Semua Bab Diam-Diam Jatuh Cinta: Bab 211 - Bab 220

384 Bab

Itu Anak Siapa?

“Seriously? Cuma segitu doang?”“Iya, Mbak, Cuma segitu doang.”Mbak Zoi terheran-heran waktu kuceritakan mengenai proses interview tadi siang yang sangat-sangat simpel dan to the point. Tidak ada pertanyaan-pertanyaan jebakan seputar etos kerja atau uji nyata bahwa aku memiliki kompetensi. Aku tercengang saat Ariq mengatakan bahwa dia menerimaku di perusahaannya. Tidak ada negosiasi gaji yang alot atau sejenisnya. Malah dia sendiri yang bertanya aku mau digaji berapa.Diajukan pertanyaan seperti itu tentu saja aku bingung. Sejujurnya motifku memutuskan untuk bekerja adalah money oriented.“Zola, kamu mau gaji berapa dan fasilitas apa saja?” Suara ngebas Ariq masih terngiang di telingaku.Mengingat waktu kerjaku yang katanya sampai malam, aku pun menyebutkan sejumlah nominal yang worth it menurutku. Siapa sangka Ariq langsung mengiakan. Aku juga menyebutkan beberapa fasilitas lain yang kuinginkan seperti asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, serta annual leave yang jangka wa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-29
Baca selengkapnya

Saatnya Move On

ZOLAAku merasa dijebak. Tante Rosella tidak pernah memberi tahu sebelumnya akan menghubungi Zach. Tau-tau sudah langsung bergerak. Ingin menghentikan tapi sudah sangat terlambat. Zach bisa melihatku atau minimal mendengar suaraku jika aku protes. Dan tentu saja hal itulah yang sangat ingin aku hindari. Jadi pilihan terbaik yang bisa aku lakukan adalah mengunci mulut rapat-rapat serta menjaga jarak.Di layar ponsel Tante Rosella aku bisa melihat penampakan Zach saat ini. Zach sedang berbaring di tempat tidur dengan bertelanjang dada. Alih-alih akan terlihat jelek, perpaduan curly hair dan bare face-nya membuat Zach semakin cute. Rasa itu datang lagi. Rasa rindu yang hadir diam-diam tanpa kuinginkan. Semestinya perasaan itu tidak boleh ada. Aku tidak boleh menyimpan perasaan sekecil apapun pada Zach.“Mi, anak siapa sih itu? Kok bisa ada di kamar aku?” Zach mengulang pertanyaannya yang belum dijawab Tante Rosella.Aku melempar pandang pada Tante Rosella dengan sorot penuh peringatan. K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-29
Baca selengkapnya

Sayangnya Saya Bukan Anak Bungsu

ZOLADua minggu sudah aku bekerja. Pelan tapi pasti aku mulai menyesuaikan diri dengan aktivitas baruku. Hingga sejauh ini aku masih pulang sore. Ariq belum menyuruhku bekerja sampai malam.Sebagai seorang personal assistant, tugasku adalah mengurus segala keperluan Ariq. Mulai dari menyiapkan dan mengingatkan jadwalnya, membuat janji temu, membalas surel, menyediakan minumannya, memesan makanannya hingga yang tidak aku sangka, tadi Ariq menyuruh mengambil pakaiannya ke laundry. Aku pikir pekerjaanku hanya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan kantoran, bukan mengurus keperluan pribadinya juga.“Sit, PA Pak Ariq sebelum aku siapa?” tanyaku pada Sita, karyawan lain yang paling dekat denganku. Aku merasa penasaran siapa yang sebelumnya berada di posisiku.“Namanya Anggi, tapi dia udah resign dua minggu yang lalu, kenapa, La?”“Cuma mau tau aja. Dia resign-nya kenapa ya?” Rasa ingin tahuku berkembang semakin besar. Apa ada yang salah? Apa mungkin dia melakukan kesalahan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Bagaimana Caranya?

ZOLA“Kayaknya aku bakal pulang agak malam deh, Mbak.” Aku langsung mengabari Mbak Zoi setelah mendapat instruksi dari Ariq untuk menemaninya malam ini.“Malamnya jam berapa, Dek?”“Aku nggak bisa pastiin sih sampe jam berapa. Bosku cuma minta ditemenin ke acara nanti malam.”“Ya udah, kamu hati-hati ya.”“Fai lagi ngapain, Mbak?”“Baru habis minum susu.”“Tapi dia nggak rewel kan?” “Nggak kok, kamu fokus kerja aja. Dia aman di rumah.”Lega sekali mendengarnya. Justru aku yang sering galau tidak menentu memikirkan keadaan Fai selama kutinggal kerja. Dulu, di hari-hari pertama kerja, minimal satu kali dalam tiga jam aku pasti menelepon ke rumah menanyakannya. Di tengah-tengah bekerja aku juga sering merasa nyeri lantaran dadaku bengkak. ASI-ku terus merembes keluar tanpa bisa dihentikan. Sampai-sampai aku harus membawa baju ganti. Syukurlah tidak ada yang curiga.***“Kita pakai mobil saya saja, Zola.” Ariq menghentikan pergerakanku yang akan membuka pintu mobil ketika sore itu kami
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Kapan Kamu Akan Peka?

ZOLATidak tahu berapa lama mataku tertuju pada Tante Rosella dan tiga lainnya sampai suara Ariq menyentak kesadaranku.“La, kita ke sana yuk.”Aku menoleh lalu mengiakan ajakannya.Ariq membawa ke tempat lain setelah berpamitan dengan teman-temannya.Meski tidak lagi bersitatap dengan Tante Rosella dan tiga yang lainnya, tapi aku yakin jika saat ini mereka tengah mengawasi pergerakanku.Apa ada yang aneh jika aku jalan bareng laki-laki?Aku perempuan bebas, tidak menikah dan tidak terikat dengan laki-laki manapun. Tapi reaksi yang kuterima seolah aku sedang melakukan kesalahan besar. Apalagi tatapan tajam Tante Rosella membuatku resah. Seakan aku sedang mengkhianati anaknya. Iya kalau aku istri anaknya. Nah ini, aku kan bukan siapa-siapanya.“La, kita kasih selamat dulu sama Pak Budi baru duduk.”“Baik, Pak,” jawabku setuju lalu menurut ke mana pun Ariq membawaku.Pelan tapi pasti aku mulai mengenal karakter atasanku ini. Tidak hanya tampan dan mapan, tapi dia juga supel. Pergaula
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Entah Apa Yang Terjdi

ZOLA“Biar saya saja yang menyetir, Pak,” kataku saat Ariq mengambil kunci mobil dari dalam saku lalu siap-siap memasukinya. Aku nggak mau ambil risiko mati muda dengan membiarkan orang separuh mabuk menyetiriku.“Kamu bisa menyetir memangnya?”Heh? Dia malah bertanya. Apa Ariq lupa kalau tiap hari bolak-balik kantor aku selalu menyetir sendiri?Namun kemudian saat ingat kondisinya saat ini, aku pun menjawab, “Bisa, Pak.”Ariq memberikan kunci mobilnya padaku. Aku membantunya masuk ke mobil lalu memasangkan seat belt ke tubuhnya.“Wangi banget kamu, Zola.” Ariq mengomentari aroma tubuhku saat jarakku dengannya hanya berada dalam hitungan senti.Aku tidak menghiraukan kata-katanya. Setelah memasangkan sabuk pengaman langsung menuju tempat dudukku di belakang kemudi.Ada gunanya juga tadi Ariq membawaku ke apartmennya, jadi aku tahu dia tinggal di mana. Kalau tidak mungkin saat ini aku sudah kebingungan sendiri harus mengantar orang mabuk ini pulang ke mana.Sepanjang perjalanan Ariq me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Yang Terjadi Kemarin Malam

ZOLAAku mencoba keras mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin malam sampai akhirnya berujung di ranjang atasanku sendiri. Jangan katakan telah terjadi sesuatu yang buruk yang membuatku malu dan menyesal seumur hidup.Aku ingat kemarin Ariq mabuk dan setengah sadar. Apa setelahnya aku juga ikut mabuk? Lalu setelahnya kami ...Di ujung kekhawatiranku, aku menyingkap selimut yang menutupi tubuh untuk melihat keadaanku.Thanks God, aku masih berpakaian lengkap. Gaun pemberian Ariq masih melekat sempurna di sana.Tatapanku lantas pindah ke sisi kanan. Permukaan ranjang di sebelahku kosong melompong. Tidak ada Ariq di sana, pun di bagian lain kamar ini.Turun dari tempat tidur, aku menyambar tas lalu mengambil ponsel dari dalamnya. Banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Mbak Zoi dan Mas Javas. Keduanya pasti cemas setengah mati memikirkanku.Aku langsung men-dial nomor seluler Mbak Zoi yang langsung dijawab saat itu juga.“Kamu ke mana aja, La? Kenapa nggak pulang? Kenapa Mbak ne
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Indonesia Callin'

ZOLAIni adalah bulan ketujuh aku bekerja di Fx Media. Sesuai dengan namanya perusahaan ini bergerak di bidang penyiaran. Fx terbilang baru. Jika diibaratkan pada manusia dia adalah seorang anak yang sedang belajar merangkak. Fx berdiri sekitar dua tahun yang lalu. Fyi, Fx bukanlah perusahaan keluarga.Di usia dua puluh sembilan tahun atau lebih tepatnya dua tahun yang lalu Ariq mendirikannya bermodal latar belakang pendidikan yang dimilikinya serta tekad yang bulat dan keyakinan bahwa usahanya ini akan berhasil. Itulah yang membuatku kagum pada Ariq. Dia seorang pekerja keras, bukan pewaris perusahaan keluarga yang tinggal menjalankan. Sikap optimisnya menularkan energi positif pada para pegawainya.Hari ini aku sedang menemani Ariq meeting. Kami semua membahas mengenai program Gen Z. Program Gen Z adalah sebuah acara yang mengulik profil anak muda berprestasi di rentang usia lima belas sampai tiga puluh tahun. Selain berada pada umur di atas, profil pengisi acara Gen Z biasanya ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Dengan Satu Syarat

ZOLASetelah meeting selesai orang-orang pun bubar, kembali ke ruangan maupun kubikel masing-masing, termasuk aku. Fx Media menempati lantai delapan sampai lantai sebelas. Dan aku sebagai asisten Ariq tentu saja diletakkan paling dekat dengannya, yaitu di lantai delapan. Ruanganku juga bersebelahan dengan ruangannya.Sambil duduk menyandarkan punggung, aku memijit pelipis yang terasa semakin berat. Mataku kemudian bertemu dengan kalender meja. Aku refleks menghitung hari. Hanya tinggal satu bulan lagi dan aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tidak bisa menghentikan Zach agar tidak ke sini. Ariq pasti akan curiga jika aku mendesak agar dia mengganti Zach dengan yang lain. Satu-satunya yang akan bisa menggagalkannya adalah Zach sendiri. Produser biasanya akan mengajukan nama kandidat untuk mengisi acara Gen Z. Jika tim setuju maka narasumber tersebut segera dihubungi sejak jauh-jauh hari. Apabila dia keberatan atau tidak bersedia, maka kami akan mencari orang baru untuk menggantika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-01
Baca selengkapnya

I’ll Take It As Another Yes

ZOLAMalam ini kondisiku sudah membaik setelah menenggak dua butir anelgesik dalam sekali teguk.Aku ingat, dulu saat zaman kuliah dan masih tinggal di Semarang, Mama sering memasukkan air hangat ke dalam botol lalu menyuruhku meletakkan di atas perut setiap kali dysmenorrhea. Katanya agar nyerinya berkurang. Entah apa hubungannya. Kadang aku suka ketawa geli kalau ingat hal itu.“Jangan-jangan kamu kena kista, La,” pikir Mama waktu itu. Mama berkali-kali ingin mengajakku periksa ke dokter, tapi aku selalu menolak dan mengatakan aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.“Mama khawatir, nanti kalau kamu sudah menikah kamu bakalan susah punya anak,” ucap Mama lagi dengan kerut keningnya yang khas.“Apa sih, Ma? Jauh banget mikirnya!” Waktu itu aku melotot. Aku masih terlalu muda. Sekali pun belum pernah berpikir mengenai pernikahan, rumah tangga, apalagi anak.Sekarang semua dugaan Mama terbukti sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
39
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status