All Chapters of Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam: Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Bab 21. Elang yang terhormat

Semua berdecak kagum melihat sebuah pedang berdiri sendiri, walau pun pedang itu tak terlihat indah, bahkan terlihat karatan di beberapa bagian. Bho Khong menatap dengan wajah memucat."I–ini pedang milik tuan Shang Fu. pedang yang tak tertandingi. Bagaimana dia bisa bersamamu, sedangkan aku tak melihatmu membawanya." Sher menatap Elang dengan heran, padahal pedang itu terikat di pinggang Elang sedari tadi, apa selama ini tak terlihat?"Bho ceritakan tentang pedang ini, dan di mana aku harus temukan batu giok hitam!" gertakan Elang membuat Bho semakin tegang. "Bisakah kita bicara empat mata saja denganmu, tuan terhormat.""Kau panggil aku tuan yang terhormat?!" tanya Elang bingung dengan panggilan baru dari Bho.Akhirnya, Elang dan Bho mencari tempat untuk mereka bicara Bho menceritakan sebuah rahasia hanya dia tahu, bahwa, Huang sang raja monster hanya takut pada pedang milik Shang fu yang bisa membelah tubuhnya, hingga Huang melepas batu giok hitam itu, dan memecahnya menjadi beb
Read more

Bab 22. Tanah Keramat

Byur! seember air dingin mengguyur tubuh kecil, kurus dan lusuh itu, tak ayal anak tersebut langsung terbangun dari tidur lelapnya."Bangun, bodoh! tidur saja kerjamu, bersihkan kapal itu!" teriak seorang lelaki berwajah garang. Bho melaksanakan apa yang di perintahkan, ini adalah kali ke duanya kelompok perompak itu menculik Bho. Para awak kapal tak menyadari kalau ada dua penyusup gelap ikut dalan kapal mereka, yaitu Sher dan Elang."Kali ini bila kau bohong lagi tentang tanah keramat itu, nyawamu akan melayang!"Semua tertawa pada Bho, yang hanya ketakutan dan sedang mengepel lantai kapal yang sangat kotor."Aku dengar kau bicarakan. tanah keramat pada dua orang asing tadi! katakan apa yang kau dapat dari mereka!""Aku tak dapat apa-apa, dan aku tak mengenal mereka!" bohong Bho pada mereka."Halah kau kan paling licik, pasti kau membohongi kami bukan!"Byur! seember air dingin sudah menyiram tubuh kerempengnya.Elang nampak geregetan melihat kelakuan mereka yang tak berperikemanus
Read more

Bab 23. Elang Mendapat Ilmu

Tubuh Elang semakin bisa menguasai gerakan dari pedang tersebut, Setiap kebasannya memberikan efek asap tipis, terkadang Elang meniupnya, sambil meledek para lawannya untuk maju melawan. Berapa para perompak sudah terkapar di tanah, bukan karena terluka karena pedang, tapi karena sakit panas saat tersentuh pedang tersebut. Elang terus perhatikan perubahan pada pedang yang dipegangnya, sedikit berkurang karatan pada sisi pedangnya."Luar biasa pedang milik kakek ini." Elang berulang kali memuji pedang milik Shang Fu. Hingga kini tak ada siapapun di hadapan Elang, mereka kocar-kacir ketakutan. Elang tersenyum, dan kembali masukan pedang tanpa warangka itu di sisi kiri pinggangnya, secara otomatis pedang itu langsung menempel pada kakinya. Matanya beredar memperhatikan sekitar, yang tadinya banyak sekali mahluk tak kasat mata dilihatnya, kini tak ada sama sekali. ke mana perginya? juga Sher dan Bho? Elang berjalan pelan menuju tanah yang agak tinggi, tangganya berkacak pinggang, suasana
Read more

Bab 24. Berduel

Elang sudah siap dengan kuda-kudanya, liukan tubuhnya yang lincah menjadikan gerakan yang sulit terduga oleh lawan. Sabetan pedang itu memang belum mematikan, hanya mengeluarkan hawa panas saja bila tersentuh oleh asap yang berwarna hitam pias tersebut. Itu pun cepat menghilang tersapu oleh angin.Lawan yang kini bertambah dua, membuat Elang mengernyitkan dahinya, dari manakah lawan ini muncul?"Haha, kau lupa dengan kehadiranku, Shang Fu! aku si halimun!" teriak salah satu dari lelaki tambun yang berdiri tepat di sebelah kirinya. Dia memegang tombak panjang yang runcing, ujung logamnya tampak bersinar saat tertimpa sinar rembulan malam. Tunggu! bukankah tadi siang hari, mengapa dengan cepat berganti dengan malam? berbagai pertanyaan ada dalam pikiran Elang.Swing, sebuah belati kembali melayang, kali ini sebelum melewati tubuhnya, pedang yang Elang pegang sudah menangkisnya dan berbalik arah dengan cepat "Sialan!!! kau !"Lelaki berikutnya yang maju dengan gerakan memutarkan tombak,
Read more

Bab 25. Dalam Goa

Sher memandang heran pada Bho, "Tempat apa ini!?" tanyanya dengan wajah penasaran."Pelankan suaramu, dinding goa ini sangat sensitif, kita aman di sini. karena celah kecilnya tak bisa dimasuki monster besar itu," jelas Bho, seraya duduk selonjor dan mengelus kakinya yang terasa sakit."Kenapa denganmu apakah ...""Tubuhku bukan terperangkap dalam tubuh anak kecil lagi, karena itulah aku merasakan sakit dan ngilu di setiap tulangku.""Oh," desis Sher dan mulai berkeliling melihat situasi dalam goa tersebut. "Apakah kita aman di sini Bho?! Pertanyaan sher tak dijawab oleh Bho, tak lama terdengar dengkuran halus berasal dari lelaki tersebut. Sher hanya bisa menghela napasnya saja, ada apa ini? dengan secepatnya sher gunakan mata emasnya untuk melihat situasi yang ada. "Apa ini? mengapa semua dindingnya bercahaya dan bergemerlap?" Sher mendekati dinding berwarna merah, kuning kadang semburat kebiruan."Batu? ini batu giok! hai ini batu giok asli!" Sher begitu girang pada kenyataan yan
Read more

Bab 26. Pertempuran Sengit

Bab 26Sher memandang sesuatu yang teramat menyeramkan dalam pandangan matanya, kali ini bukan mata emasnya yang ia kenakan. Mata normalnya menangkap sesosok binatang besar yang melebihi 10 kali lipat pesawat terbang yang biasa ia tumpangi. Sekali hap saja tubuhnya akan masuk dalam moncongnya yang bergigi tajam. Lehernya berundai bak sisik besar yang bergerak setiap binatang itu bernapas.Sher menahan napasnya, nampaknya monster berbentuk mirip naga itu, yang merespon dari hangatnya napas dan gerakan serta suara.Entah di mana Bho? Tadi selepas mereka bangun tak menyadari sosok tersebut masuk lewat lubang besar yang berada di atas goa, dan itu adalah lubang yang cukup besar.Sayap itu bergerak, mengepak perlahan, desir anginnya membuat rambut panjang Sher tersibak. Pelan sekali tangan sher merogoh batu-batu yang tadi sempat dimasukkan dalam saku celananya. Mengambilnya dan melempar batu itu hingga puluhan meter masuk ke dalam goa. Efek yang dihasilkan begitu sangat mengerikan, monst
Read more

Bab 27. Bebas Dari Tanah Keramat

Berkali-kali Elang bisa menghindari semburan api dari mulut Huang. Monster itu semakin kalap, ekor bergeriginya mulai menyambar tubuh Elang. Kuda tangguh itu sudah bersembunyi di balik celah dinding bukit yang berbatu, tempatnya menyempil, sebuah tempat persembunyian yang aman. Mata kuda itu berwarna hitam legam, terus mengawasi gerakan Elang. Setelah lelaki muda itu menghabisi sayap dua kelelawar itu, maka jatuhlah dua mahluk raksasa yang menjijikan itu, air liurnya melukai tubuhnya sendiri, lengkingan kesakitan terdengar sangat menyayat hati.Elang tak pedulikan rasa sakit dua makhluk jahat perusak manusia.Tubuh Elang menjadi ringan, bahkan gerakannya kini saling klop dengan pedang di tangannya.Asap hitam yang keluar dari ujung pedang ini agaknya sangat ditakuti oleh monster Huang. Terbukti tiap Elang hendak menghunuskan pedangnya, Huang mundur perlahan. Sayang, Elang belum berani memakai pedang itu terlalu jauh, karena mata giok hitam yang belum ditemukan sampai sekarang.Aragh
Read more

Bab 28. Pedang Giok Hitam

Laut tenang, mengantarkan kapal besar itu menyebrang hingga ke daratan, tanpa bantuan kompas dan arah tujuan, mereka hanya memakai feeling saja untuk menjalankankan kapal tersebut. Perut mereka telah terisi oleh beberapa roti dari bekal para perompak itu. Hingga sekarang merekapun tak diketahui di mana keberadaannya, hilang bagai ditelan bumi.Kapal berayun pelan di atas ombak yang tak besar. Beruntung tak ada badai malam ini, angin pun cukup bersahabat. Di sambut mentari pagi, kapal mulai mendekati daratan.Namun, mereka harus waspada karena daratan ini tak mereka ketahui namanya."Sepertinya kita tersesat," ungkap Sher sambil menatap jauh ke depan. Gundukan tanah terlihat dari kejauhan."Entahlah, kita harus siap hadapi semuanya Sher. Tas dan semuanya hilang, ponsel pun lenyap, kita bagai hidup di jaman purba. " jelas Elang. Sher memandang Elang, sambil tersenyum ia berkata," Kau banyak berubah Lang.""Benarkah?" "Iya, kita sudah berapa lama di Taipe?"Elang memandang balik pada
Read more

Bab 29. Akibat Serangan Ribuan Anak Panah

Kembali kapal bergerak perlahan meninggalkan pulau tersebut.Elang masih terus mengawasi dari atas.Sher terus memandangi lelaki itu tanpa berkedip, pedang yang tadinya hanya seonggok pedang karatan kini berubah menjadi pedang super tanpa tanding, bentuknya pun sedikit berubah. Pedang itu terlihat ganas karena bisa mengeluarkan asap hitam yang kini mulai pekat. Apakah ini pengaruh batu giok yang tadi dimasukan? Perubahan pedang pun berimbas perubahan pada perwujudan Elang, tubuh lelaki itu terlihat semakin kejar saja, kedua lengannya nampak menonjol berurat, apakah karena ia terbiasa memakai pedang tersebut, yang memang beratnya lebih dari 20 kg. Ditambah dengan mata emasnya, selain menambah kegarangan penampilan Elang, mata emas itu melatih setiap otak kiri dan kanan Elang. Pendengaran dan penglihatannya begitu sensitif."Elang .... Hai, orang sipit." bisik Sherlyn pelan.Perlahan pandangan Elang langsung tertuju pada Sherlyn yang masih mendongak menatapnya.Karena serangan anak pana
Read more

Bab 30. Menemukan Daratan

Setelah memakan roti itu hingga habis, gadis itu tertidur dengan beralaskan papan. Begitu juga Bho, mengawasi kemudi untuk segera mencari daratan lagi. Tak berapa lama, dalam penglihatan Bho. Tong itu bergerak pelan. Bocah tengil itu langsung duduk dan melihat semuanya dalam diam. Sher tidak menyadari kalau Elang sudah tersadar. Pemuda itu keluar dari tong dan terduduk lemah dekat Sher yang sedang tertidur pulas.Tubuhnya sudah terlihat baik-baik saja. Bho tersenyum. Dirinya teringat dulu saat melayani tuannya, yaitu Tuan besar panglima Shang Fu. Setelah dirinya bertugas perang, Bho lah yang mengurus segalanya. Dari makannya, pakaiannya, bahkan kejadian ini pun menjadi rahasianya.Bho menunduk dalam-dalam, apakah ini takdir dalam hidupnya, terjebak dalam tubuh anak kecil dan kembali dipertemukan dengan cucu tuan besarnya yang sama-sama mewarisi pedang giok hitam.Bho perlahan turun ke bawah dan mendekati Elang."Kau baik-baik saja, Elang?" tanyanya lembut tanpa harus mengagetkan lawa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status