Home / Pernikahan / Calon Mertuaku Menjadi Maduku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Calon Mertuaku Menjadi Maduku: Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Bab 21 Sangat lelah

"Puteri sakit ma.." jawab Akbar jujur."Tadi papa masakkan sup untuk Puteri." sambungnya lagi."Ngapain juga papa yang masak, papa bisa bilang sama mama kalau hanya untuk masak sup, banyak pelayan dirumah ini. Untuk apa papa capek- capek urus dapur." ucap Nova, dengan suara naik satu oktaf.Kecemburuan kadang membuatnya lupa untuk tetap menghormati suami surganya.Akbar seketika berhenti mendengar ucapan Nova yang sudah seperti petir, baginya."Memangnya boleh pakai pembantu dirumah ini untuk membantu keperluannya ?" jawab Akbar dengan tenang dan masih dengan suara lembut.Namun tidak dengan wajahnya, wajah itu sudah datar dan menakutkan.Nova terbengong, darimana suaminya tahu tentang batasan yang diberikannya pada Puteri. ucapnya dalam hati. Pasti perempuan itu yang sudah mengadu. Bathinnya.Awas kamu nanti. Ancamnya dalam hati.Akbar langsung melangkah keluar, waktunya untuk pergi kekantor sudah sangat lambat, dia segera masuk kedalam mobil, dengan wajah yang masih datar. Hasan sa
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 22 Minta cerai

Seperti janjinya pada sang istri, sekitar jam dua Akbar menjemput Puteri untuk pindah rumah.Begitu mobil yang ditumpanginya, berhenti didepan kediamannya, Akbar langsung keluar dari mobil dan langsung melangkahkan kakinya menuju lantai dua."Assalamualaikum" ucapnya setelah pintu kamar dia buka."Waalaikumsalam" jawab Puteri lembut, yang sedang duduk diatas sofa."Sudah siap?" tanya Akbar pada Ruhi nya."Mas..sudah makan ?" bukannya menjawab, Puteri malah bertanya balik."Belum" jawab Akbar jujur. Hari ini hati dan fikiran Akbar sangat letih, tidak ada sedikitpun dia merasakan lapar."Aku tadi masak mas. Mas makan terlebih dahulu ya ?" pinta Puteri.Akbar ingin menolak karena tidak berselera, namun langkah kakinya mengikuti Puteri yang pergi kedapur.Dengan cekatan Puteri melayani Akbar. Akbar yang dilayani bak seperti raja, nasi diambilkan, sayur dan lauknya disendokkan, minum dituangkan, semangatnya muncul kembali, dia makan dengan lahap. Padahal Puteri hanya masak goreng ayam kala
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 23 Tiga hari dan empat hari

Bersamaan dengan azan magrib, Akbar sampai didepan kediaman yang sudah belasan tahun ia tempati bersama istri pertamanya.Tanpa berkata dengan sang sopir, ia langsung masuk menuju kamar utama."Solat berjamaah kita ma...!" ajaknya, saat dia sudah berada didalam kamar."Papa wudhu lah, biar mama tunggu." jawab Nova yang sudah memakai mukenanya.Selesai solat berjamaah, Akbar melanjutkan ibadahnya dengan zikir dan doa...serta membaca Alquran. Sedangkan Bu Nova, segera keluar kamar untuk membantu bik Sumi untuk menyiapkan makan malam.Selesai dengan bacaan alqurannya, Akbar tidak langsung bangkit dari duduknya.Lama ia termenung dalam kesendirian, menarik ulur semua kejadian, yang terlalu berimbas pada kehidupan pribadinya.Ada rasa nyeri didada saat ini, apabila ia mengingat istri mudanya yang sendiri dirumah baru mereka.Mempunyai dua istri ternyata sesakit ini.Sakit jika jauh dari salah satunya, namun tidak mungkin juga menyatukan dua hati mereka untuk tinggal di satu atap.Tidak mu
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 24 Permohonan istri pertama

Empat hari bersama cinta pertamanya tidak sedikitpun Bu Nova tenang dengan keberadaan suami disisinya, apalagi setelah mengetahui jika suami dan madunya telah melakukan malam pertamanya. Sementara akbar yang dicueki sang istri hanya bisa pasrah, mencoba mengalihkan kegalauan dengan membawa pekerjaan kantor untuk dikerjakan dirumah utama.Kamis sore menjelang magrib, Akbar baru sampai dirumah minimalis milik Puteri, istri mudanya."Assalamualaikum" ucapnya lirih. Memeluk istri mungilnya yang baru selesai mandi.Mengendus dengan rakus tubuh atas istrinya, seperti mencari ketenangan Akbar menyusuri seluruh wajah tengkuk dan leher sang istri."Sudah mau magrib, kenapa baru selesai mandi hhhhmm ?" tanya Akbar namun tetap melakukan aktifitasnya."Baru pulang dari apotik akunya maass ?" jawab Puteri dengan nada manja."Maasssss ?" satu desahan telah keluar begitu saja dari bibir sang istri.Puteri telah terbiasa dengan perbuatan suaminya itu, hanya bisa pasrah, menerima dan mengikuti kemauan
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 25 Kecelakaan

Pak Akbar melangkah gontai meninggalkan rumah istri mudanya, setelah mendengar semua ucapan- ucapan Nova."Tuan..." panggil bik Ijah heran. Melihat majikannya melangkah keluar rumah dan pergi begitu saja, tanpa menjawab panggilannya."Nyonya itu tuan kenapa pergi lagi ya ?" tanya bik Ijah pada Puteri yang sedang menyeka air matanya."Hahhh....kenapa bik ?" tanya Puteri terkejut."Tuan tadi datang, belum lagi masuk. Kenapa pergi lagi ya ?" ucap bik Ijah mengulangi pertanyaannya tadi.Puteri segera berdiri. Dan ingin mengejar suaminya."Tuan sudah pergi nyonya." ucap bik Ijah.Bu Nova yang mendengar ucapan bik Ijah jadi takut sendiri. Takut kalau suaminya mendengar semua ucapannya. Buru- buru ia permisi dan pergi dari rumah Puteri."Tadi, mas Akbar datang sendiri ya bik ?" tanya Puteri lagi. Setelah Bu Nova pergi dari rumahnya."Iya nya...! Hanya sendiri. Pak Hasan tidak ada." jawab bik Ijah.Ada perasaan aneh yang mengganjal dihati Puteri, suaminya pulang, namun tidak menemuinya. Puter
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

Bab 26 Tidak ingin memanggilnya

Sudah tengah malam namun Puteri masih belum dapat kabar tentang suaminya. Ponselnya juga mati sejak siang tadi. Entah berapa banyak miscall dan chat darinya. Perasaan was- was dan takut menghantuinya."Bik...bibik tau nomor ponsel pak Hasan ?" Tanya Rani pada pembantu yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri."Enggak nyah...bibi enggak tau." jawab bik Ijah.Semalaman Puteri enggak bisa tidur memikirkan Akbar. Ingin mendatangi kediamannya yang bersama Bu Nova, tapi Puteri takut. Walau bagaimana pun Puteri adalah orang ketiga dalam rumah tangga mereka.Keesokannya, sekitar jam tiga sore. Rizal sampai kembali ketanah air yang selama beberapa bulan ini ia tinggalkan. Meninggalkan segudang masalah.Dengan menaiki taksi ia segera pergi kerumah sakit untuk menemui kedua orang tuanya."Assalamualaikum ma" ucapnya lirih pada wanita yang sedang duduk termenung memandangi suaminya yang terbujur dipembaringan dengan selang infus dan beberapa selang lainnya.Bu Nova langsung menoleh keasal su
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

Bab 27. Kedatangannya

"maafkan Rizal ma? Karena Rizal mama jadi tertekan dan tersiksa perasaan." ucap Rizal dengan rasa bersalahnya.Bu Nova hanya menghela nafas panjang tanpa menjawab ucapan Rizal."Ini...bukalah sendiri ponsel papamu. Cari nomornya dan hubungi sendiri." ucap Bu Nova setelah mengeluarkan ponsel suaminya dari dalam tasnya.Rizal segera menerima ponsel papanya dan terus melangkah keluar ruangan.Menghidupkan kembali ponsel sang papa yang sudah mati selama papanya kecelakaan.Begitu ponsel aktif puluhan chat dan miscall muncul dilayar ponsel dari yang bernama Ruhiku.Dada Rizal rasa ingin meletup, tatkala membaca semua chat yang dikirim Puteri. Rasa yang dulu sempat bertunas dihatinya karena perjodohan, harus berganti dengan rasa harus menghormati sebagai ibu tiri.Melihat gambar profil seorang perempuan yang sempat dia kasihi. Ada rasa sesak, sesal yang dalam tidak lagi berarti. "Semoga kamu bahagia menjadi istri papaku" doanya dalam hati untuk mantan kekasih hati.Suara getaran ponsel terd
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

Bab 28 Permintaan tanpa bantahan

"pa...bagaimana, apa papa yang sakit?" tanya Bu Nova setelah dokter meninggalkan ruangan."Alhamdulillah..!" Jawab Akbar datar."Panggilkan Puteri." perintahnya. Tanpa menegur Rizal yang berdiri disamping istrinya.Rizal hanya mendesah pelan, melihat papanya yang menganggap dirinya tidak ada. Rizal hanya bisa pasrah, toh..memang dia penyebab semua ini.Tanpa berkata apapun Rizal segera keluar untuk memanggil Puteri, ibu tirinya.Melihat bayangan Puteri yang sudah jalan menjauh, buru- buru Rizal mengejarnya."Put...Puteri?" panggilnya.Puteri segera menoleh kebelakang mendengar namanya dipanggil seseorang."Maaf...kamu dipanggil papaku." Ujar Rizal, lalu membuang pandangannya saat tatapan mereka beradu."Untuk apa..?" jawab Puteri Rizal menggeleng pelan."Maafkan aku Puteri. Maafkan tentang kejadian itu. Tolong maafkan aku." Ucap Rizal saat Puteri akan meninggalkannya.Tanpa menjawab apapun Puteri kembali melangkah menuju kamar suaminya."Maaf atau tidak, tidak akan merubah semua yang
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

Bab 29 Sebab Akibat

Hari ini Akbar diperbolehkan pulang, dan tetap akan melakukan berobat jalan beberapa kali lagi.Puteri ikut mengantarkan suaminya kembali kerumah utama. Walaupun sebenarnya hari ini adalah hari Jumat jadwal Akbar untuk menginap dirumahnya. Namun Puteri mengalah dan meminta suaminya untuk kembali kekediamannya bersama Bu Nova."Aku pulang dulu ya mas..."pamit Puteri, setelah Akbar duduk diruang santai dirumah utamanya. Rumah mewah yang memiliki dua lantai, yang sempat Puteri tinggali selama tiga hari."Iya...hati- hati. Ingat pesan dan ucapan mas ya Ruhi..?" "Iya mas... assalamualaikum" pamit Puteri dengan mencium punggung tangan dan telapak tangan suaminya beberapa kali, sebelum meninggalkan tempat itu.Bu nova memperhatikan dari sudut kamar utama, ada rasa nyeri yang tetap terpatri tidak mau hilang. "Sungguh sopan dan istri idaman kamu Putri" guman Bu Nova. "Aku akan memberikan kebahagiaanmu pa..! Semoga aku sanggup." Sambungnya dalam hati."Papa mau istirahat dikamar atau disini p
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

Bab 30 Ikhlas yang dipaksa

Sabtu pagi ini Akbar masih belum kekantor ataupun kerumah sakit untuk beraktifitas seperti biasa. Rencananya ia akan mulai bekerja dihari Senin mendatang.Pagi ini ia telah bersiap- siap untuk pergi kerumah keduanya yaitu rumah tempat tinggal Puteri sekarang. Karena bagaimana pun dihari Jumat, Sabtu dan Minggu adalah jadwalnya untuk tidur bersama istri keduanya.Nova masuk kedalam kamar dan memberikan teh ginseng hangat, kesukaan suaminya."Minum dulu tehnya pa, sebelum pergi" ucap Bu Nova. Akbar hanya diam, namun melakukan apa yang diperintahkan istrinya."Obatnya jangan lupa dibawa, pa?"sambungnya."Iya....makasih ya ma" jawab Akbar.Ada rasa terharu dan sedih, namun inilah kenyataan hidup. Apapun ceritanya, hidup harus dijalankan sampai Izrail memanggil.Mobil yang membawa Akbar perlahan keluar dan hilang dari pandangan Bu Nova. Hari pertama aku melepaskanmu untuk pergi menjumpai maduku. Ucap Bu Nova dalam hati."Papa sudah pergi ma?" tanya Rizal yang baru keluar dari dalam kamarn
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status