Semua Bab Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa: Bab 141 - Bab 150

196 Bab

Chapter 141

Devian menatap Irene. Menatap bibir Irene yang mengerucut menahan—ia sudah tidak tahan lagi. tangannya terangkat menarik tengkuk Irene dan menciumnya. Melumat bibir bawah Irene pelan. Tidak ada pemberontakan dari wanita itu—Devian terus melakukan aksinya. Meskipun pada awalnya ia merasakan asin dari air mata yang menetes di pipi Irene. “Devian—” Devian tidak memberi Irene kesempatan untuk berbicara. Dengan mudahnya ia membawa tubuh Irene ke atas pangkuannya. Dengan bibir yang masih bertaut—Devian masih menjelajahi bibir Irene yang terasa semakin manis. Sampai akhirnya Irene kehabisan nafas dan Devian terpaksa menghentikan permainan mereka. Irene dengan pipi yang memerah menunduk—ia terlalu malu untuk menatap mata Devian. “Irene..” panggil Devian menarik dagu Irene agar menatapnya. “Katakan padaku, apa kau mencintai Arlond?” tanyanya. Irene menggeleng. “Aku tidak mencintainya.” Devian mengangguk. Ia tersenyum. Mengusap puncak kepala Irene sebentar dan menarik perempuan itu ke dal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-29
Baca selengkapnya

Chapter 142

“Arlond.” “Kenapa kau terlihat muram?” tanya Devian tepat di samping telinga Irene. Devian semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Irene. Mencium leher Irene beberapa kali. “Devian..” lirih Irene berusaha menghindar namun sialnya ia malah menikmati sentuhan yang diberikan Devian padanya. “Aku merindukanmu.” Devian memutar balikkan tubuh Irene. Tangannya terangkat mengusap helaian rambut Irene ke belakang. “Aku sangat merindukanmu.”Irene mendongak. “Kenapa?” Devian tersenyum tipis. “Dirimu yang sekarang sangatlah berbeda dengan yang dulu.” Devian menunduk—menyamakan tingginya dengan Irene. “Tapi kau masih Irene, sama cantik dan menariknya seperti dulu.” Irene tersenyum. Mendengar pujian terang-terangan dari Devian membuatnya tersanjung sekaligus penasaran. “Memangnya seperti apa aku yang dulu?” Devian mengerutkan keningnya. “Galak dan tidak takut apapun.” “Benarkah?” lalu kenapa dirinya menjadi seperti ini. Lemah, tidak punya keberanian untuk melawan orang tuanya. Juga, kena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Chapter 143

Irene membuka mata—melihat tubuh Devian tanpa menggunakan apapun membuat pipinya memerah. Tubuh pria itu sangat menggoda dengan six pack yang terpahat dengan sempurna. “Devian..” lirih Irene. Dilihatnya ke bawah—Devian menunduk tepat berada di hadapan miliknya. Irene bergerak gelisah saat lidah pria itu masuk ke dalam miliknya. membelai miliknya dengan rakus tanpa jijik sedikitpun.Irene tidak bisa menahan desahannya yang kian keras. “Devian aahh!!” Irene bergerak gelisah. Namun Devian tidak bisa berhenti sampai Irene mencapai kepuasan. Sampai akhirnya—tubuh Irene bergetar dan menggelinjang dengan hebat. “Devian..” lirih Irene saat gelombang kenikmatan itu sampai padanya. Devian mendongak. Ia mengecup dahi Irene pelan. “Aku akan mulai.” ‘Aku akan membuatmu melupakan sentuhan pria lain. Sekarang pikiranmu hanya akan terisi dengan aku.’ Perlahan Irene merasakan sesuatu mencoba melesak masuk. Irene memejamkan mata dan meremas seprai saat benda tumpul itu semakin menerobos masuk. namu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Chapter 144

“Irene!” Devian berlari saat Irene terjatuh. “Sakit?” Irene mengangguk dengan posisi masih berbaring seperti kepompong. “Ayo ke rumah sakit.” Devian mengangkat tubuh Irene dengan mudah kembai ke ranjang. “Tidak!” Irene menggeleng. “Aku hanya ingin ke kamar mandi,” cicit Irene yang tiba-tiba merasa malu. Devian tersenyum kecil. “Kau menggemaskan.” Mengusap puncak kepala Irene pelan. pandangannya tertuju pada leher Irene yang memerah akibat ulahnya. Devian mendekat—mengecup singkat bibir Irene. “Kenapa kau begitu malu?” Irene mengerucutkan bibirnya. “Mau membantuku tidak?” “Iya-iya.” Devian tertawa kian lepas. “Ayo.” Mengangkat tubuh Irene. “Seharusnya aku menyingkirkan selimut sialan ini,” lirihnya. Reflek Irene memukul bahu Devian. “Keluar.” Mengusir Devian. “Tidak.” Devian menggeleng. Irene melotot. “Devian keluar. Aku sangat malu sekarang.” “Ayo lakukan lagi.” Devian berjongkok. “Tidak!” Irene menggeleng keras dengan bibir pipi yang mengembung merah. Devian menarik teng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Chapter 145

“Kakek baik, uncle. Oh ya kakek saya memberikan hadiah kecil untuk ulang tahun perusahaan anda.” “Kakekmu memang seperti itu.” Pada akhirnya Gilang dan Devian berbasa-basi mengenai bisnis. hal tersebut dilakukan Devian agar Ratna tidak menempel padanya. terbukti sekarang wanita itu sudah lama menjauh darinya. “Uncle tinggal dulu. nikmati pestanya.” Devian menepi. Serangkaian acara kini dimulai. Namun fokusnya malah terhenti pada satu titik. Melihat seorang wanita yang bersama seorang pria. Mereka memang terlihat sepasang kekasih yang begitu serasi. Devian masih menatap mereka dengan tatapan tajamnya. Tangannya meraih satu gelas yang berisi sebuah cairan berwarna cokelat. Sedangkan, seseorang merasa diperhatikan dari jauh. Irene hampir saja tersedak minumannya saat melihat Devian di seberang sana. Irene mengusap bibirnya dengan tangannya—namun ia terdiam saat Arlond mengusapkan tisu. “Hati-hati.” Arlond tersenyum sembari mengusap puncak kepala Irene. “Kamu ini masih kayak anak k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya

Chapter 147

“Seperti ini.” irene mengedikkan bahu. Devian tersenyum tipis. “Sepertinya sudah sembuh.” Ia menatap masakan Irene. “Kau benar-benar bisa masak?” Irene mengangguk. Devian mengernyit tidak yakin dengan masakan Irene, meskipun penampilannya terlihat begitu bagus. “Walaupun aku sedikit manja. Tapi aku bisa masak. Aku meminta pelayanku mengajariku memasak.” Irene menepuk pelan bahu Devian. “Jangan kawatir. Masakanku tidak akan membuatmu ke rumah sakit.” “Really…” Devian mengambil duduk. mengambil satu suapan pada nasi yang dibuat Irene. Mencicipi sebuah daging yang ditumis. Lalu ada satu sayur yang ditumis dengan saos. Devian mengangguk pelan. “Hmmm…” Irene memandang Devian dari samping. “Enak?” Devian menyuapi Irene. “Pintar masak juga.” Devian mengusap puncak kepala Irene. “Kalau begitu setiap hari masak untukku.” Irene mengadahkan tangannya. “Berani berapa?” tanyanya. Devian mendekat. “Kau ingin berapa?” “Hmm…” Irene berpikir sebentar. “Ingin banyak.” “Boleh.” Devian menga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya

Chapter 146

“Akh!” Irene meringis saat pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat cengkraman Devian. Devian menunduk. meraih tangan Irene. Diusapnya perlahan. “Maaf,” lirihnya. “Ayo ke rumah sakit.” Irene menggeleng. “Tidak ada gunanya kau menunggu bajingan itu. Dia sedang bersenang-senang dengan wanita lain. Dia tidak akan memperdulikan keadaanmu Irene. Jika dia sudah tahu kau sakit, seharusnya dia tidak membawamu ke sini.” Devian mendorong tubuh Irene pelan masuk ke dalam mobil. Irene meremas tangannya sendiri—Devian mengemudikan mobil dengan begitu kencang. Irene menatap Devian dari samping. terlihat jelas raut wajah pria itu sedang garang-garangnya karena marah. “Devian,” panggil Irene. “Jangan panggil aku.” Irene mengerucutkan bibirnya. mereka sampai di rumah sakit. Di sana, Irene langsung bertemu dengan dokter. Setelah diperiksa, Irene hanya demam biasa karena kelelahan. Setelah itu mereka harus menunggu obat. Irene merogoh ponselnya. Di sana Arlond mengirimi pesan. [Sayang kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya

Chapter 148

“Aku pergi,” ucap Irene memegang pintu mobil. “Kau melupakan sesuatu.” Devian menarik tengkuk Irene dan menciumnya kembali. Tidak seharusnya Devian tidak membiarkan wanitan ini pulang. karena setelah kepergian Irene, dirinya akan merasa sangat kehilangan. “Devian..” lirih Irene sambil mendorong dada Devian. “Ayo kabur bersamaku.” Devian mengusap helaian rambut Irene. “Ayo bersamaku saja dan tinggalkan semuanya.” Irene terdiam. terdengar menggiurkan. Namun, hal itu tidak pernah terpikirkan olehnya. Jadi ia harus memikirkannya matang-matang. Devian mengusap dagu Irene pelan. “Pikirkan baik-baik. Datanglah padaku dan aku akan memberikanmu segalanya.” Irene menatap Devian. Tidak ada kebohongan di mata pria itu. Devian begitu serius saat mengatakannya. “Sudah sana pergi.” Devian menepuk pelan puncak kepala Irene. “Sebelum aku berubah pikiran dan menculikmu, sana pergi.” Irene tersenyum tipis kemudian membuka pintu mobil. Sebelum ia berjalan—ia sempat menoleh ke belakang. Kemudian b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-03
Baca selengkapnya

Chapter 149

“Ada kemungkinan Duke membunuh istrinya sendiri.” kevin mengetukkan jemarinya di meja. “Sebelum menjadi pengusaha tambang, dia pernah bekerja sebagai bawahan seorang mafia di Italia. Kemungkinan besar juga, perusahaan tambangnya dialiri dana dari mafia italia.” Devian membaca dengan teliti dokumen dari Kevin. “Ada laporan keuangan yang mencurigakan.” Devian mengusap rambutnya. “Ternyata lebih kompleks dari yang aku bayangkan.” “Dad sudah memperingatimu untuk tidak berurusan dengannya. Tapi kau memang anakku, sulit untuk diberitahu.” Devian tersenyum. Ia berdiri dan mengambil duduk di hadapan ayahnya. Mengambil rokok dan menyulutnya perlahan. “Dad tahu sendiri aku seperti apa. Jika menjadi polisi khusus seperti Dad, aku pasti sudah terjun langsung menyelidiki Duke itu. Sayang sekali, aku menjadi pria kantoran.” Devian mengembuskan asap rokok itu ke atas. “Sempat ada penyelidikan tentang Iresh. Bagaimana bocah itu di sekolah. Teman-temannya tidak ada yang mengira jika Iresh memilik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-03
Baca selengkapnya

Chapter 150

“I miss you.” Arlond meraih tangan Irene dan menggenggamnya. Dihadapan orang tua Irene, Arlond memang tidak pernah merasa malu. “Makan dulu.” Irene mengalihkan topik. “Dad rasa pernikahan kalian harus dipercepat. Tidak ada alasan untuk menunggu lebih lama. Kalian sudah sama-sama cukup umur. Dad sudah tua, Dad ingin segera melihat cucu Dad.” Duke tersenyum seolah-olah tidak pernah terjadi apapun. “Dad.” Irene mengernyit. Arlond memandang Irene dari samping. “Babe benar kata uncle. Kita memang harus segera menikah. apa yang kamu kawatirkan?” arlond mengambil tangan Irene kemudian menggenggamnya. “Aku akan selalu menjaga kamu.” “Arlond jujur saja aku—” “IRENE!” Duke memotong ucapan Irene. “Segera bawa orang tua kamu untuk pertemuan keluarga,” ucap Duke pada Arlond. Ucapannya memang mutlak dan harus terjadi. “Kita bisa membicarakan pernikahan kalian lebih lanjut.” Irene mengepalkan kedua tangannya di bawah sana. ayahnya itu memang tidak pernah memikirkannya sejak dulu. Ayahnya yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
20
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status