Suara langkah kaki terdengar jelas, dari arah luar, berjalan menuju ke arah kami. Suara langkah kaki terdengar pelan, sepertinya tamu yang di undang oleh Umi adalah wanita. Semakin, mendekat suara langkah kaki terdengar semakin keras.Benar saja, seorang wanita berjalan, beriringan dengan Umi. Tangan kanan Umi, mengamit tangan wanita di sampingnya. Senyum merekah tampak menghias wajah wanita yang masih kelihatan cantik walau usianya sudah tak muda itu. Umi tampak bahagia sekali dengan kehadiran Humaira.“Humaira, kami sudah menunggumu. Ayo silakan duduk.” Humaira duduk di hadapan Pak Hasan. Dia duduk di sebelah kanan, Umi. Sedangkan, aku berada di sisi kiri Umi.“Humaira, kenalkan ini Reina dan anak-anaknya. Dia karyawan di butik Meisa.” Umi memperkenalkan kami.“Kami sudah saling kenal, Umi,” jawabnya.“Iya, Umi. Kami sudah beberapa kali bertemu,” timpalku.“Wah, benarkah?” tanya Umi tak percaya.“Iya, Umi,” jawabku. Andai Umi tahu, kami tidak Cuma saling mengenal. Akan tetap
Baca selengkapnya