All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 171 - Chapter 180
218 Chapters
171. Part 3
Namun, tidak seperti orang yang sedang bersemadi pada umumnya, pemuda bercelana panjang warna merah itu melakukan semadi di atas rimbunan daun pohon! Beberapa ranting kecil yang menopang tubuhnya tak melengkung ataupun patah. Agaknya, si pemuda memiliki ilmu peringan tubuh yang cukup bisa diandalkan.Dia adalah Bancakluka, putra Kepala Suku Asantar yang lebih dikenal dengan sebutan Baulau. Sebagai putra Baulau Asantar, Bancakluka mempunyai hak untuk menggantikan kedudukan ayahnya yang bernama Bancakdulina. Dan menurut rencana yang telah disepakati Bancakdulina dengan seluruh warga suku, Bancakluka akan menggantikan kedudukan baulau pada malam bulan purnama depan, mengingat Bancakdulina sendiri sudah lanjut usia. Tapi sebelum dilakukan upacara adat penyerahan kedudukan kepala suku itu, Bancakluka wajib memperlihatkan kemampuan ilmu bela dirinya di hadapan seluruh warga Suku Asantar. Apabila Bancakluka dianggap kurang cakap, maka kedudukan baulau akan digantikan warga Suku Asan
Read more
172. Part 4
"Huing...! Huing...!"Anjing berbulu hitam mendengking. Lidahnya terjulur makin panjang. Terus mengendus dan menjilati wajah si kakek yang tak lain dari tuannya. Kakek itu tengah tergolek lemah seperti sudah tak punya nyawa. Dia mengenakan baju kuning keemasan. Bercelana longgar warna hijau daun. Rambutnya putih meletak. Namun demikian, tubuhnya masih tampak sehat dan tegap. Dia adalah Bancakdulina, baulau atau kepala Suku Asantar."Huing...! Huing...!"Mendengking lagi anjing berbulu hitam. Karena Bancakdulina tak segera bangun, anjing gemuk dan bertenaga kuat itu menggigit kain baju si kakek. Lalu, dia bergerak mundur, hingga terseretlah tubuh Bancakdulina.Bruk...!"Uh...!"Tak ayal lagi, tubuh Bancakdulina jatuh dari pembaringan. Mengeluh kesakitan dia karena tulang bahunya membentur lantai papan yang cukup keras. Mata si kakek memicing sebentar, tapi dia segera terlelap kembali. Sepertinya, kepala suku itu terserang rasa kantuk yang ama
Read more
173. Part 5
Muncul tiupan angin puting beliung lagi. Namun, kali ini tiupan angin itu lebih kuat dari angin ciptaan Bancakluka. Akibatnya, dua putaran angin puting beliung yang mempunyai kekuatan sama dahsyat berbenturan.Blammm...!Terdengar ledakan keras menggelegar. Tubuh Bancakluka jatuh bergulingan di tanah. Walau begitu, nyawanya malah selamat karena tubuh si pemuda tak jadi terbawa putaran angin puting beliung ciptaan Sasak Padempuan.Suasana jadi sunyi senyap.Tak ada lagi suara gemuruh. Putaran angin puting beliung lenyap. Beberapa batang pohon tumbang. Sebagian telah terlontar entah ke mana. Permukaan tanah yang semula. rata terlihat jadi banyak kubangan. Berseru girang Bancakluka melihat kedatangan seorang kakek berambut putih meletak bersama seekor anjing berbulu hitam."Sangkuk...!" ucap Bancakluka, menyebut panggilan seorang ayah."Ya, Anakku. Memang aku yang datang. Syukurlah kau selamat!" sahut kakek berambut putih meletak yang tak lain
Read more
174. Part 6
"Aku Sasak Padempuan. Adalah keturunan Umpak Padempuan. Para dewa di jagat raya memperdengarkan keinginanku. 'Sihir Peruntuh Gunung' akan menunjukkan kehebatannya. Pecahkan kotak kayu di hadapanku! Hom asantarnas... "Tapi... sebelum Sasak Padempuan menyelesaikan kata-kata kunci ilmu sihirnya, mendadak sesosok bayangan hitam menerkam tubuhnya dari belakang"Hhauuung...!""Aargh...!"Memekik kaget Sasak Padempuan. Tubuhnya jatuh bergulingan di tanah berdebu. Yang menerkamnya ternyata seekor anjing berbulu hitam pekat. Jana!Untung, anjing itu cuma bermaksud menjatuhkan Sasak Padempuan. Dia tidak bermaksud menggigit ataupun mencakar tubuh si pemuda. Namun demikian, terkaman anjing itu telah menggagalkan niat si pemuda yang hendak mengeluarkan ilmu 'Sihir Peruntuh Gunung'."Keparat kau, Anjing Buduk!"Setelah mengumpat, Sasak Padempuan tak mempedulikan lagi sosok Jana yang berdiri dengan mata bersinar garang. Si pemuda memutar pandangan
Read more
175. Part 7
Tubuh Sasak Padempuan langsung jatuh bergulingan di tanah karena serudukan kepala Jana tepat menerpa punggungnya."Anjing buduk keparat!" geram Sasak Padempuan dengan sorot mata berkilat, langsung meloncat bangkit."Haung...!"Jana balas menatap. Sorot matanya tak kalah berkilat. Melihat dua orang tuannya tergeletak tanpa daya, amarah anjing bertubuh besar itu memuncak. Setelah meraung panjang, dia menyeringai dingin memperlihatkan taring-taringnya yang runcing bak mata panah. Sekali lagi, dia menerjang ganas. Kali ini kedua cakarnya bergerak cepat untuk merobek-robek tubuh Sasak Padempuan!"Haung...!""Jahanam! Mati saja kau!" seru Sasak Padempuan seraya mengegos tubuhnya ke kiri. Terkaman Jana tak mengenai sasaran. Saat tubuh anjing berbulu hitam pekat itu masih melayang di udara, mendadak Sasak Padempuan meloncat. Telapak tangan si pemuda berkelebat luar biasa cepat, memperdengarkan suara berkesiur keras.Lalu.... Prak...!"Huiing,
Read more
176. Part 8
"Untuk apa aku pergi? Aku mau menolong orang, tahu!" sahut Baraka tak kalah garang, namun lagaknya malah terlihat seperti orang berotak amat bebal."Jahanam! Tak mau diberi hati, kau memang lebih baik mati!"Melihat Sasak Padempuan hendak menerjang, Bancakluka yang tergeletak di belakang Baraka berteriak, "Bawalah benda itu pergi! Cepat!"Tanpa menoleh, Baraka menjawab. "Tenang-tenang sajalah. Apa kau tidak ingin melihat seorang pencuri dihajar?"Mendesah panjang Bancakluka mendengar ucapan Pendekar Kera Sakti yang tampak begitu yakin akan kemampuannya. Karena khawatir Sasak Padempuan dapat merebut Kitab Palanumsas yang tersimpan di dalam kotak kayu berukir, putra kepala Suku Asantar itu berteriak lagi."Jangan bodoh! Di daerah ini, ilmu sihir Suku Asantar adalah yang terhebat! Kau akan mati konyol bila berhadapan dengan pemuda itu! Lekaslah pergi! Kebodohanmu bukan hanya merugikan dirimu sendiri. Benda pusaka Suku Asantar akan hilang dicuri orang!
Read more
177. Part 9
"Api datang! Panas membakar! Tak ada yang sanggup menahannya! Juga, pemuda tolol dihadapanku ini! Hom asantarnas paranas... ramsas...!" seru Sasak Padempuan dengan kedua tangan terjulur lurus ke depan.Si pemuda lugu Baraka masih terus cengar-cengir. Dia tidak melihat adanya aliran tenaga dalam di pergelangan tangan Sasak Padempuan. Hingga, dia bisa bersikap tenang. Tapi setelah melihat ujung jemari tangan Sasak Padempuan mengeluarkan lidah-lidah api, barulah Baraka menyadari akan adanya bahaya.Wesss...!"Astaga! Aku harus melawannya dengan 'Pukulan Inti Dingin'!" cetus Baraka di balik keterkejutannya.Tanpa pikir panjang, Pemuda dari Lembah Kera itu memindahkan Suling Krishna ke tangan kiri. Sementara, tangan kanannya langsung dialiri kekuatan tenaga dalam. Hingga di lain kejap, pergelangan tangan Baraka berubah warna menjadi putih berkilat!"'Pukulan inti Dingin'...!" seru Baraka seraya menghentakkan telapak tangan kanannya. Melesat gumpalan sal
Read more
178. Part 10
Bertolak belakang dengan Sasak Padempuan. Menggeram marah dia. Sambarannya hanya mengenai angin kosong. Karena kelebatan tubuhnya diliputi hawa amarah, membuat pemuda itu kurang hati-hati. Hingga, si pemuda tak dapat lagi mengendalikan gerak tubuhnya. Dan, jatuhlah dia terguling-guling!Sumpah serapah dan kata-kata kotor lainnya segera menyembur dari mulut Sasak Padempuan. Namun dengan tenang, Bancakdulina menyahuti...."Sasak Padempuan..., tak perlu kau teruskan niatmu yang ingin memiliki Kitab Palanumsas. Mengingat kau keturunan Umpak Padempuan, bolehlah kau kuberi ampunan atas kesalahanmu ini. Pergilah! Jangan sekali-sekali menginjakkan kaki di Perkampungan Suku Asantar!""Sangkuk...," sergah Bancakluka. "Dia tak boleh pergi begitu saja. Lihat itu!"Bancakdulina mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjukkan Bancakluka. Kontan bola mata kakek yang wajahnya telah dipenuhi kerutan itu melotot besar. Dia melihat anjing piaraannya, Jana, telah mati denga
Read more
179. Part 11
"Di mana pemuda itu?" sahut Bancakdulina, menanyakan Pendekar Kera Sakti.Dengan napas yang masih megap-megap, Bancakluka mengedarkan pandangan. Demikian pula dengan Bancakdulina. Ketika melihat tubuh Pendekar Kera Sakti yang terbaring tak bergerak di tanah, seperti diberi aba-aba Bancakluka dan ayahnya merangkak menghampiri bersamaan."Pendekar Kera Sakti! Pendekar Kera Sakti!" teriak khawatir Bancakluka"Uh! Siapa memanggilku?" sahut Baraka seraya bangkit duduk."Kau... kau tidak apa-apa, Anak Muda?" tanya Bancakdulina."Tidak apa-apa bagaimana? Napas ku hampir putus.... Untung, aku tidak mati..."Wajah Baraka menegang kaku seperti menyimpan kejengkelan di hati. Namun mendadak, dia tertawa terkekeh-kekeh."He he he.... Lihat itu! Lihat itu! Pemuda itu jadi patung salju! He he he...."Bancakluka dan ayahnya langsung mengarahkan pandangan ke arah tudingan Baraka. Mereka melihat tubuh Sasak Padempuan yang masih berdiri tegak ter
Read more
180. Ratu Sihir Tercantik
DI SEBUAH kamar berdinding papan berlabur warna kuning gading, Baraka duduk terpekur di hadapan jendela. Matanya tak berkedip menatap tangkai-tangkai daun pohon pisang yang bergerak melambai tertiup angin. Pemuda dari Lembah Kera itu duduk di kursi rotan.Kedua tangannya menimang dua benda mustika. Suling Krishna dan cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa'. Tanpa mengalihkan pandangan dari tangkai-tangkai daun pohon pisang, Baraka meletakkan Suling Krishna ke meja yang terletak di sisi kanan jendela. Sejenak, ia menimang lagi cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa'. Cermin ajaib milik Ratu Perut Bumi itu hanya selebar telapak tangan. Berbentuk persegi empat. Keempat sisinya berukir indah seperti ukiran cermin putri istana."'Terawang Tempat Lewati Masa'...," gumam Baraka. "Untung, cermin ajaib milik Ratu Perut Bumi ini tidak hilang ketika aku jatuh tercebur ke Sungai Simandau. Untung sekali. Ya! Aku memang masih memiliki peruntungan bagus...."Pemuda lugu itu tampak m
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
22
DMCA.com Protection Status