Semua Bab Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam: Bab 11 - Bab 20

47 Bab

Bab 11. Nira

"Sepertinya rumah dalam keadaan sepi, kau gagal dengan perintahku!" bisik Nui tajam, " Sekarang masuk pelan ke dalam kamar Pamanmu dan curi plakat itu! aku mempunyai firasat yang buruk.""Ah, mengapa tidak kau saja yang masuk, aku khawatir karena tempo hari aku sudah terkena hawa panasnya.""Kau membantah perintahku!" Nui sudah marah, dan mengepalkan tangannya, terlihat kuku tajam keluar dari jempolnya."Apa kau mau merasakan racun kukuku ini?!" gertak Nui, dan matanya sudah berubah berwarna hitam."Baik ... aku masuk." jawab Nira pelan.Langkahnya pelan menuju sebuah kamar yang pintunya terlihat selalu tertutup rapat. Tangannya pelan meraih hendel pintu dan memutarnya, hay, pintunya tak terkunci. Nira, tak perlu bersusah payah membukanya dengan cepet rambutnya.Nira memandang sesaat pada Nui yang sedang menunggu agak jauh darinya.Perlahan Nira membuka pelan daun pintu tersebut, melongokkan kepalanya dan mengawasi ruangan yang nampak kosong dan sepi, rupanya paman sedang bermeditasi
Baca selengkapnya

Bab 12. Kemarahan

"Siapa yang melakukan ini!" Sebuah suara kemarahan dari seseorang lelaki berbadan tinggi dan besar. Setelah mengetahui kematian adiknya yang ditemukan tak bernyawa di tengah jalan dengan kondisi kepala pecah.Semua yang ada di ruangan besar itu terdiam, tak ada yang berani membuka suaranya."Apa kau Dong?! tanyanya lagi sambil melotot pada sosok yang terlihat menunduk ketakutan."Tidak, bukan aku! walaupun aku sering bertengkar dengan adikmu, tapi aku pantang membunuh klanku!" jawabnya dengan suara bergetar.Mata lelaki yang sedang marah itu melotot tajam padanya."Bila kau ketahuan pelakunya, aku tak akan segan membunuh seluruh keluargamu. ingat itu!"Lalu lelaki itu pergi begitu saja. Kasak-kusuk pun terdengar. Semua bergunjing atas kematian manusia berkepala kuda itu.Kembali pada Sherlyn dan Elang, beruntung mereka sudah jauh melangkah, kini mereka melewati sebuah hutan kecil. Gelap dan penuh belukar. Ini adalah hutan Shihou. Hutan ini penuh pohon perdu dan berdiri, sebagian tanam
Baca selengkapnya

Bab 13 Pertemuan yang tak Terduga

pertemuan dengan kakek tua berkuda itu menyelamatkan Elang dan Sherlyn dari pria yang nampaknya itu adalah seorang petugas kepolisian dari daerah setempat. Penampilannya membuat kedua remaja itu garuk-garuk kepala, karena di jaman semodern ini masih ada polisi yang penampilannya mirip dalam sebuah kerajaan masa lampau, lengkap dengan kostum panglima perang.Sepeninggal orang tersebut, kakek itu pun hendak pergi meninggalkan tempat tersebut."Tunggu," teriak Elang dan Sherly bebarengan, dan mereka berjalan mendekati lelaki tua yang masih tenang duduk di atas kuda besar."Terima kasih, maaf bolehkan tahu nama Tuan? dan kami kelaparan saat ini, apakah ada warung nasi terdekat?" Sherlyn mengawali dengan sebuah ucapan terima kasih."Masih jauh, tak usah berterima kasih, kau sudah masuk dalam wilayahku.""Wilayah? apakah kami ..." Belum sher sempat selesai bicara, lelaki itu sudah menarik tali kekang kudanya untuk bersiap pergi."Tunggu, Tuan, bisa tunjukan kami jalan ke pegunungan Shahua?"
Baca selengkapnya

Bab 14. Terlalu Lapar

Aroma daging panggang tercium sangat nikmat. Tampak toga orang manusia sedang bercanda sambil membakar dua ekor kelinci buruan."Ternyata gadis cantik ini pandai pula berburu, siapa namamu? kau bilang dirimu adalah ponakan Ho?""Betul kek, namaku Sher, aku anak Ang- Mae.""Apa, kau anak Mae! sudah besar ternyata dirimu," kata Shang Fu sambil terkekeh."Apa kau lihat waktu aku kecil? kapan? mengapa aku tak ingat?"Sher memberondong banyak pertanyaan dan Elang hanya berdecis saja."Mae remaja, sudah menjadi pemburu monster, tapi sayang, hanya dia yang diberi kuasa untuk itu, hal tersebutlah yang menjadi perseteruan antar saudara, Ang-ji, dia ...""Sudahlah , kek. jangan di teruskan aku sudah paham ceritanya, kini ceritakan tentang mimpi-mimpi anehku" potong Elang."Ih, kau ini, kakekmu sedang bercerita, jangan kau penggal.""Sudah, sudah, makanlah, ini sudah matang," Shang Fu memberikan sebagian pada Sher, " wanita dulu, ini pasti enak. terimalah.""Terima kasih, kek.' Sher menerima seb
Baca selengkapnya

Bab 15. Damai

Sherlyn semakin akrab dengan warga yang hanya berjumlah beberapa orang saja.Kegiatan Elang membantu kakeknya membuat berbagai benda tajam, baik itu arit, pisau besar, pacul ataupun golok besar. Kemampuan dan keahlian Kakeknya sudah tak diragukan lagi, ada tiga orang yang membantu sang kakek. Mereka orang-orang berbadan besar dan kuat."Lihat, aku di ajak Bibi A Ling ke hutan, boleh bukan?""Pergilah, hati-hati. Ling tolong jaga gadis cantik ini.""Pastinya kek, aku cari beberapa buah-buahan hutan, dan ingin berburu kelinci hutan."Sherlyn segera mengikuti langkah bibi A Ling menuju hutan yang dulu pernah mereka lewati.Elang memandang sherlyn, Ah pasti ini keinginan anak nakal, karena memang daging kelinci itu amatlah lezat."Pasti mereka akan membuat kelinci panggang." Shang mengangguk, tersenyum saja melihat sebuah pedang terikat dengan sebuah tali di pinggang Elang, karena pedang itu tak mau jauh dari tubuh di pemuda.***Sher memandang hutan itu yang ada dalam penglihatannya buk
Baca selengkapnya

Bab 16. Semakin besar

Istri kedua Huang pun menceritakan perihal kesalahannya, karena terlalu banyak bercinta dengan bangsa siluman baik dari klan bawah atau pun klan yang biasa-biasa saja, sampai saat ini banyak klan hasil benihnya berkembang dengan bukan kepala monster saja, tapi setengah monster dan siluman. Diantaranya klan yang terbesar adalah klan dari kuda."Tubuh mereka besar-besar, kakinya kokoh, tapi berkepala kuda besar. sepertinya cocok sekali untuk serdadu karena tenaga mereka sangat besar. Kita bisa menjadikan mereka serdadu pilihan, suamiku, bagaimana?"Huang menatap istrinya ini, ada benarnya juga, karena beberapa musuhnya dari panglima lima penjuru mata angin tak bisa dikalahkan oleh prajuritnya."Kau aturlah bila hal ini menguntungkan. untuk dinasty kita." "Baiklah perintah suamiku segera laksanakan " Dalam sekejap isteri keduanya menghilang dari hadapannya. Ada rasa iri dan cemburu dari isteri pertamanya. Huang memandangnya dan berkata."Mengapa pula kau marah dan cemberut, dulu kau ku
Baca selengkapnya

Bab 17. Salah Paham

Brak! sebuah meja terbang ke tembok hingga pecah berantakan dan bersepai di lantai kayu warna cokelat tua. Beberapa orang yang berada di dekatnya menunduk ketakutan, kali ini Tuan rajanya mengamuk! wajahnya semakin garang, bahkan tenaganya bisa membunuh sekali tebas, kukunya panjang dan runcing, bahkan kaki yang biasanya tak menampakkan wujudnya, kini terlihat semakin tinggi menopang tubuhnya yang tinggi menjulang hingga hampir mencapai atap ."Kalian BODOH! mengapa tak ada yang laporan padaku tentang keadaan Shang Fu, kau bilang dia sudah tewas, tapi sekarang aku lihat dengan pedangnya, berdiri masih dengan gagahnya.!!!!" Sekali lagi, kaki itu menghentak lantai dengan kerasnya.."Tenangkan emosimu, Tuan, mungkin tuan salah lihat, dia manusia biasa tak mungkin dalam keadaan masih muda Tuan Raja." Kata sang Patih membela diri atas segala laporannya pada Tuannya.Huang mendengus dengan kasar, "Aku tunggu kabarmu tentang dia!!! aku tak mau terulang lagi, mati dua kali di tangan Lelaki si
Baca selengkapnya

Bab 18. Bho Khong

"Hai! mau kemana kau pencuri " Sebuah tangan sudah menarik kerah baju lusuh Bho Khong. Terlihat tubuh anak kurus itupun ikut terangkat sedikit.Anak kecil itu tersenyum memperlihatkan gigi yang terlihat kusam dan sebagian sudah ada yang mulai menghitam.'Ini aku kembalikan." ujar Bho khong menyodorkan dompet tebal yang milik juragan tersebut Mata anak itu sudah terbiasa melihat manusia-manusia kejadian tersebut, jago tak kaget lagi ketika manusia berkepala kambing berjenggot ini menarik kerahnya.Bret!! suara dari renyahnya kain lapuk milik Bho Khong membuat tubuh kurusnya terjatuh seketika, bojunya robek hingga punggung."Halah, kau ini! sama pergi, dasar sampah!"Bho langsung lari pergi meninggalkan toko tersebut, dengan mengomel karena kini baju lusuhnya sudah terlihat bolong dan robek hingga terlihat punggung kurus dan hitamnya "Sialan! mana ini baju satu-satunya. ah, harus jadi maling jemuran lagi. ah, nasib- nasib." Serunya, dan mulai berjalan perlahan mengintip dan mengintai s
Baca selengkapnya

Bab 19. Pertemuan Dengan Bho khong

Anak lelaki dengan tubuh kurus itu pun menarik bak sampah yang tingginya lebih dari dirinya, walaupun terlihat sangat kepayahan. Napasnya terdengar tak beraturan, Lagi-lagi, tangannya menarik lagi bak sampah tersebut. Bau busuk menguar, karena sampah yang bercampur dengan air hujan. Tanah becek yang diinjaknya membuat kaki kecil itu menjadi kotor dan sangat menjijikkan.Sejumlah uang yang diberikan sang pemilik sampah tadi lumayan bisa ia kantongi. Bisa untuk membeli makanan yang tak kalah nikmat di kampung tersembunyi. Kampung tersembunyi? Sher langsung turun dari kudanya dan menuntunnya ke sebuah palang kayu untuk parkiran kuda, mengikatnya dengan benar, begitu juga Elang melakukan hal yang sama, walaupun Yuhuu tak pernah terikat di palang parkiran untuk kuda. Sher masuk duluan ke sebuah warung yang tampak ramai, kali ini ia yang memilih tempat ini. Dipilihnya sebuah kursi dekat sebuah jendela. Lantai kayu warung ini tampak terlihat guratan-guratan tanah basah karena para pengunjun
Baca selengkapnya

Bab 20. Kota Tersembunyi

Sher terdiam melihat hamparan tanah luas di hadapannya. Tanah lapang hanya ditumbuhi rumput yang tak begitu tinggi. "Kita ada di mana?" tanya Elang masih bingung, begitu juga kedua kuda milik mereka yang sedari tadi mereka tuntun, tampak binatang besar itu gelisah dan bingung melihat situasi yang beda dari yang lainnya "Aku merasakan aura yang berbeda di sini. gunakan mata emas," perintah Sher. Tapi nyatanya keduanya tak bisa gunakan mata emas, bahkan sherlyn tak bisa menembus dimensi."Kota apa ini? apakah kita aman masuk ke dalamnya.""Yuhuu merasa tak nyaman di sini.""Tunggu! aku melihat pergerakan! cepat jongkok Elang," perintah Sher, dan segera keduanya pun jongkok, dan mereka tersenyum melihat dua kuda itupun menekuk kedua kaki depannya. Tetiba terdengar suara gemuruh tawa anak-anak kecil mereka tertawa melihat dua kuda besar sedang menekuk dua kaki depannya, dan wajah menunduk. Shae dan Elnag langsung melihat ke arah sumber suara tersebut, ada sekitar tujuh anak sedang terke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status