakan, Amar kemudian membuka pintu gerbang rumah Salma. Salma merasa sedikit was-was, namun tidak mencegah Amar untuk masuk semakin dalam ke halaman rumahnya. Ja ingin memberikan kesempatan bagi Amar jik ingin berbicara dengan sang adik.Kalaupun Nadya menolak untuk ikut bersama Amar, Salma tentu tak bisa memaksa. Dan jika Nadya memutuskan untuk kembali bersama Amar, Salma jug akan dengan senang hati melepasnya."Dimana dia?"Amar hendak menerobos masuk, tapi tanganSalma buru-buru mencegah tubuh Amar untuk terus melangkah."Tunggu disini saja, aku akan panggilkan."Di dalam, Salma mendapati Nadya hanya duduk di atas ranjang sembari memeluk lututnya. Sejak kemarin, anak itu hanya terus mengurung diri di kamar. Keluar hanya untuk membersihkan diri dan makan, lalu mencuci bekas piringnya sendiri."Nad, ada mas Amar di depan. Katanya mau ketemu kamu," ucap Salma hati-hati.Nadya mendongakkan kepalanya.
Baca selengkapnya

Bab 69 Mengambil foto

Rega dan Salma membiarkan Nadya untuk beristirahat. Mereka berdua kini sedang berbincang di teras rumah Salma."Kasihan Nadya. Satu-satunya keluarga yang dia punya sekarang hanyalah mas Amar. Tapi, melihat dia memperlakukan Nadya dengan kasar, aku merasa sangai jika harus menyerahkan Nadya kembali padanya ," ucap Salma merasa sedih."Laki-laki bernama Amar itu memang sudah tak waras mungkin. Sudah berselingkuh, berani menyakiti kamu, dan sekarang adiknya pun disakiti.""Itu semua sudah menjadi pilihannya. Dulu,pernikahan kami baik-baik saja. Dia adalah laki-laki penyayang. Tapi, semua berubah saat aku tahu dia bermain curang di belakangku dengan adikku sendiri. Dan dari kejadian itu pula aku baru mengetahui jika aku bukan saudara kandungnya. Ibu yang selama ini aku anggap ibu kandungku, ternyata bukan. Pasntas saja perlakuannya padaku dan jug adikku itu begitu berbeda." Salma menundukkan kepalanya. Memandangi kuku-kukunya yang telah dicat berwarn
Baca selengkapnya

Bab 70 Insiden disalon

"Hei, Mas! Kamu ngapain sih, disini?"Amar nyaris saja memukul Ayu karena sudah berhasil mengagetkannya."Kamu ngagetin aja! Hampir aja aku ketahuan."Amar menarik tangan Ayu menjauh dari restoran. la tak ingin Salma menyadari keberadaannya."Lagian, kamu ngapain nungging-nungging disitu ?""Aku mau cari bukti dan aku sudah mendapatkannya. Nih!" Amar menyodorkan ponsel jadul milik sang ibu kepada Ayu."Mbak Salma kenapa bisa sama dokter ganteng?" pekik Ayu terkejut. Ia memang belum tahu jika Salma dekat dengan Rega. Dokter ganteng yang sempat mencuri perhatiannya."Dokter ganteng, dokter ganteng. Gantengan juga aku."Ayu mencebikkan bibirnya. Memang, jika dilihat, Amar tak kalah tampan dari Rega. Tapi tentu saja Ayu tak hanya melihat rupa tapi juga harta."Ganteng kalau kere juga buat apa, Mas? Inget, ya, pokoknya setelah ini kamu harus cari kerja lagi. Yang gajinya gede pokoknya. Aku gak mau hidup
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status