Share

Bab 24. Berduel

Author: EL Dziken
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Elang sudah siap dengan kuda-kudanya, liukan tubuhnya yang lincah menjadikan gerakan yang sulit terduga oleh lawan. Sabetan pedang itu memang belum mematikan, hanya mengeluarkan hawa panas saja bila tersentuh oleh asap yang berwarna hitam pias tersebut. Itu pun cepat menghilang tersapu oleh angin.

Lawan yang kini bertambah dua, membuat Elang mengernyitkan dahinya, dari manakah lawan ini muncul?

"Haha, kau lupa dengan kehadiranku, Shang Fu! aku si halimun!" teriak salah satu dari lelaki tambun yang berdiri tepat di sebelah kirinya. Dia memegang tombak panjang yang runcing, ujung logamnya tampak bersinar saat tertimpa sinar rembulan malam. Tunggu! bukankah tadi siang hari, mengapa dengan cepat berganti dengan malam? berbagai pertanyaan ada dalam pikiran Elang.

Swing, sebuah belati kembali melayang, kali ini sebelum melewati tubuhnya, pedang yang Elang pegang sudah menangkisnya dan berbalik arah dengan cepat

"Sialan!!! kau !"

Lelaki berikutnya yang maju dengan gerakan memutarkan tombak,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 25. Dalam Goa

    Sher memandang heran pada Bho, "Tempat apa ini!?" tanyanya dengan wajah penasaran."Pelankan suaramu, dinding goa ini sangat sensitif, kita aman di sini. karena celah kecilnya tak bisa dimasuki monster besar itu," jelas Bho, seraya duduk selonjor dan mengelus kakinya yang terasa sakit."Kenapa denganmu apakah ...""Tubuhku bukan terperangkap dalam tubuh anak kecil lagi, karena itulah aku merasakan sakit dan ngilu di setiap tulangku.""Oh," desis Sher dan mulai berkeliling melihat situasi dalam goa tersebut. "Apakah kita aman di sini Bho?! Pertanyaan sher tak dijawab oleh Bho, tak lama terdengar dengkuran halus berasal dari lelaki tersebut. Sher hanya bisa menghela napasnya saja, ada apa ini? dengan secepatnya sher gunakan mata emasnya untuk melihat situasi yang ada. "Apa ini? mengapa semua dindingnya bercahaya dan bergemerlap?" Sher mendekati dinding berwarna merah, kuning kadang semburat kebiruan."Batu? ini batu giok! hai ini batu giok asli!" Sher begitu girang pada kenyataan yan

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 26. Pertempuran Sengit

    Bab 26Sher memandang sesuatu yang teramat menyeramkan dalam pandangan matanya, kali ini bukan mata emasnya yang ia kenakan. Mata normalnya menangkap sesosok binatang besar yang melebihi 10 kali lipat pesawat terbang yang biasa ia tumpangi. Sekali hap saja tubuhnya akan masuk dalam moncongnya yang bergigi tajam. Lehernya berundai bak sisik besar yang bergerak setiap binatang itu bernapas.Sher menahan napasnya, nampaknya monster berbentuk mirip naga itu, yang merespon dari hangatnya napas dan gerakan serta suara.Entah di mana Bho? Tadi selepas mereka bangun tak menyadari sosok tersebut masuk lewat lubang besar yang berada di atas goa, dan itu adalah lubang yang cukup besar.Sayap itu bergerak, mengepak perlahan, desir anginnya membuat rambut panjang Sher tersibak. Pelan sekali tangan sher merogoh batu-batu yang tadi sempat dimasukkan dalam saku celananya. Mengambilnya dan melempar batu itu hingga puluhan meter masuk ke dalam goa. Efek yang dihasilkan begitu sangat mengerikan, monst

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 27. Bebas Dari Tanah Keramat

    Berkali-kali Elang bisa menghindari semburan api dari mulut Huang. Monster itu semakin kalap, ekor bergeriginya mulai menyambar tubuh Elang. Kuda tangguh itu sudah bersembunyi di balik celah dinding bukit yang berbatu, tempatnya menyempil, sebuah tempat persembunyian yang aman. Mata kuda itu berwarna hitam legam, terus mengawasi gerakan Elang. Setelah lelaki muda itu menghabisi sayap dua kelelawar itu, maka jatuhlah dua mahluk raksasa yang menjijikan itu, air liurnya melukai tubuhnya sendiri, lengkingan kesakitan terdengar sangat menyayat hati.Elang tak pedulikan rasa sakit dua makhluk jahat perusak manusia.Tubuh Elang menjadi ringan, bahkan gerakannya kini saling klop dengan pedang di tangannya.Asap hitam yang keluar dari ujung pedang ini agaknya sangat ditakuti oleh monster Huang. Terbukti tiap Elang hendak menghunuskan pedangnya, Huang mundur perlahan. Sayang, Elang belum berani memakai pedang itu terlalu jauh, karena mata giok hitam yang belum ditemukan sampai sekarang.Aragh

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 28. Pedang Giok Hitam

    Laut tenang, mengantarkan kapal besar itu menyebrang hingga ke daratan, tanpa bantuan kompas dan arah tujuan, mereka hanya memakai feeling saja untuk menjalankankan kapal tersebut. Perut mereka telah terisi oleh beberapa roti dari bekal para perompak itu. Hingga sekarang merekapun tak diketahui di mana keberadaannya, hilang bagai ditelan bumi.Kapal berayun pelan di atas ombak yang tak besar. Beruntung tak ada badai malam ini, angin pun cukup bersahabat. Di sambut mentari pagi, kapal mulai mendekati daratan.Namun, mereka harus waspada karena daratan ini tak mereka ketahui namanya."Sepertinya kita tersesat," ungkap Sher sambil menatap jauh ke depan. Gundukan tanah terlihat dari kejauhan."Entahlah, kita harus siap hadapi semuanya Sher. Tas dan semuanya hilang, ponsel pun lenyap, kita bagai hidup di jaman purba. " jelas Elang. Sher memandang Elang, sambil tersenyum ia berkata," Kau banyak berubah Lang.""Benarkah?" "Iya, kita sudah berapa lama di Taipe?"Elang memandang balik pada

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 29. Akibat Serangan Ribuan Anak Panah

    Kembali kapal bergerak perlahan meninggalkan pulau tersebut.Elang masih terus mengawasi dari atas.Sher terus memandangi lelaki itu tanpa berkedip, pedang yang tadinya hanya seonggok pedang karatan kini berubah menjadi pedang super tanpa tanding, bentuknya pun sedikit berubah. Pedang itu terlihat ganas karena bisa mengeluarkan asap hitam yang kini mulai pekat. Apakah ini pengaruh batu giok yang tadi dimasukan? Perubahan pedang pun berimbas perubahan pada perwujudan Elang, tubuh lelaki itu terlihat semakin kejar saja, kedua lengannya nampak menonjol berurat, apakah karena ia terbiasa memakai pedang tersebut, yang memang beratnya lebih dari 20 kg. Ditambah dengan mata emasnya, selain menambah kegarangan penampilan Elang, mata emas itu melatih setiap otak kiri dan kanan Elang. Pendengaran dan penglihatannya begitu sensitif."Elang .... Hai, orang sipit." bisik Sherlyn pelan.Perlahan pandangan Elang langsung tertuju pada Sherlyn yang masih mendongak menatapnya.Karena serangan anak pana

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 30. Menemukan Daratan

    Setelah memakan roti itu hingga habis, gadis itu tertidur dengan beralaskan papan. Begitu juga Bho, mengawasi kemudi untuk segera mencari daratan lagi. Tak berapa lama, dalam penglihatan Bho. Tong itu bergerak pelan. Bocah tengil itu langsung duduk dan melihat semuanya dalam diam. Sher tidak menyadari kalau Elang sudah tersadar. Pemuda itu keluar dari tong dan terduduk lemah dekat Sher yang sedang tertidur pulas.Tubuhnya sudah terlihat baik-baik saja. Bho tersenyum. Dirinya teringat dulu saat melayani tuannya, yaitu Tuan besar panglima Shang Fu. Setelah dirinya bertugas perang, Bho lah yang mengurus segalanya. Dari makannya, pakaiannya, bahkan kejadian ini pun menjadi rahasianya.Bho menunduk dalam-dalam, apakah ini takdir dalam hidupnya, terjebak dalam tubuh anak kecil dan kembali dipertemukan dengan cucu tuan besarnya yang sama-sama mewarisi pedang giok hitam.Bho perlahan turun ke bawah dan mendekati Elang."Kau baik-baik saja, Elang?" tanyanya lembut tanpa harus mengagetkan lawa

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 31. Pembantaian Misi Pertama

    Bab 31❤️❤️Siang ini terlihat Sher sudah berganti dengan pakaian yang lebih baik lagi. Begitu juga Bho, lelaki kecil berperawakan kerempeng itu sudah berganti dengan pakaian anak kecil."Ingat Bho, kau hanya adik bohongan saja.," seru Sher pada Bho.Elang tertawa, "Mengapa kalian selalu saja bertengkar." "Gadis manja ini yang memulainya." celetuk Bho."Apa gadis manja! Kau bilang aku manja, nggak kebalik Paman tua."Bho mencibirkan bibirnya dan bersembunyi di belakang tubuh Elang."Ayo, sini kalau kau berani.""Apa,! Bho kau menantang ku, aku kembalikan nih, tubuh tuamu." Ancam Sher pada Bho."Sudah, sudah jangan ribut, sekat penginapan ini sangat tipis," seru Elang sambil meletakan telunjuknya pada bibirnya sendiri."Dengar Bho, tujuan kita mencari batu giok hitam, tapi nyatanya batu giok didapat dari goa di tanah keramat. Batu giok yang asli belum aku dapatkan , kau masih ingat bukan? Kejadian terakhir saat kakekku bertarung dengan monster itu?""Tentu saja aku masih ingat, yang a

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 32. Pesan Misterius

    Kembali kita lihat ibu Elang yaitu Jiang, yang mempertahankan rumahnya, agar tidak disita oleh perusahaan dimana dulu suaminya bekerja.Rudi mencoba membantu Jiang, untuk memperoleh surat-surat yang asli dari rumah tersebut, karena kini ada dua surat tanah atas rumah tersebut. Jiang mengatakan bahwa punya dirinyalah yang asli, karena selama ini dia ataupun suami sama sekali tak gunakan sertifikat tanah atau rumah untuk jaminan apapun."Ini jelas manipulasi, Rudi." geram Jiang. " Aku tahu mereka membenciku, hanya karena aku belum mati seperti yang dia inginkan, aku masih ingat yang dia lakukan, apa perlu aku bersaksi lagi mengatakan yang sebenarnya siapa pembunuh direktur utama itu.""Cukup Jiang, jangan kau lakukan itu. Hal tersebut akan mengancam nyawamu sendiri.""Aku tahu Rudi, tidak kau tahu, bagaimana aku harus berpura-pura gila di hadapan mereka!""Shhh, pelankan nada suaramu.""Aku sudah lelah, amat lelah. Aku pertahankan rumah ini , hanya untuk menjaga kenangan dan untuk Elang

Latest chapter

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 47. Sebuah Awal atau Akhir?

    "Syukurlah, kau sudah siuman Elang, kami semua khawatir padamu," kata Mae dan mulai memeriksa peredaran darah pada tubuh Elang. Mengobati luka-lukanya dengan obatan herbal yang tersedia pada alam.Elang tersenyum, hatinya plong rasanya, meraba pinggangnya, merasakan pedang batu giok masih menempel di kakinya."Aku butuh, warangka untuk pedangku ini," ucap Elang dan mengambil pedang tersebut dari kaki kirinya.Semua berdesir hatinya, melihat apa yang dilakukan Elang."Apa kau tak merasakan sakit pada kakimu?" tanya Sher perlahan."Kakekmu Shang Fu pun meletakan pedang kesayangannya seperti yang kau lakukan. Dan dia tak merasakan sakit," jelas Bho. "Kau betul Bho, pedang ini yang mencari sendiri tempat yang nyamannya, tanpa menimbulkan sakit pada bagian tubuhku.""Kau pemuda yang hebat Elang, luar biasa. Pemuda yang kuat!" Puji Mae dan memeluk pemuda yang sudah dianggapnya anaknya tersebut. Rasanya tak sanggup dirinya menceritakan hal yang sebenarnya terjadi pada Jiang, ibunya."Terima

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 46. Huang Tewas Terbelah

    Sher, Mae dan Bho tak tahu dengan apa yang terjadi pada mereka. Hanya terlihat Elang yang bertarung sendirian, hologram itu semakin melemah. "Apa yang akan terjadi Ibu? Tubuh Elang semakin samar kita lihat. Apakah ini tandanya, dia dalam kepayahan?""Entahlah, Sher. Ibu tak tahu. Sekarang ini sudah tak bisa gunakan apa-apa lagi. Aku malah khawatir dengan pamanmu. Elang bisa kita tarik dari peredaran hologram itu. Tapi ....""Berjuang lah Elang. Aku mohon bertahan dan kalahkan musuh itu. Demi semuanya." Doa Sher.Terlihat Bho hanya bisa memandang dengan cemas. Batinnya antara menerima takdir dan membenci takdir. Seakan tuhan tak adil padanya, tapi ia harus terima dengan lapang dada.Kembali pada sosok Elang yang sudah cape luar biasa. Kini penampakan Huang betul-betul sangat menyeramkan."Kini kau melawanku, Huang yang sebenarnya, terimalah ini!!!"Kembali Huang maju dan menyerang Elang. Elang tak sia-siakan kelihaian tubuhnya, dirinya terbang ke atas, mereka bertarung di udara. Ela

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 45. Huang Tak Terima Kalah

    Elang masih tegak berdiri dalam tatapan tajamnya.Tiba-tiba,"Aku menolak tawaranmu! Aku lebih baik mati berkalang tanah diatas tanah negeriku dari pada aku menjadi pengecut dan pecundang negara."Elang berkata dengan tegas. Elang semakin menyatu dalam dimensi tersebut, tubuhnya semakin terisi oleh bayangan Shang Fu.Wusttt! Sabetan pedang milik lawan menerpa wajah pemuda tersebut. "Sudah aku duga!! Kau mata-mata itu." sungut Huang."Aku tak pernah menjadi mata-mata siapapun! Kau licik, Huang! "Blasttt! Kali ini Huang memberikan pukulan telak pada Elang. Tubuh pemuda itu langsung mundur selangkah. Pukulan itu hanya mengenai tempat kosong 'Bagus, Elang. Kau mulai bisa mengatur gerak spontan tubuhmu.' bisik paman Ho.Elang kembali menahan kakinya agar tak terjatuh, satu pukulan pada pundak Huang pun tak terelakan.Lengan baju kiri Huang robek."Sialan! Kau memang kampungan Shang Fu. Pantas saja tak ada wanita yang mau hidup bersamamu. Huh ... Ingat kau berhutang budi padaku. Posisi s

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 44. Sebuah Pertarungan

    Wajah Elang tegang sesaat, mendengar penjelasan Ho tentang siapa sebenarnya Huang. "Dia musuh dalam selimut, dia yang menggulingkan jabatan kakekmu, Bahkan Shang Fu mendapatkan fitnah dari istri Huang, yang berakibat dirinya diusirnya dari kota ini." Ho masih menerawang jauh ke masa silamnya."Bedebah itu yang kau serang waktu ada di tanah keramat, dan kau berhasil membuat kedua istri Huang yang berbentuk kelelawar raksasa itu terluka berat. Entah bagaimana nasib monster jelek itu," timpal Bho dengan geram.Ada rasa amarah dalam diri Elang tentang masa lalu kakeknya yang tersingkirkan oleh lelaki jahat bernama Huang."Aku akan menghadapi dia." Elang semakin mantap dengan tekadnya."Aku punya rencana." Lalu Ho mulai berdiskusi dengan mereka."Kau masih ingat semua kejadian itu Bho? Kaulah saksi satu-satunya atas pertarungan mereka." tanya Ho melihat pada Bho."Iya, akan aku coba mengingatnya, saat itu ..." Bho menceritakan kejadian itu dengan runtut. "Sayang sekali aku dan Sher tak b

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 43. Sebuah Keajaiban

    Mata giok hitam itu bersinar tertimpa sinar matahari. Sinarnya berpencar ke segala arah. Karena permukaannya yang berbentuk prisma tak beraturan. Giok itu tertancap pada salah satu batang pohon tersebut. Pantas saja setiap matahari tepat di tengah gunung ini terlihat bersinar. Orang yang memandangnya mengira bahwa gunung itu adalah tempat para dewa. Setelah lama bertahun-tahun barulah tahu, bahwa sinar itu terpancar dari pantulan batu giok hitam milik Shang Fu. Batu ini lah yang ditakuti oleh Huang hanya pedang milik panglima perang itu yang dapat membelahnya. Karena ketakutannya, maka mata pedang itu yang merupakan batu giok itu ia buang hingga menancap pada batang pohon tua ini selama puluhan tahun. Saat itulah kekalahan berpihak pada Shang Fu, dan naasnya, Huang tak bisa kembali kepada bentuk semula sebagai manusia, ia harus menunggu 30 tahun. Huang menjadi monster mirip naga yang tinggal di dinasty yang hilang, perwujudannya sangat menyiksanya. Kekuasaannya menjadi berantakan oleh

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 42. Mencari Batu Giok Hitam Yang Asli

    Semburat pagi mulai menembus daun-daun pinus yang berembun. Suasana kembali tenang. Udara segar langsung terasa. Hutan yang penuh dengan efek kesehatan yang bagus. Tenang tapi menghanyutkan.Tak lama, tangan Mae bergerak pelan! "Ibu," panggil Sher pelan dan mengelus pipi ibunya yang masih dalam pelukannya."Ah, badanku sakit semua. Kau kah itu Sher?" Mae langsung menatap wajah anaknya penuh bahagia.Sher mengangguk sambil tersenyum bahagia. Segera diraihnya wajah yang dirindukannya itu, mengecupnya berulang kali, lalu memeluknya erat."Ho, adikku yang baik, terima kasih. Bila tak ada kau. Aku tak akan kembali." Senyum merekah menghiasi wajah lesu Mae. Pandangan Mae tertuju pada sosok anak kecil yang masih juga belum siuman."Elang?""Dia sedang tertidur, lelah dan lapar membuatnya begitu. Tapi ini belum usai Mae.""Aku tahu." Ditatapnya wajah anak kecil tersebut, "Dia dehidrasi, bibirnya pucat.""Ini lebih baik, aliran darahnya sudah aku normalkan. Semoga saja ia bangun dari komanya

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 41. Penyelamatan Mae

    Ho langsung berada di dimensi yang lain. Tubuhnya langsung bersembunyi diantara gundukan batu. Tempat ini mirip sekali dengan goa yang sudah sangat lapuk. Bau busuk dan amis lebih dominan, bukan aroma tanah ataupun akar pohon yang banyak menjuntai dari atas. Matanya beredar cepat mencari sosok kakaknya, karena Mae sudah menjadi bagian dari mereka, Ho tak bisa mencium dan mengendus aroma tubuhnya.Perlahan kakinya melangkah menyusuri tempat tersebut. Mata emas Ho sudah kembali sempurna, maka ia bisa menggunakan mata itu. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada segerombolan mahluk dalam balutan kain rombeng, mereka mencicit, meludah bahkan di sudut ruangan ada yang sedang berkelahi. Tempat mereka sangat berantakan, belatung, dedaunan kering berserakan dan sangat menjijikan."Aku mencium sesuatu! Ada manusia di sini!" ungkap salah satu dari mereka dan berjalan sambil menghirup udara."Baunya sangat kuat." timpal yang lain.Sesaat dua mahluk yang berkelahi tadi terhenti, dan mereka mulai me

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 40. Sher Kembali!

    Malam ini menjadi malam penuh epik, Ho terus memeriksa Elang, totokan ringan pada pergelangan tangannya membuat Elang tersadar kembali, masih dalam keadaan sangat lemas karena perjalanan dalam keadaan perut kosong, kelelahan jiwa dan raga. Ho kembali memeriksa dada pemuda itu, mengapa Ho begitu peduli pada pemuda ini? Karena dialah inti dari semua ini. Perlahan Elang mulai bangun dan megangi tangannya, dengan sadar langsung tahu siapa orang di hadapannya."Paman Ho, syukurlah kalian datang, tolong Sher, cepat." Suaranya lemah hampir berbisik."Tenangkan dirimu, Elang, aku butuh tenagamu, pejamkan matamu, aku akan ambil mata emasku, ini tak akan sakit." Paman Ho mulai merapal mantranya, hanya sebentar saja, mata emas milik Ho sudah kembali. Elang tersadar dan langsung membuka matanya perlahan."Paman, maafkan lah aku.""Tenang, jangan banyak bicara, aku mau dampingi kakakku dahulu, jagalah raga kami."Elang mengangguk lemah.Lalu, tangan Ho, segera meraih tangan Kakaknya, kekuatannya k

  • Kembalinya Kesatria Pedang Giok Hitam   Bab 39. Sebuah Kefatalan

    Pemuda berwajah keras itu menggenggam erat gagang pedang milik kakeknya, kini kesadarannya sedikit pulih perlahan. Mencoba mendekati Bho dan Sher. Memeriksa keduanya, Bho bersuhu tubuh panas, dan tubuh Sher terasa dingin, bibirnya sudah mulai memburu, Elang mendesah panik, mengapa tak disadari hal seperti ini, pikirnya menyesal. Lalu apa yang harus dilakukannya, tak ada kain tebal untuk menyelimutinya, bahkan meminta bantuan pun tak bisa, mereka terlalu masuk ke dalam hutan. Tiba-tiba, Brak!! Gedebuk! Terdengar benda jatuh dengan kerasnya. Elang segera waspada. Matanya langsung mengawasi area sekitar, keringat dingin mulai keluar, memang dirinya yang penakut mulai menjalari pikirannya."Jangan takut ,Elang. Jangan takut, semua butuh bantuan mu." Pemuda itu menyemangati dirinya sendiri.Benda yang jatuh itu adalah dua tubuh renta dari Ho dan Mae, mereka tak selincah dulu, Mae nampak cemberut saat tubuh Ho menimpa kakinya."Sudah aku bilang, aku tak mau kau buat uji coba teleport-mu, ka

DMCA.com Protection Status