Kembali kapal bergerak perlahan meninggalkan pulau tersebut.Elang masih terus mengawasi dari atas.Sher terus memandangi lelaki itu tanpa berkedip, pedang yang tadinya hanya seonggok pedang karatan kini berubah menjadi pedang super tanpa tanding, bentuknya pun sedikit berubah. Pedang itu terlihat ganas karena bisa mengeluarkan asap hitam yang kini mulai pekat. Apakah ini pengaruh batu giok yang tadi dimasukan? Perubahan pedang pun berimbas perubahan pada perwujudan Elang, tubuh lelaki itu terlihat semakin kejar saja, kedua lengannya nampak menonjol berurat, apakah karena ia terbiasa memakai pedang tersebut, yang memang beratnya lebih dari 20 kg. Ditambah dengan mata emasnya, selain menambah kegarangan penampilan Elang, mata emas itu melatih setiap otak kiri dan kanan Elang. Pendengaran dan penglihatannya begitu sensitif."Elang .... Hai, orang sipit." bisik Sherlyn pelan.Perlahan pandangan Elang langsung tertuju pada Sherlyn yang masih mendongak menatapnya.Karena serangan anak pana
Setelah memakan roti itu hingga habis, gadis itu tertidur dengan beralaskan papan. Begitu juga Bho, mengawasi kemudi untuk segera mencari daratan lagi. Tak berapa lama, dalam penglihatan Bho. Tong itu bergerak pelan. Bocah tengil itu langsung duduk dan melihat semuanya dalam diam. Sher tidak menyadari kalau Elang sudah tersadar. Pemuda itu keluar dari tong dan terduduk lemah dekat Sher yang sedang tertidur pulas.Tubuhnya sudah terlihat baik-baik saja. Bho tersenyum. Dirinya teringat dulu saat melayani tuannya, yaitu Tuan besar panglima Shang Fu. Setelah dirinya bertugas perang, Bho lah yang mengurus segalanya. Dari makannya, pakaiannya, bahkan kejadian ini pun menjadi rahasianya.Bho menunduk dalam-dalam, apakah ini takdir dalam hidupnya, terjebak dalam tubuh anak kecil dan kembali dipertemukan dengan cucu tuan besarnya yang sama-sama mewarisi pedang giok hitam.Bho perlahan turun ke bawah dan mendekati Elang."Kau baik-baik saja, Elang?" tanyanya lembut tanpa harus mengagetkan lawa
Bab 31❤️❤️Siang ini terlihat Sher sudah berganti dengan pakaian yang lebih baik lagi. Begitu juga Bho, lelaki kecil berperawakan kerempeng itu sudah berganti dengan pakaian anak kecil."Ingat Bho, kau hanya adik bohongan saja.," seru Sher pada Bho.Elang tertawa, "Mengapa kalian selalu saja bertengkar." "Gadis manja ini yang memulainya." celetuk Bho."Apa gadis manja! Kau bilang aku manja, nggak kebalik Paman tua."Bho mencibirkan bibirnya dan bersembunyi di belakang tubuh Elang."Ayo, sini kalau kau berani.""Apa,! Bho kau menantang ku, aku kembalikan nih, tubuh tuamu." Ancam Sher pada Bho."Sudah, sudah jangan ribut, sekat penginapan ini sangat tipis," seru Elang sambil meletakan telunjuknya pada bibirnya sendiri."Dengar Bho, tujuan kita mencari batu giok hitam, tapi nyatanya batu giok didapat dari goa di tanah keramat. Batu giok yang asli belum aku dapatkan , kau masih ingat bukan? Kejadian terakhir saat kakekku bertarung dengan monster itu?""Tentu saja aku masih ingat, yang a
Kembali kita lihat ibu Elang yaitu Jiang, yang mempertahankan rumahnya, agar tidak disita oleh perusahaan dimana dulu suaminya bekerja.Rudi mencoba membantu Jiang, untuk memperoleh surat-surat yang asli dari rumah tersebut, karena kini ada dua surat tanah atas rumah tersebut. Jiang mengatakan bahwa punya dirinyalah yang asli, karena selama ini dia ataupun suami sama sekali tak gunakan sertifikat tanah atau rumah untuk jaminan apapun."Ini jelas manipulasi, Rudi." geram Jiang. " Aku tahu mereka membenciku, hanya karena aku belum mati seperti yang dia inginkan, aku masih ingat yang dia lakukan, apa perlu aku bersaksi lagi mengatakan yang sebenarnya siapa pembunuh direktur utama itu.""Cukup Jiang, jangan kau lakukan itu. Hal tersebut akan mengancam nyawamu sendiri.""Aku tahu Rudi, tidak kau tahu, bagaimana aku harus berpura-pura gila di hadapan mereka!""Shhh, pelankan nada suaramu.""Aku sudah lelah, amat lelah. Aku pertahankan rumah ini , hanya untuk menjaga kenangan dan untuk Elang
Ada apa dengan Sherlyn? pikiran itu langsung berkecamuk dalam diri Mae. Apalagi dalam keluarga besarnya sedang dalam konflik pasca dirinya harus pergi dari Taipe karena telah menghilangkan nyawa adiknya sendiri. Hal ini karena mencegah hal yang tidak baik dalam keluarganya. Semua terancam meninggal bila Mae tidak melakukan tindakan tersebut."Sayang, sepertinya aku harus menyusul Mae , ada sesuatu yang buruk sedang terjadi padanya ," cakap Mae pada suaminya."Ada apa sebenarnya? Apa kau tahu apa yang sedang terjadi?""Iya, ada sesuatu yang misterius pada pemuda itu, aku pikir dari dialah efek itu.""Susah kau hubungi ibu dari pemuda itu? Jangan sampai kita terlalu jauh untuk bertanggung jawab loh, aku tak suka dia! Apa lagi derajat kita sudah berbeda jauh darinya."Mae menelan salivanya perlahan, dirinya pun harus tahu diri juga, bahwa keberadaan seorang cenayang macam dirinya, adalah kasta terendah bagi kaum suaminya."Maafkan aku, ya aku ingat saranmu.""Bagus, camkan itu. Aku tak
Yuhhu semakin jauh membawa gadis berambut emas dan bocah tengil itu."Kita sepertinya sudah sangat jauh dari desa itu, apa ini tidak bahaya?" tanya Bho panik.Sher menarik pelan rambut kita tersebut, dan si kudapun perlahan mengurangi kecepatan larinya. Sher memandang alam sekitar, kini mereka berada di sebuah padang rumput yang luas hijau dan segar. "Kita ada di mana Bho?""Entahlah, aku kok takut.""Ah kau ini, kau takut karena naik kuda besar ini, kau takut jatuh bukan?""He he iya, aku sampai pegangan kulit kuda ini, maafkan ya, kau pasti merasa kena cubit kan?""Ah kau ini, ayo , turun!""Nggak mau! Lihat tinggi sekali, aku pun takut turun. Andai ada musuh , aku kau tinggal pergi bukan?"Sher tertawa ngakak, "Tentu saja tidak, mana mungkin kau aku tinggal, nanti aku tak bisa bertengkar lagi denganmu.""Dasar gadis manja!""Apa kau bilang! Lihat apa kau bisa bertahan diatas kuda ini hah!" Lalu sher menggoyangkan Pinggulnya hingga pegangan tangan Bho terlepas, dan kuda sempat berj
Dua belas jam perjalanan lewat pesawat terbang sudah Mae tempuh, dirinya langsung menghubungi Ho adiknya. Hanya dialah satu-satunya yang mempunyai bakat cenayang sebagai pilihan hidupnya. Namun, beberapa panggilan lewat ponselnya tak ditanggapi oleh Ho. Ini tidak biasanya, bahkan lewat telepati pun tak ia temukan batin adiknya ini. Ada apa sebenarnya? Apa aku salah? Atau aku yang terlalu lama tak gunakan hal ini?"Ayolah, Ho. Aku butuh bantuan mu, saat ini Sher dalam bahaya." batin Mae gelisah.Dalam mobil sewaan, dirinya melakukan perjalanan jauh tanpa jeda, walaupun tubuh tak sekuat dulu, bahkan beberapa sudut kota sudah terlihat berbeda. Rumah tinggal Ho jauh dari pemukiman penduduk padat, hampir masuk ke area pariwisata. Rumahnya terkadang menjadi tempat kekaguman orang yang lewat, karena arsitekturnya yang masih kental dengan bambu. Ya, hampir sebagian besar rumah Ho terbuat dari berbagai jenis bambu di dunia, dengan ukuran bambu yang super besar menjadikan tujuh pilar di depa
Akhirnya Mae dan Ho mendapatkan sebuah kamar yang cukup lumayan. Dalam kamar segera Ho gunakan sihirnya untuk melindungi diri, menciptakan makhluk astral dibuatnya menyerupai dirinya dan Mae. "Dia akan stay tinggal di kamar ini, kita bisa mencari info di mana Sher.""Bagus, kerjamu cepat Ho. Terima kasih."Sementara Mae dan Ho dalam penginapan, kembali kepada tiga manusia yang terperangkap dalam hutan dibalik gunung, hutan itu adalah terusan hutan milik kuasa Shang Fu. Bagai mata uang. Kalau di hutan larangan justru murni bersih tak ada hantu maupun monster, sedangkan hutan dibalik gunung justru inilah tempatnya para suhu dari monster dan hantu. Hutan dalam satu area tapi terpotong oleh sebuah gunung yang ujungnya selalu berawan. Dua tempat yang berbeda, kita lihat, hutan yang saling berseberangan. Semoga saja Elang mampu pecahkan semua misteri batu giok yang asli ada di mana.Tubuh Bho bergetar hebat, mata kecilnya melihat sesuatu yang menyeramkan di balik rimbunan semakin belukar.Y
"Syukurlah, kau sudah siuman Elang, kami semua khawatir padamu," kata Mae dan mulai memeriksa peredaran darah pada tubuh Elang. Mengobati luka-lukanya dengan obatan herbal yang tersedia pada alam.Elang tersenyum, hatinya plong rasanya, meraba pinggangnya, merasakan pedang batu giok masih menempel di kakinya."Aku butuh, warangka untuk pedangku ini," ucap Elang dan mengambil pedang tersebut dari kaki kirinya.Semua berdesir hatinya, melihat apa yang dilakukan Elang."Apa kau tak merasakan sakit pada kakimu?" tanya Sher perlahan."Kakekmu Shang Fu pun meletakan pedang kesayangannya seperti yang kau lakukan. Dan dia tak merasakan sakit," jelas Bho. "Kau betul Bho, pedang ini yang mencari sendiri tempat yang nyamannya, tanpa menimbulkan sakit pada bagian tubuhku.""Kau pemuda yang hebat Elang, luar biasa. Pemuda yang kuat!" Puji Mae dan memeluk pemuda yang sudah dianggapnya anaknya tersebut. Rasanya tak sanggup dirinya menceritakan hal yang sebenarnya terjadi pada Jiang, ibunya."Terima
Sher, Mae dan Bho tak tahu dengan apa yang terjadi pada mereka. Hanya terlihat Elang yang bertarung sendirian, hologram itu semakin melemah. "Apa yang akan terjadi Ibu? Tubuh Elang semakin samar kita lihat. Apakah ini tandanya, dia dalam kepayahan?""Entahlah, Sher. Ibu tak tahu. Sekarang ini sudah tak bisa gunakan apa-apa lagi. Aku malah khawatir dengan pamanmu. Elang bisa kita tarik dari peredaran hologram itu. Tapi ....""Berjuang lah Elang. Aku mohon bertahan dan kalahkan musuh itu. Demi semuanya." Doa Sher.Terlihat Bho hanya bisa memandang dengan cemas. Batinnya antara menerima takdir dan membenci takdir. Seakan tuhan tak adil padanya, tapi ia harus terima dengan lapang dada.Kembali pada sosok Elang yang sudah cape luar biasa. Kini penampakan Huang betul-betul sangat menyeramkan."Kini kau melawanku, Huang yang sebenarnya, terimalah ini!!!"Kembali Huang maju dan menyerang Elang. Elang tak sia-siakan kelihaian tubuhnya, dirinya terbang ke atas, mereka bertarung di udara. Ela
Elang masih tegak berdiri dalam tatapan tajamnya.Tiba-tiba,"Aku menolak tawaranmu! Aku lebih baik mati berkalang tanah diatas tanah negeriku dari pada aku menjadi pengecut dan pecundang negara."Elang berkata dengan tegas. Elang semakin menyatu dalam dimensi tersebut, tubuhnya semakin terisi oleh bayangan Shang Fu.Wusttt! Sabetan pedang milik lawan menerpa wajah pemuda tersebut. "Sudah aku duga!! Kau mata-mata itu." sungut Huang."Aku tak pernah menjadi mata-mata siapapun! Kau licik, Huang! "Blasttt! Kali ini Huang memberikan pukulan telak pada Elang. Tubuh pemuda itu langsung mundur selangkah. Pukulan itu hanya mengenai tempat kosong 'Bagus, Elang. Kau mulai bisa mengatur gerak spontan tubuhmu.' bisik paman Ho.Elang kembali menahan kakinya agar tak terjatuh, satu pukulan pada pundak Huang pun tak terelakan.Lengan baju kiri Huang robek."Sialan! Kau memang kampungan Shang Fu. Pantas saja tak ada wanita yang mau hidup bersamamu. Huh ... Ingat kau berhutang budi padaku. Posisi s
Wajah Elang tegang sesaat, mendengar penjelasan Ho tentang siapa sebenarnya Huang. "Dia musuh dalam selimut, dia yang menggulingkan jabatan kakekmu, Bahkan Shang Fu mendapatkan fitnah dari istri Huang, yang berakibat dirinya diusirnya dari kota ini." Ho masih menerawang jauh ke masa silamnya."Bedebah itu yang kau serang waktu ada di tanah keramat, dan kau berhasil membuat kedua istri Huang yang berbentuk kelelawar raksasa itu terluka berat. Entah bagaimana nasib monster jelek itu," timpal Bho dengan geram.Ada rasa amarah dalam diri Elang tentang masa lalu kakeknya yang tersingkirkan oleh lelaki jahat bernama Huang."Aku akan menghadapi dia." Elang semakin mantap dengan tekadnya."Aku punya rencana." Lalu Ho mulai berdiskusi dengan mereka."Kau masih ingat semua kejadian itu Bho? Kaulah saksi satu-satunya atas pertarungan mereka." tanya Ho melihat pada Bho."Iya, akan aku coba mengingatnya, saat itu ..." Bho menceritakan kejadian itu dengan runtut. "Sayang sekali aku dan Sher tak b
Mata giok hitam itu bersinar tertimpa sinar matahari. Sinarnya berpencar ke segala arah. Karena permukaannya yang berbentuk prisma tak beraturan. Giok itu tertancap pada salah satu batang pohon tersebut. Pantas saja setiap matahari tepat di tengah gunung ini terlihat bersinar. Orang yang memandangnya mengira bahwa gunung itu adalah tempat para dewa. Setelah lama bertahun-tahun barulah tahu, bahwa sinar itu terpancar dari pantulan batu giok hitam milik Shang Fu. Batu ini lah yang ditakuti oleh Huang hanya pedang milik panglima perang itu yang dapat membelahnya. Karena ketakutannya, maka mata pedang itu yang merupakan batu giok itu ia buang hingga menancap pada batang pohon tua ini selama puluhan tahun. Saat itulah kekalahan berpihak pada Shang Fu, dan naasnya, Huang tak bisa kembali kepada bentuk semula sebagai manusia, ia harus menunggu 30 tahun. Huang menjadi monster mirip naga yang tinggal di dinasty yang hilang, perwujudannya sangat menyiksanya. Kekuasaannya menjadi berantakan oleh
Semburat pagi mulai menembus daun-daun pinus yang berembun. Suasana kembali tenang. Udara segar langsung terasa. Hutan yang penuh dengan efek kesehatan yang bagus. Tenang tapi menghanyutkan.Tak lama, tangan Mae bergerak pelan! "Ibu," panggil Sher pelan dan mengelus pipi ibunya yang masih dalam pelukannya."Ah, badanku sakit semua. Kau kah itu Sher?" Mae langsung menatap wajah anaknya penuh bahagia.Sher mengangguk sambil tersenyum bahagia. Segera diraihnya wajah yang dirindukannya itu, mengecupnya berulang kali, lalu memeluknya erat."Ho, adikku yang baik, terima kasih. Bila tak ada kau. Aku tak akan kembali." Senyum merekah menghiasi wajah lesu Mae. Pandangan Mae tertuju pada sosok anak kecil yang masih juga belum siuman."Elang?""Dia sedang tertidur, lelah dan lapar membuatnya begitu. Tapi ini belum usai Mae.""Aku tahu." Ditatapnya wajah anak kecil tersebut, "Dia dehidrasi, bibirnya pucat.""Ini lebih baik, aliran darahnya sudah aku normalkan. Semoga saja ia bangun dari komanya
Ho langsung berada di dimensi yang lain. Tubuhnya langsung bersembunyi diantara gundukan batu. Tempat ini mirip sekali dengan goa yang sudah sangat lapuk. Bau busuk dan amis lebih dominan, bukan aroma tanah ataupun akar pohon yang banyak menjuntai dari atas. Matanya beredar cepat mencari sosok kakaknya, karena Mae sudah menjadi bagian dari mereka, Ho tak bisa mencium dan mengendus aroma tubuhnya.Perlahan kakinya melangkah menyusuri tempat tersebut. Mata emas Ho sudah kembali sempurna, maka ia bisa menggunakan mata itu. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada segerombolan mahluk dalam balutan kain rombeng, mereka mencicit, meludah bahkan di sudut ruangan ada yang sedang berkelahi. Tempat mereka sangat berantakan, belatung, dedaunan kering berserakan dan sangat menjijikan."Aku mencium sesuatu! Ada manusia di sini!" ungkap salah satu dari mereka dan berjalan sambil menghirup udara."Baunya sangat kuat." timpal yang lain.Sesaat dua mahluk yang berkelahi tadi terhenti, dan mereka mulai me
Malam ini menjadi malam penuh epik, Ho terus memeriksa Elang, totokan ringan pada pergelangan tangannya membuat Elang tersadar kembali, masih dalam keadaan sangat lemas karena perjalanan dalam keadaan perut kosong, kelelahan jiwa dan raga. Ho kembali memeriksa dada pemuda itu, mengapa Ho begitu peduli pada pemuda ini? Karena dialah inti dari semua ini. Perlahan Elang mulai bangun dan megangi tangannya, dengan sadar langsung tahu siapa orang di hadapannya."Paman Ho, syukurlah kalian datang, tolong Sher, cepat." Suaranya lemah hampir berbisik."Tenangkan dirimu, Elang, aku butuh tenagamu, pejamkan matamu, aku akan ambil mata emasku, ini tak akan sakit." Paman Ho mulai merapal mantranya, hanya sebentar saja, mata emas milik Ho sudah kembali. Elang tersadar dan langsung membuka matanya perlahan."Paman, maafkan lah aku.""Tenang, jangan banyak bicara, aku mau dampingi kakakku dahulu, jagalah raga kami."Elang mengangguk lemah.Lalu, tangan Ho, segera meraih tangan Kakaknya, kekuatannya k
Pemuda berwajah keras itu menggenggam erat gagang pedang milik kakeknya, kini kesadarannya sedikit pulih perlahan. Mencoba mendekati Bho dan Sher. Memeriksa keduanya, Bho bersuhu tubuh panas, dan tubuh Sher terasa dingin, bibirnya sudah mulai memburu, Elang mendesah panik, mengapa tak disadari hal seperti ini, pikirnya menyesal. Lalu apa yang harus dilakukannya, tak ada kain tebal untuk menyelimutinya, bahkan meminta bantuan pun tak bisa, mereka terlalu masuk ke dalam hutan. Tiba-tiba, Brak!! Gedebuk! Terdengar benda jatuh dengan kerasnya. Elang segera waspada. Matanya langsung mengawasi area sekitar, keringat dingin mulai keluar, memang dirinya yang penakut mulai menjalari pikirannya."Jangan takut ,Elang. Jangan takut, semua butuh bantuan mu." Pemuda itu menyemangati dirinya sendiri.Benda yang jatuh itu adalah dua tubuh renta dari Ho dan Mae, mereka tak selincah dulu, Mae nampak cemberut saat tubuh Ho menimpa kakinya."Sudah aku bilang, aku tak mau kau buat uji coba teleport-mu, ka