Home / Pendekar / SERULING SAKTI SANG NAGA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of SERULING SAKTI SANG NAGA: Chapter 71 - Chapter 80

208 Chapters

71. DUKUN BERTINDAK

"Tunggu, bukankah Tuan Li mengatakan sudah tak ada bahan makanan lagi?" tanya salah seorang warga yang mendengarkan dari tadi. “Oh itu benar, bahan makanan bantuan dari Pejabat Yung memang sudah habis. Tetapi yang aku maksud di sini adalah bahan makanan yang aku beli dari kota!” dalih Li Huai cepat. Ia menghela napas lega ketika warga yang mendengarkan alasannya mengangguk-anggukkan kepala. Seorang pelayan mendatangi Li Huai dengan tergopoh-gopoh lalu membisikkan sesuatu ke telinganya. Sebelum Li Huai sempat merespons laporan pelayannya, tiba-tiba terdengar bunyi kentongan dari arah gerbang desa. Semua warga yang mengantri berduyun-duyun menuju gerbang desa, Li Huai yang penasaran mengikuti dari belakang. Di depan pintu masuk desa, terlihat beberapa kereta penuh dengan karung-karung berisi tepung dan beras. Xue Yi berhenti memukul kentongan setelah semua penduduk telah berkumpul, “Kami akan membagikan bahan makanan secara cuma-cuma kepada kalian, silahkan berbaris dengan teratur!”
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

72. SENJATA MAKAN TUAN

"Mantra Pembakar Jiwa!" Biksu Song mengaduk air baskom berisi kertas hu sambil tertawa menyeramkan, "Mampus kau, Xue Yi!" Benar saja, Xue Yi yang sedang tidur lelap tiba-tiba terbangun karena merasakan dadanya serasa panas terbakar. Kepala ekspedisi itu bangkit dan berjalan menuju ke meja untuk mengambil air minum namun rasa panas di dadanya mulai menjalar ke seluruh tubuh, seperti dibakar api. Ia jatuh berguling-guling di lantai yang dingin sambil berteriak kesakitan. Teriakan kesakitan Xue Yi terdengar sampai ke kamar tempat Yu Ping beristirahat. Pemuda itu segera berlari ke kamar Xue Yi, ternyata di dalam kamar Xue Yi, telah berkumpul juga dua orang dari ekspedisi Naga Merah dan Qi Yue. Mereka kebingungan menyaksikan kondisi Xue Yi yang memprihatinkan. “Apa yang terjadi?” tanya Yu Ping pada kedua rekan Xue Yi yang hanya bengong melihat ketua mereka menggelepar kesakitan. Kedua orang itu hanya mampu menggelengkan kepala tak mengerti. Yu Ping memejamkan mata, menggunakan mata bati
last updateLast Updated : 2024-04-25
Read more

73. MENGHENTIKAN EMPAT FANKUI BERSAUDARA

“Saudara Muda Yu, bila bukan kau yang menolongku … aku pasti sudah mati!” kata Xue Yi pada Yu Ping sekeluarnya mereka dari Desa Hubei. “Selamanya tak akan kulupakan hutang nyawa ini.” “Saudara Xue, kau sudah mengulang kata-kata ini puluhan kali. Aku menolongmu dengan tulus tanpa mengharapkan, sudi berteman denganku saja aku sudah merasa bangga!” Yu Ping menepuk bahu kepala Ekspedisi Naga Merah. “A Lung, kalian berdua sebaiknya kembali ke kota Wenchuan!” kata Xue Yi pada dua rekannya, “Antarkan siluman rubah ini ke penjara kota, hati-hati jangan sampai kalian cabut jimat pelemah siluman di lehernya!” “Baik Bos!” A Lung mengangguk dan berpamitan. Bersama rekannya dan empat tukang angkut, mereka kembali ke kota Wenchuan sambil membawa serta Siluman Rubah Biru, Huli Lan. Yu Ping dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Hoa San, Qi Yue adalah yang paling antusias dengan perjalanan mereka karena sesuai dengan keinginannya. Setelah berj
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

74. KEHILANGAN CINTA SEJATI

Yu Ping bermaksud mengejar ketika ia mendengar suara di belakangnya. Suara seorang wanita yang sangat ia kenal. "Qing Ning?" mata Yu Ping berpendar menatap sosok yang amat dikenal dan selalu ia rindukan. Gadis itu masih terlihat sama, cantik meski terlihat lebih dewasa dan berisi dibandingkan dulu. Mengenakan baju sederhana, ia tetap terlihat anggun dan menawan. “Yu Ping?” suara gadis itu bergetar, namun alih-alih lari ke pelukan sahabat lama, ia memutar tubuhnya dengan gemetar menahan marah. “Mengapa kau kemari?” suara Qing Ning berubah dingin, Yu Ping menggigil mendengarnya. Ternyata gadis yang pernah mengutarakan cinta benar-benar telah membencinya. Tentu saja semua adalah kesalahannya meninggalkan gadis itu sendirian. “Bukankah aku penghalang kesuksesanmu menjadi pendekar nomor satu?” Qing NIng mengepalkan kedua tangan, nada bicaranya ketus juga sinis. “Kulihat kau sudah jadi pendekar hebat sesuai impianmu, lalu ingin pamer di depanku?”
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

75. MISI DARI TUJUH PENDEKAR KEJAM

“Kau telah melakukan pengorbanan besar sebagai seorang istri dan ibu, Qing Ning!” Yu Ping memandangnya penuh haru, “Kau adalah wanita yang luar biasa!” Qing Ning tersenyum, “Waktu menempa kita menjadi lebih dewasa dan bijak, begitupun diriku.” Mereka berdua menikmati wajah mungil putra Qing Ning dalam diam. “Yu Ping, berjanjilah kau akan merahasiakan keberadaanku pada Qi Yun bila suatu saat nanti kalian bertemu!” tiba-tiba Qing NIng bersuara lagi. “Qing Ning, kau tidak aman berada di sini sendirian … tadi saja orang-orang dari Iblis Darah jelas-jelas sedang mengincarmu.” Qing Ning mendesah, “Aku tidak tahu harus kemana lagi, bila aku ke Perbatasan Timur menemui Bibi Oey … Qi Yun bisa saja menemukan kami.” “Hmm,” Yu Ping berjalan hilir mudik di dalam kamar, berpikir keras mencari solusi. “Aku akan mencoba meminta tolong pada temanku, Saudara Xue Yi untuk menerimamu di tempatnya. Ia memiliki rekan-rekan yang juga jago bela di
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

76. DUEL DI PERAHU

Di bawah langit yang mendung, suasana di tepi Sungai Kuning terasa begitu suram. Sebuah perahu melaju dengan tenang. Tukang perahu berdiri di bagian belakang perahu, mengayuh sekuat tenaga. Ia khawatir bila turun hujan, arus sungai bisa berubah deras dan menyulitkannya menyeberang. Di buritan, seorang gadis berpakaian serba hitam dan mengenakan topi tudung berdiri dengan gagah. Gadis itu, Xin Ru, memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi sehingga meskipun perahu terapung turun naik di permukaan air, ia tetap kokoh berdiri tanpa oleng sedikitpun. “Nona, kalau boleh tahu mengapa Anda sering berkunjung ke Desa Kuning? Apakah masih ada keluarga di sana?” terdengar suara tukang perahu memecah kesunyian. Xin Ru hanya membisu, menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Setiap dua bulan sekali ia memang menggunakan jasa tukang perahu langganannya itu untuk menyeberangkan dirinya ke Desa Kuning. “Apakah Nona masih memiliki keluarga di sana?” tan
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

77. MENAKHLUKKAN PENDEKAR SINTING

Pagi itu, langit masih berkabut pasca hujan deras semalam. Awan mendung menggantung, menambah kesan suram suasana di daerah Sungai Kuning. Keadaan masih sangat sunyi, hanya suara kicau burung dan aliran air sungai yang deras terdengar seperti simfoni kehidupan. Tiba-tiba keheningan itu terusik oleh suara langkah kaki tergesa-gesa. Seorang pria tua, dengan napas memburu, berlari menyusuri jalan setapak di sepanjang tepi sungai. Ia berusaha menghilang dari pandangan beberapa warga yang mengejarnya dengan marah. Para warga tersebut marah karena ia terlihat beberapa kali mencuri makanan yang tersaji di atas meja pengunjung kedai di kota, kali ini ia mencuri satu ekor utuh ayam panggang. Pencuri tua itu bersembunyi di balik alang-alang yang tingginya hampir seukuran anak usia dua belas tahun, diam tanpa suara sampai para pengejarnya pergi menjauh. “Fiuhh, hampir saja!” pria itu memandang hasil curian di tangannya dengan puas, seekor ayam panggang y
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

78. MISI MENCULIK PUTRI QI YUE

Liu Heng terkekeh, "Benar-benar anak pintar!" “Bagaimana, Paman? Bersediakah Paman menerimaku sebagai murid?” Xin Ru memandang pria tua di depannya penuh harap. “Karena kau banyak akal sepertiku, kukira kau memang cocok jadi murid Pendekar Sinting … hahaha!” Liu Heng tertawa. “Terima kasih, Guru!” kening Xin Ru mencium tanah sebagai penghormatan pada Liu Heng. Pria itu melompat-lompat kegirangan, merasa sudah mendapatkan teman bermain. “Mari kita main petak umpet!” seru Liu Heng riang. “Aduh Guru, bukan Murid tidak mau bermain denganmu tapi …” Xin Ru berusaha menolak dengan halus namun malah membuat Liu Heng ngambek seperti anak kecil. “Aku hanya ingin mengajak bermain, apa gunanya memiliki murid kalau tidak mau diajak main petak umpet, huhh!” Liu Heng menghentakkan kaki dengan kesal. Xin Ru memutar otak cepat lalu memutuskan untuk membujuk pria tua itu. "Guru, daripada bermain petak umpet di sini, bagaimana kalau kita bermain menangkap pencuri!" "Menangkap pencuri? Wah, asyik
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

79. SAUDARA ANGKAT YANG DIRINDUKAN

Setelah mengantarkan Qing Ning dan putranya ke kota Wenchuan, rombongan Yu Ping meneruskan perjalanan ke Hoa San. Qi Yue yang masih cemburu dengan sikap murid Fucanglong terhadap wanita lain, tak ingin berada di dekatnya selama perjalanan. Gadis itu lebih memilih berjalan bersama Xue Yi yang berjalan di belakang bersama beberapa tukang penarik kereta. “Calon istrimu cemburu!” Naga Dilong terkikik di telinga Yu Ping. “Sudah kubilang jangan sebut dia calon istriku!” sergah Yu Ping dengan nada tak suka. “Lalu siapa calon istrimu? Istri temanmu itu?” olok Dilong. Yu Ping mengetatkan gigi, tak ingin menimpali meski kesal. “Bukankah sudah kukatakan padamu takdir langit tak dapat ditolak? Jadi saranku, belajarlah untuk memedulikan calon istrimu mulai sekarang!” saran Dilong. Yu Ping tetap saja diam seribu bahasa, dalam hati masih ada rasa sakit menghadapi kenyataan Qing Ning tak mungkin menjadi miliknya. Namun Dilong ben
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more

80. BALAS BUDI

“Kak Xin Ru?” mata Yu Ping berkaca-kaca ketika kakak angkatnya mengangguk. Yu Ping segera menjatuhkan kedua lutut ke tanah, memberikan penghormatan pada orang yang berjasa dalam hidupnya saat ia masih kecil. “Aku menyewa Iblis Bayangan untuk menyelamatkan dirimu, tetapi mereka gagal dalam tugas dan melapor bahwa kau sudah …,” suara Xin Ru tercekat di kerongkongan. Yu Ping bangkit berdiri dan menggenggam tangan Xin Ru, “Aku selamat meski jatuh ke dalam jurang, semua karena pertolongan dewa.” Merasa diabaikan, Qi Yue berteriak kesal, “Apakah sudah selesai kalian bermesraan? Cepat bebaskan aku!” Xin Ru membungkuk dan membuka totokan di tubuh tuan putri kerajaan Qi. Begitu terbebas, gadis manja itu mendorong pundak kakak angkat Yu Ping dengan marah bercampur cemburu. Ia merasa Yu Ping selalu memberi perhatian lebih pada setiap gadis yang dijumpai, kecuali dirinya. “Menjauh dariku!” bentak Qi Yue seraya bangkit dari duduk.
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more
PREV
1
...
678910
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status