Semua Bab Desahan di Kamar Adikku: Bab 21 - Bab 30

82 Bab

Bab 21 Dokter Rega

Salma langsung masuk ke dalam kamar setelah sampai di rumah. Amar yang hendak mengikuti Salma pun terkejut saat pintu kamar ditutup dengan keras tepat di depan wajahnya."Untung aja gak kena hidungku. Bisa bengkok kalau tadi aku kebablasan," ucap Amar seraya mengusap hidung mancungnya.Karena tak bisa bersama dengan isteri pertamanya, Amar tersenyum melihat pintukamar Ayu yang sedikit terbuka. Buru-buru laki-laki itu berjalan kesana dan masuk secara diam-diam.Rencananya, Amar hendak mengageti Ayu dengan cara memeluknya dari belakang. Namun, yang Amar dapati saat itu adalah Ayu yang tengah menangis sendirian."Yu, kenapa? Kok, nangis?" Dengan perlahan Amar menghampiri isteri mudanya itu. Ta ikut naik ke atas ranjang dan duduk di samping Ayu yang langsung menubruk dada bidangnya."Mereka jahat, Mas! Mereka ngatain aku pelakor."Salma yang hendak pergi ke dapur dantidak sengaja mendengar ucapan Ayu itu pun berhe
Baca selengkapnya

Bab 22 Pelampiasan amar

Sejak ia diketahui menjadi selingkuhan seorang pria beristri, ketiga teman Ayu seakan menjauhinya. Kecuali Sany yang sebenarnya masih ingin berteman dengan Ayu. Tapi kata-kata yang selalu dilontarkan Ayu saat ia mencoba mendekatinya seakan menyayat hati Sany."Ngapain lo kesini? Mau ngehina gue juga?""Kapan, sih, gue ngehina lo, Yu?""Halah! Sekarang emang enggak, tapi gue yakin, nanti juga kata-kata hinaan itu bakal keluar dari mulut lo. Secara, lo, Kiki sama Rika tuh sama aja. Munafik!"Sany yang hendak kembali merangkul temannya itu pun segera mengurungkan niat. Rupanya yang dikatakan oleh Rika dan Kiki benar. Percuma jika ingin membela Ayu karena sejatinya gadis itu adalah orang yang tak tahu terimakasih."Gue udah gak butuh teman kaya kalian, pergi aja, sana!" gumam Ayu saat Sany telah memutuskan untuk pergi darinya.Di sela makan siangnya kali ini, Ayu rupanya merasa bosan. Jika bisanya ia akan tertawa bersama teman-t
Baca selengkapnya

Bab 23 Mendapatkan nomor telponnya

Ayu masih saja mengerucutkan bibirnya meski saat ini ia tengah berada di dalam ruang rawat ibu mertuanya.Nadya pun yang juga tengah berada di dalam sana, rupanya sedari tadi menatap tak suka pada sosok kakak iparnya itu.Nasi goreng yang tadi dibawakan Amar, kini terbuka di atas dinginnya lantai rumah sakit karena memang tadi ia tak sempat membawa karpet dari rumah."Kenapa gak ada yang makan? Ayu, Nadya, kalian gak suka nasi gorengnya?" tanya Amar yang seolah sudah frustasi dengan keadaan yang ada.Ia sudah merelakan uang bensinnya untuk membeli makanan tersebut. Jika isteri dan adiknya tak mau makan, maka ia akan merasa sangat kesal."Kan, aku udah bilang kalau aku gak mau makanan pinggir jalan!" ucap Ayu dengan nada ketus setengah membentak."Kalau aku jadi gak napsu makan gara-gara lihat muka dia yang kaya valak. Bukannya hidung yang mancung tapi malah bibirnya!" sungut Nadya membuat Ayu mendelik tak suka."Apa lo b
Baca selengkapnya

Bab 24 Mulai Dekat

Selama bu Mila dirawat di rumah sakit, Amar senantiasa menemani ibunya itu. Meskipun itu harus memakan waktu lebih banyak karena jarak antara rumah sakit tempat bu Mila dirawat dan tempat kerja Amar cukup jauh.Di samping itu, Ayu tengah uring-uringan di rumah. Setelah kejadian dimana ia merajuk malam-malam di rumah sakit yang berakhir ia lari terbirit-birit karena melihat sesuatu berwarna putih yang berjalan di salah satu lorong gelap tak jauh dari tempat ia duduk.Sudah dua hari ini bu Mila dirawat, artinya, sudah dua hari pula Amar tidak pulang ke rumah dan Ayu meminta bu Asih, ibunya untuk datang menemaninya."Tega banget si Amar ninggalin anak Ibu sendirian di rumah.""Itu pasti gara-gara bocah kencur si Nadya yang suka ngompor-ngomporin mas Amar. Dia gak pernah nganggap aku ini kakak iparnya, justru udah kaya musuk, Bu."Bu Asih berdecak sebal. Dari awal bertemu, ia memang sudah tidak suka dengan adik dari menantunya itu. Tatap
Baca selengkapnya

Bab 25 Membohongi Amar

"Amar? Ngapain kamu kesini?" tanya Mely saat melihat Amar baru saja keluar dari ruangan Tantri, bawahannya di divisi keuangan."Eh, Mely. Gak ngapa-ngapain, kok. Aku balik ke ruangn dulu, ya."Mely hanya mengangguk. Sebenarnya, ia melihat gelagat aneh dari suami sahabat lamanya itu.Mely yang penasaran, langsung masuk ke dalam ruangan Tanti untuk menanyakan kepentingan Amar datang ke ruangan staf keuangan itu."Tantri, tadi pak Amar habis dari sini, ya?""Iya, Bu Mely. Bu Mely ketemu beliau tadi?""Iya, Tan. Kalai boleh tahu, ngapain ya dia kesini? Tadi aku tanya tapi dia bilangnya gak ngapa-ngapain. Masa dia kesini mau apelin kamu, sih?" Pertanyaan Mely mengundang tawa Tanti. Tantri tentu saja tahu bahwa kepala divisi pemasaran itu adalah seorang pria beristri dan ia adalah gadis cantik yang bisa saja mendapatkan pria lajang yang tak kalah tampan dengan Amar"Bu Mely ada-ada aja. Saya gak mau disebut pelakor, Bu. Mana
Baca selengkapnya

Bab 26 Ketahuan Salma

Salma sudah tiba di kota kelahirannya. Ia sangat bersyukur karena bisa kembali ke rumah dengan kondisi sehat. Mengingat beberapa kali di Bali ia mengalami masalah kesehatan. Ia juga bersyukur karena bertemu dengan Rega yang sudah banyak membantunya.Namun, kelegaan Salma tak berlangsung lama. Ia melongo saat tiba di rumah. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Ia pikir, di rumah tidak ada orang karena biasanya di jam ini, Amar sedang bekerja dan Ayu sedang kuliah.Bekas gelas dan juga piring kotor berceceran di meja ruang tamu. Sampah-sampah makanan juga turut mengotori lantai. Pintu depan terbuka lebar tapi tak ada suara siapapun di dalam.Hingga saat ia tiba di dapur, Salma merasa semakin kehilangan napas. Bekas piring kotor menumpuk di westafel. Bau menyengat seketika menusuk hidungnya. Bahan makanan mentah tergeletak begitu saja di meja dapur.Tapi, ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Ia pikir, itu suara Ayu yang sedang m
Baca selengkapnya

Bab 27 Tanda Merah

Ayu serasa dikuliti habis-habisan oleh Salma saat ini. Ia tak lagi bisa berkilah saat Salma menunjukkan layar ponsel miliknya yang menampilkam sosok Ayu dan Arjun di ruang tamu.Awalnya, mereka memang terlihat hanya berbincang sembari makan dan minum. Namun, lama kelamaan, tubuh Arjun mulai mendekati Ayu.Dalam sekali sentakan, tubuh Ayu sudah berada di atas pangkuan Arjun. Mereka pun memulai sesi panas dengan sebuau ciuman yang sangat terlihat jelas di rekaman CCTV yang sudah lama Salma pasang di beberapa titik rumahnya, termasuk ruang tamu.Karena selama ini tidak pernah ada hal-hal yang perlu untuk diselidiki, Salma jadi tidak pernah memantau CCTV yang langsung terhubung dengan ponselnya itu.Setelah sesi ciuman, tangan Arjun mulai merambah baju Ayu. Satu per satu pakaian Ayu dilucuti oleh lelaki muda itu. Dilemparkannya ke sembarang arah hingga Ayu terlihat protes dengan mendorong tubuh Arjun sedikit menjauh.CCTV itu hanya menan
Baca selengkapnya

Bab 28 Alasan Ayu

Keringat dingin mulai bercucuran di dahi sempit Amar. Mely menatap Ayu dan Amar secara bergantian."Mar, apa maksud perempuan ini? Kamu selingkuh?""Heh! Kamu wanita hamil, ngapain sok akrab sama suamiku? Apa jangan-jangan, kamu juga dihamili sama dia, ya? Sama kaya aku?"Amar langsung membungkam mulut Ayu dan menyeretnya menjauh dari Mely yang melongo di tempatnya."Jangan dengerin dia, Mel. Ini salah paham," ucap Amar seraya menjauh dari Mely.Amar memaksa Ayu untuk masuk ke dalam lift. Di dalam lift, Ayu menggigit tangan Amar hingga laki-laki itu mengaduh dan melepaskan tangannya dari mulut Ayu."Kamu apa-apaan sih, Mas? Kalau aku kehabisan napas gimana? Sengaja kamu mau bunuh aku, terus nikahin perempuan itu?" sentak Ayu membuat Amar nyaris ingin memukul Ayu jika saja pintu lift tak buru-buru terbuka.Amar menyeret Ayu keluar dari gedung rumah sakit. Ayu meronta hingga orang-orang yang melihat mereka merasa was-was jika saja Amar akan melakukan hal buruk pada Ayu."Kamu gak usah ng
Baca selengkapnya

Bab 29 Pertemuan Salam Dan Mely

Saat ini, Amar sedang berada di dalam kamar Ayu. Tadi, setelah Salma mengatakan hal-hal yang nyaris membuat Amar curiga, Ayu langsung berpura-pura merasakan sakit pada perutnya.Salma hanya bisa tersenyum remeh melihat aksi adiknya itu. Saat Amar sigap membantu Ayu untuk masuk ke dalam kamar, sudah tak ada lagi rasa cemburu yang Salma rasakan."Usap terus, Mas. Ini mungkin anaknya ngambek gara-gara papanya curigaan terus sama mamanya," ucap Ayu sembari menggerakkan tangan Amar untuk terus mengusap perutnya."Bukan begitu, Ayu. Aku, kan juga lagi pusing dengan semuanya. Apalagi tadi kamu yang tiba-tiba marah-marah gak jelas sama Mely. Sampai sekarang aku masih kepikiran, gimana kalau Mely tahu bahwa aku selingkuh. Bisa gawat."Ayu menghentikan tangannya yang tadinya bergerak. Posisi tidurnya yang semula miring ke kiri, kini jadi terlentang menghadap ke arah Amar yang memang pahanya menjadi alas kepala Ayu."Gawat gimana, sih, Mas?""Kamu tahu, gak, di kantor tempat aku kerja itu ada atu
Baca selengkapnya

Bab 30 Selingkuhan Baru

Ayu mengunci diri di dalam kamar setelah Amar menemukan tanda merah di lehernya tadi. Tanpa menjawab pertanyaan Amar, Ayu langsung lari dan mengunci pintu kamarnya. Tak peduli saat Amar terus saja berteriak dan memukul pintunya kuat-kuat.Ayu berterima kasih pada waktu yang sudah cukup siang. Sebab, akhirnya Amar pergi bekerja karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Jam kerja kantor akan dimulai pukul setengah delapan."Sial! Kenapa tadi gak gue pakein concelar, sih! Kalau gini, gue mesti jawab apa nanti? Emang dasar brengsek si Arjun. Ngasih cuma sejuta, mintanya yang ekstra plus-plus," gerutu Ayu.Tiba-tiba saja perut Ayu berbunyi. Memang, sejak semalam, Ayu belum mengisi perutnya sama sekali. Uang dari Arjun yang rencananya akan ia pakai untuk makan-makan di luar, nyatanya belum sempat ia gunakan.Ayu membuka pintu kamarnya secara perlahan. Mula-mula, ia hanya mengeluarkan kepalanya dari balik pintu. Melihat situasi di luar kamar yang ternyata begitu sepi.Salma memang sudah pergi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status