Home / Romansa / PENYESALAN SEORANG LELAKI / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PENYESALAN SEORANG LELAKI : Chapter 11 - Chapter 20

43 Chapters

Saudara Sedarah

“Tunggu, Mel.” Dika memegang pergelangan tangan mantan istrinya, ketika Amel tak sudi lagi melihat wajahnya. Jelas saja wanita itu melepaskan dengan paksa. “Abang cuma ingin memberikan ini sedikit, nanti pasti Abang berikan setiap bulan. Kalau kurang kamu bisa bilang jangan sungkan, sedikit biaya bulanan untuk anak kita.” Dika mengeluarkan sebuah amplop cokelat yang isinya cukup tebal. Namun, terlebih dahulu Amel menepisnya. “Terlambat kamu. Mila sudah bisa cari uang sendiri, sudah saya bilang dia anak yang mandiri. Jangankan uang, kehadiran kamu aja nggak diperlukan dalam hidupnya. Sekarang kalian berdua pergi dari sini. Atau saya panggil warga untuk mengusir kalian, jangan pernah menginjakkan kaki lagi ke sini, haram rumah saya kalian datangi, selamanya, walau saya mati sekali pun.” Amel serius dengan perkataannya. Dika menarik napas panjang, ia mengajak Satria untuk pulang, bahkan bayaran untuk sepiring nasi yang tak habis ia makan ditolak oleh mantan istrinya. Lelaki itu tak ak
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Asal Jangan Mama

Pulang dari kerja dan memberikan obat untuk ayahnya, Mila hanya sempat beristirahat untuk makan dan ganti baju saja. Ia masih harus kuliah lagi yang kelasnya akan berlangsung setengah jam lagi. Tak jarang, Mila—yang sering dibully anak mama itu disuapi oleh Amel ketika detik jam terus berjalan ke depan tanpa tahu kalau orang tak sempat melakukan hal-hal lain lagi. Itu lebih baik daripada melihat anaknya kelaparan. Sebelum pergi, Amel sempat ingin mengganti uang yang digunakan untuk membeli obat suaminya. Namun, mendapat penolakan dari gadis manis dengan lesung pipi itu. “Murah rezeki Mila hari ini, Ma. Ada Oma baik hati yang ngasih tips habis beli rumah, terus dapat uang tambahan. Simpan aja untuk tambahan modal harian,” ujar Mila, lalu ia mencium tangan Amel dan pergi kuliah menggunakan kendaraan satu-satunya di rumah itu. Amel menatap putrinya dengan haru, rasanya sudah ia kerahkan semua kemampuan untuk membesarkan putri satu-satunya, dan tak akan ia biarkan Dika datang mengambi
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Bukan Rumah Impian

Pagi hari di rumah besar itu semuanya makan dengan jadwal masing-masing. Kebersamaan dalam kediaman itu semakin memudar akhir-akhir ini. Sinta yang sibuk dengan urusan pribadi, Dika dan mamanya yang selalu mengurusi hidup Mila. Sedangkan dua anak laki-laki di rumah itu punyak kehidupan sendiri-sendiri. Gilang kuliah, sambil menekuni hobinya balap motor, dan yang paling kecil sekolah dan les ini itu agar menambah prestasi akademik. Bu Inah sudah mendapatkan perawat baru. Tugasnya mengurusi kebutuhan sehari-hari wanita tua itu. Sudah bertahan sebulan lebih dan belum menunjukkan tanda-tangan perawat tersebut minta berhenti. Sebab tiada hari tanpa hardikan dari bibir orang tua itu meski yang merawatnya sudah bekerja sebaik mungkin. “Puih! Makanan encer gini kamu kasih saya, tawar, nggak ada rasa sama sekali!” Mama Dika meludahi bubur yang baru disuapkan ke lantai. Lekas saja perawat itu membersihkannya dengan kain lap. “Bawakan saya makanan yang manis-manis,” perintahnya lagi. “Ngg
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Rencana

Mila baru saja menerima sisa bonus pembelian rumah secara cash. Jumlah yang cukup membuat matanya berbinar. Sangat berguna untuk menopang kehidupannya selama beberapa minggu ke depan, atau mungkin beberapa hari saja mengingat uang kuliah dan kebutuhan pribadinya habis juga. Gadis manis itu hanya bersyukur masih bisa mendapatkan uang secara halal di tengah himpitan ekonomi yang makin lama makin terasa menyesakkan dada. “Belikan bakso aja, ya untuk orang-orang di rumah,” gumam Mila sendirian. Kemudian ia starter hondanya dan menuju tempat bakso langganannya. Keadaan lalu lintas yang belum terlalu macet, karena jam pulang kerja masih beberapa jam kemudian. Dua orang yang menggunakan motor dengan kecepatan cukup tinggi mengikuti Mila dari belakang. Gadis itu memberikan jalan agar mereka bisa lebih dahulu. Namun, nyatanya dua orang tersebut hanya mengikutinya dari belakang saja. Tak ingin curiga berlebihan, Mila terus melajukan motornya sampai di gerobak bakso langganannya. Kunci motor
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Pergi Dengan Pamit

“Hah, dijemput?” Mila berbicara sendirian ketika membaca pesan dari Satria. Pria itu memang diperintahkan untuk mengantar dan menjemput sang putri atas perintah Nyonya Besar. Tanpa menunggu jawaban dari gadis manis itu, Satria sudah mengatakan otw. Tak dijemput di depan rumah melainkan di gang menuju kediaman Amel. Sebab mantan istri Dika pernah bilang tak mau melihat wajah pria muda itu lagi. Gadis manis dengan lesung pipi di sebelah kiri itu berpamitan pada mamanya. Sebelum benar-benar pergi, Amel mengingatkan putrinya agar menimbang kembali keputusan untuk menjaga orang yang sudah sepuh. Tak jarang semakin bertambah usia dan uban, perangai bukannya semakin lembut tapi semakin tak bisa diberi tahu dan selalu merasa benar. Mila hanya meyakinkan ia bisa melewati semuanya demi kehidupan di rumah itu berjalan lebih baik. “Jalan kaki, Nak?” tanya Camelia pada putrinya. “Iya, mana tahu Mama mau pakai motor, kan, pulangnya deket-deket kuliah. Kalau nggak sempat pulang Mila langsung k
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Papa Masih Hidup

Mila dalam setengah hari saja sudah bisa mengakrabkan diri dengan pemilik sesungguhnya rumah mewah tempatnya bekerja. Gadis manis itu tak henti-hentinya mengajak wanita yang ia panggil oma tersebut untuk berbicara. Bu Inah menyambutnya dengan antusias. Ia tak lagi merasa kesepian hari itu. Perawat profesional yang telah dipekerjakan jauh-jauh hari tidak dipecat. Melainkan dibiarkan untuk mengawasi mama Dika, di luar hal-hal yang luput dari jangkauan Mila.“Tas kamu, sepertinya sudah lusuh ya, Nak. Tidak pernah beli baru atau bagaimana?” tanya Oma ketika baru saja selesai makan siang. “Iya, memang bukan masuk barang-barang penting. Selagi talinya nggak putus, ya, nggak beli baru, Oma. Uangnya, kan, bisa dipakai untuk yang lain,” jawab gadis itu. Di dalam kamar Oma, ia berani membuka jilbab segi empatnya. Namun, melangkah dari pintu saja sudah ia kenakan, sebab di ruang tamu ada Dika yang menghidupkan televisi dengan suara kecil. Lelaki itu tak bernia
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Jatuh Sakit

Malam hari terasa ramai dengan datangnya orang tahlilan di rumah Amel. Tak ada hidangan mewah, hanya bantuan yang diberikan oleh tetangga semampunya. Amel masih terkejut dengan kepergian Akmal tiba-tiba. Mila menggantikan posisi ibunya, ia harus kuat sebab tak mungkit lama terpuruk dalam masalah. Bagi gadis manis itu setiap yang hidup suatu hari nanti akan mengembuskan napas terakhir juga. Kini ia anak tanpa ayah, apalagi Fathan yang masih kecil. Mila harus lebih giat bekerja keras agar adiknya tidak kekurangan secara materi, masalah kasih sayang ada Amel yang ia yakin bisa mengganti ayah pengganti. Amel hanya termenung di sudut rumah, mendengar bacaan yang dikirim oleh para pentakziah. Pantas saja tadi malam Akmal begitu perhatian padanya. Mengajak istrinya bertukar pikiran, agar lebih jernih dan lebih luas memikirkan nasib Mila ke depannya. Masalah mencari uang memang gadis itu tangguh daripada laki-laki. Tak peduli panas hujan akan ia tempuh selagi masih sehat. Namun, ia tetapl
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

Janda Terhormat

Dika bingung, Bu Inah jatuh sakit. Mila tak bisa dihubungi, ingin datang ke rumah Amel lelaki itu masih tak punya nyali. Maka pilihan satu-satunya ialah menunggu sampai hari esok selesai. Terpaksa nyonya besar dilarikan ke rumah sakit. Sinta juga ikut, terbesit rasa tak tega di hati menantu itu ketika mertuanya terbaring lemah tak berdaya, dan sesekali mengigaukan nama Mila. “Coba aja dari dulu Mama nggak terlalu keras sama aku. Kita pasti bisa jadi best friend,” ucap Sinta sambil mengupas sebuah apel. Ia bergantian jaga dengan perawat yang sedang makan di kantin. Sampai kondisi Bu Inah membaik, Sinta akan bersikap lembut layaknya kapas. Namun, jika mama mertuanya keras hati lagi ia pun akan mengembalikan hal yang sama juga. Sinta memandang wajah wanita tua itu. Betapa dari awal menikah sudah banyak sekali perdebatan yang selalu saja menemukan jalan untuk diperbincangkan. Keduanya sama-sama tak merasa bersalah dan mau mengalah. Bu Inah yang menuntut Dika tinggal di rumah karena ana
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

Kasih Sayang

Bu Inah membuka matanya ketika merasakan Mila sudah datang. Senyum pun terkembang sempurna di bibir wanita tua itu. Akhirnya apa yang ia inginkan tercapai juga. Dirawat oleh cucu sendiri ketika sedang sakit. Tangan mama Dika gemetar, ia menyentuh kepala Mila yang tak sengaja tertidur di ranjang pesakitan.“Eh, Oma, udah bangun. Maaf Mila ngantuk tadi. Oma mau apa?” Cekatan Mila bertindak ketika sang nyonya besar sudah sadar. Wanita tua itu menggerakkan bibir, cucunya mendekat dan terdengar kata bahwa ia meminta makan. Lekas saja Mila membuka makanan jatah dari rumah sakit yang semuanya serba putih. “Minum obat ini dulu, ya, Oma. Yang ini sebelum makan, yang ini sesudah makan,” tunjuk Mila. Lagi-lagi mama Dika hanya mengangguk saja. Jika dengan Mila ia tak akan banyak bantahan. Ia sanggup mengalah asal mendapatkan cinta tulus dari cucu perempuannya. Dengan telaten dan sabar Mila menyuapi orang tua itu. Setiap ada bubur yang jatuh di dekat bibir akan ia bersihkan dengan tisu. Suap de
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

Mawar Putih

“Kamu tunggu di sini saja, ya,” ucap Dika pada supirnya. Bukan Satria, sebab pria itu tugasnya hanya menjaga Camila saja. Lingkungan perumahan di mana Amel tinggal sedang sepi. Orang-orang sedang pergi bekerja dan anak-anak ke sekolah. Dika melihat depan rumah mantan istrinya. Rumah makan itu sudah benar-benar tutup. Amel fokus menjaga anak keduanya. Seketika pikiran lelaki manja tersebut melayang. Ia akan menerima anak bawaan Amel jika mantan istrinya mau menerima pinangan darinya lagi. Wanita yang baru ia pikirkan keluar rumah. Ia membawa sepiring makanan. Lalu wanita yang memang dari dulu penyayang itu memanggil kucing-kucing peliharannya. Ia ajak makan satu piring beramai-ramai, sembari bercerita. Ya, sejak Akmal tiada dan Mila sibuk merawat oma, mantan istri Dika hanya percaya curhat pada kucing peliharaannya. Sebab mereka makhluk lucu, penyayang dan yang paling penting tak menghakimi orang. Amel takut jika ia mencari teman baru untuk curhat, yang ada malah ia dinilai salah
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status