Satu jam setelah berbicara lewat sambungan telpon dengan Prasti, Reynal kian disiksa lamunan sore ini. Di pelupuk matanya matanya wajah Prasti tak kunjung hilang. Senyuman Prasti melumat sendi-sendi perasaannya.Begitu indah dan memesona.Tapi, takdir tak kan pernah mengizinkan dia dan Prasti bisa bersatu. Karena Reynal makin yakin Prasti bukan wanita yang bisa menerima kenyatan pahit yang dia alami.Tapi, bisa jadi perkiraan Reynal salah. Belum tentu Prasti akan menolak. Sebab hatinya telah nyaman bersama Reynal. Biasanya, ketika seseorang telah terpikat hatinya, maka matanya buta. Dia tidak melihat hal lain selain terpukau pada kenyamanan yang menyelimuti segala persendian perasaan itu.Sore ini, takdir yang sudah dia iklaskan Reynal mentah lagi. Alat peraga kejantanannya tak kunjung bangun dari tidur panjangnya, hadir di pikiran. Bagi Reynal, alat peraga itu, fungsi cuma satu, hanya untuk saluran air pipis. Bila saja, ada saluran air seni lain, mungkin Reynal membuang saja alat per
Read more