Semua Bab Pengasuh Kesayangan CEO: Bab 101 - Bab 110

121 Bab

Bab 100

Mobil Jonathan mengarah ke sebuah mall. Di sana sesuai saran Robert, Jonathan ingin memberikan sebuah hadiah buat Maya. Sedangkan menurut Adel yang dibutuhkan Maya saat ini adalah sebuah tas untuk bekerja."Temani aku ke butik ya. Aku ingin membelikan tas buat hadiah ulang tahun mama Minggu depan," ujar Jonathan."Hmm baiklah," jawab Maya.Padahal acara membelikan tas buat mama itu hanya alasan Jonathan saja. Sedangkan tujuan utamanya agar Maya bisa memilih sendiri tas yang dia sukai. Karena Jonathan tidak paham selesai fashion Maya.Sampailah mereka di parkiran mall tersebut. Setelah itu mereka masuk ke mall dan mencari butik yang biasa menjadi langganan keluarga Jonathan. Jangan bertanya harga di tempat ini. Yang pasti sangat mahal."Aku juga kurang tahu selera fashion mama itu yang gimana," ujar Maya."Ya disesuaikan usia saja sih," ujar Jonathan.Keduanya masuk ke butik itu. Kemudian Maya mulai memilih tas branded ya
Baca selengkapnya

Bab 101

Pagi hari, Maya sedang berdiri di dapur. Hari ini sebelum berangkat ke kantor dia menyiapkan dua menu. Menu untuk sarapan, dan menu untuk bekal bersama Adel. Adel yang bilang mau membantu malah masih tidur. Namun Maya tidak masalah karena memasak kini sudah menjadi hobi baru baginya. Untuk makan pagi dia menyiapkan nasi goreng. Hanya saja dia berinovasi dengan menambahkan cumi hitam. Sehingga dia sebuah nasi goreng cumi. Aroma khas produk laut menyeruak di dapur. "Hmm tapi apa Mas Jonathan mau makan nasi yang warna hitam ini. Mestinya tadi tintanya aku ambil dulu," sesal Maya. Dia masih ingat saat di pesisir Jawa beberapa tahun yang lalu. Masyarakat nelayan di sana bilang, masak cumi ya harus sama tintanya. Membuat aroma cumi tidak amis dan rasanya juga lebih nendang. Sejak saat itu dia selalu memasak cumi-cumi berserta tinta hitamnya. "Udah terlanjur. Kalau memang Jonathan tidak mau ya biar ambil menu rend
Baca selengkapnya

Bab 102

Sepagi itu Jonathan sudah datang ke apartemen Maya. Tanpa sepengetahuan Maya dia sudah menempati unit di depan Maya. Alasannya agar bisa menjaga gadis pujaan itu dari tindak kriminal yang pernah terjadi pada Maya. Padahal modus sebenarnya ya karena dia ingin lebih dekat dengan gadis itu."Apa mama tidak bertanya kenapa tidak makan pagi di rumah?" tanya Maya ketika Jonathan sudah masuk.Maya masih ingat bagaimana keluarga besar itu rajin makan pagi bersama. Bahkan dia merindukan kondisi itu. Merindukan sosok nyonya besar.Jonathan menggeleng. "Aku sengaja tinggal di apartemen agar tidak ada pertanyaan seperti itu," ujar Jonathan sambil melihat gadis di depannya. Mereka sudah duduk di kursi meja makan. Sedangkan Adel masih mandi."Masak apa kamu pagi ini Sayang?" tanya Jonathan."Aku masak nasi goreng cumi. Tapi tadi tintanya tidak aku buang. Karena memang aku suka begitu. Aku lupa kamu makan di sini. Apa kamu berkenan? Aku ada menu lain ka
Baca selengkapnya

Bab 103

Sore itu, seperti biasanya Maya pulang sendiri ke apartemennya. Karena Adel ada jadwal kuliah. Meskipun masih trauma, Maya berusaha memberanikan diri untuk pulang sendiri. Kali ini dia lebih waspada, menghindari tempat yang sepi dan sendirian. Bahkan saat masuk lift pun dia berusaha untuk mencari teman perempuan.Setelah keluar dari lift mau menuju ke lantainya, tiba-tiba Maya merasa takut. Karena suasana begitu lengang. Tadi saat di lift dia bareng beberapa orang. Namun mereka turun di lantai yang berbeda.Maya mempercepat langkahnya agar segera sampai di unitnya. Sayang saat dia membuka pintu, di merasa ada seseorang yang di belakangnya. Dia memutar kepalanya perlahan untuk melihat nya. Benar saja tampak kaki laki-laki tepat berdiri di belakangnya."Tolooooong," teriak Maya spontan. Berputar di benaknya kejadian rencana perkosaan Firman pada dirinya. Kejadian dua kali dengan tempat yang berbeda membuat Maya masih trauma. Dan sekarang kejadian
Baca selengkapnya

Bab 104

"Hiks hiks. Sekarang tidak ada lagi yang bisa aku banggakan Mas. Kehormatan yang sudah aku pertahankan puluhan tahun sudah sirna," ujar Maya di pelukan Jonathan."Maafkan aku Sayang. Mas khilaf. Mas akan bertanggung jawab dengan semua ini," ujar Jonathan sambil mengelus rambut Maya. Mencium pucuk kepalanya.Maya masih terus menangis sesenggukan. "Secepatnya mas akan membawamu ke papa dan mama setelah itu melamarmu dan kita akan menikah," ujar Jonathan yang sedikit menenangkan hati Maya.Maya tidak sepenuhnya menyalahkan Jonathan. Bahkan dia sendiri yang meminta pria itu memeluknya sampai pagi. Jonathan sendiri saat akan menciumnya juga sudah meminta izin terlebih dahulu. Dan Maya menyetujui, bahkan menengadahkan wajahnya dengan wajah terpejam siap untuk dicium pria itu Hanya saja, adegan adegan setelah itu sudah di luar kontrol keduanya. Apalagi memang sejak awal Jonathan sudah dalam hasr@t yang tinggi. Sehingga begitu Maya memberi lampu hijau, d
Baca selengkapnya

Bab 105

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Maya tersentak kaget, dia baru ingat bahwa Adel pastinya sudah kembali ke apartemen. Pastinya dia akan panik mendapati Maya tidak ada di kamarnya."Mas, bagaimana ini?" tanya Maya cemas."Ada apa Sayang?" tanya Jonathan."Adel. Adel pasti panik aku tidak ada di apartemen," kata Maya.Jonathan juga khawatir. "Kamu chek ponselmu dahulu," kata Jonathan. Laki-laki itu juga tampak berpikir untuk mencari alasan yang kuat."Antar aku pulang Sayang," pinta Maya sambil menatap Jonathan."Iya," jawab Jonathan singkat."Ternyata Adel tidur di rumah temannya. Karena mengerjakan tugas bersama," ujar Maya lega."Kalau begitu, antar aku pulang sekarang Mas," pinta Maya."Kalau begitu, kamu tidur di sini saja. Toh Adel tidak ada. Daripada sama saja sendirian," usul Jonathan dengan tersenyum."Modus!" teriak Maya.Sebenarnya dia kita sangat ingin untuk terus bersam
Baca selengkapnya

Bab 106

"Ada apa dengan laki-laki itu?" tanya Maya dalam hati dengan cemas. Karena biasanya saat sarapan pagi seperti ini Jonathan akan mendatangi apartemen Maya untuk makan bersama."Kamu kenapa Maya kok melamun begitu. Tidak dihabiskan lagi makannya," kata Adel."Oh iya, ini tinggal dikit," jawab Maya.Adel melihat Maya berbeda kali ini. Namun karena Adel orangnya cuek dan tidak terlalu ingin ikut campur urusan orang lain, jadi dia tidak bertanya lebih lanjut."Oya, Pak Jonathan kok belum datang ya," ujar Adel sedikit bergumam."Nah, itu juga yang aku pikirkan Del. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan dia," kata Maya."Iya Maya. Semoga begitu. Kamu nggak hubungi nomornya?" tanya Adel."Iya ya. Aku coba kirim pesan saja," kata Maya.Setelah kirim pesan, Maya segara menyiapkan bekal untuk dirinya dan Adel, juga untuk Jonathan. Siapa tahu nanti dia akan bertemu Jonathan di lobi atau di depan apartemen. Bukankah apartemen
Baca selengkapnya

Bab 107

Sementara itu di tempat terpisah Jonathan sedang uring-uringan dengan kedua orang tuanya. Karena mereka memaksa Jonathan untuk mewakili papanya ke luar negeri. Mengingat kesehatan papanya yang menurun akhir-akhir ini."Ini menyangkut masa depan perusahaan kita Jonathan. Ini peluang bagus untuk mengembangkan sayap di Eropa," ujar papa Jonathan."Pa, tapi mestinya pemberitahuannya tidak mendadak begini," ujar Jonathan."Sudahlah Jo, jadi anak yang berbakti. Baru kali ini papa meminta bantuanmu. Kalau papa sehat dan tidak alergi dingin. Papa sudah berangkat sendiri!" titah papanya."Jo, kamu ini masa depan keluarga ini. Masa depan perusahaan yang sudah dibangun dengan cucuran keringat, bahkan mungkin air mata dan darah Oma dan opa mu. Apa salah nya kalau giliran kamu yang berkorban kali ini," rayu mamanya.Kalau kedua orang tuanya sudah merayu. Jonathan sudah tidak bisa berkutik. Karena sebenarnya, Jonathan adalah anak rumahan yang berbakti
Baca selengkapnya

Bab 108

Caroline menyodorkan kartu nama. Jonathan mencari ponsel di tas kecilnya untuk menyimpan nomor tersebut. Bagaimanapun juga ke depan selama di Jerman, bantuan Caroline akan sangat dibutuhkan pria itu. "Di mana ponselku?" tanya Jonathan saat Caroline sudah meninggalkan rumah tersebut. Jonathan masuk ke kamar, dia menumpahkan seluruh isi tas kecilnya. Namun tetap saja, ponsel tersebut tidak dia temukan. Tok tok tok. Seseorang mengetuk pintu kamar Jonathan. Ternyata David. "Ada apa Tuan Muda, mengapa isi tasmu berantakan seperti ini?" tanya David. "Saya kehidupan ponsel," kata Jonathan. David mengernyitkan dahi. Bagaimana mungkin beda sepenting itu bisa hilang?!Saat mereka sedang berada di negeri nun jauh lagi. "Apa selama perjalanan sempat mengeluarkannya dari tas?" tanya David. Jonathan menggeleng. Bahkan saat mereka transit di bandara Changi, Jonathan merasa tidak membuka ponselnya dari dalam tas. "Sepertinya tidak Pak David. Ya baru saat tiba tadi. Ketika Caroline
Baca selengkapnya

Bab 109

Dengan berhalu seperti memeluk Maya, Jonathan baru bisa tidur. Bahkan tidurnya sangat lelap hingga pagi datang. Sampai sebuah ketukan pintu membangunkan pria itu. Siapa yang sudah datang?Ternyata Caroline. Gadis itu sudah berdiri di depan kamar Jonathan. "Maaf Tuan Muda, saya tahu Anda masih lelah akibat jetlag perjalanan antar benua. Tapi sebentar lagi ada pertemuan penting yang harus Anda hadiri. Sebaiknya Anda segera bersiap," ujar gadis cantik berambut pirang tersebut."Anda benar. Saya akan segara bersiap. Anda bisa menunggu di ruang tamu Nona Caroline," ujar Jonathan."Panggil saja nama saya. Caroline. Saya di sini yang bertugas untuk menjadi asisten Anda," kata Caroline."Saya sudah membawa asisten dari Indonesia. Pak David," ujar Jonathan."Asisten Anda yang meminta saya. Sesuai saran Ayah Anda. Karena saya orang sini sehingga lebih menguasai bahasa dan lebih mengenal orang orang pebisnis di negeri ini," kata Caroline l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status