Semua Bab Mantan Kekasihku Menjadi Bosku: Bab 91 - Bab 100

119 Bab

Bab 91 Tamu Tidak di Undang

"Nin, kamu dari mana saja? Kenapa baru pulang?"Nindy segera membalik tubuhnya ke belakang usai mendengar pertanyaan ibunya. "Itu, Ma ... tadi Nindy habis pergi ke ..."Melihat Nindy tampak kebingungan menjawab pertanyaannya, Ibu Nindy seketika memicing. "Jangan bilang kamu habis dateng ke acara pernikahan mantan kamu?"Wajah Nindy seketika menegang. Namun, secepat kali dia menarik senyuman lebar agar ibunya tidak menyadari perubahan di wajahnya. "Nggak, Ma. Tadi Nindy minta anter sama Dimas ke rumah Rere."Rere adalah teman kuliah Nindy yang satu jurusan dengannya."Kamu nggak bohong, kan?" Tatapan Ibu Nindy semakin memicing ke arah anaknya."Nggak, Ma. Beneran.""Ingat, ya, Nin. Mama nggak mau kamu ketemu mantan kamu itu lagi. Kamu harus menjauhinya dan jangan pernah berhubungan sama dia lagi."Melihat ibunya begitu tidak menyukai Billy, Nindy semakin ragu untuk memberitahukan mengenai hubungan mereka. Terlebih ibunya sudah salah paham pada Billy dan mengira kalau kekasihnya itu sud
Baca selengkapnya

Bab 92 Menyerahkan Diri Pada Billy

Warning...!!!! Part ini hanya untuk yang usianya di atas 18+. Adegan di dalamnya TIDAK untuk DITIRU ataupun DICONTOH ...!!!!! Rate khusus 18+, selain usia itu dilarang keras mengintip, apalagi membaca ..!!! ======================= Sementara itu di kamarnya, Nindy tiba-tiba menjadi cemas ketika panggilan vidio mereka tiba-tiba terputus. Saat mencoba melakukan panggilan vidio lagi, ponsel Billy sudah tidak aktif. Pikiran buruk pun mulai bermunculan di kepalanya, terlebih ketika mengingat perkataan Shela sebelum panggilan terputus. "Lepas, Shel!" ujar Billy sambil mendorong tubuh Shela menjauh. "Jangan sembarangan memelukku." Tiba-tiba saja Shela tertawa. "Kenapa kamu dorong aku? Memangnya kamu nggak tertarik sama tubuh aku?" Setelah mengatakan itu, Shela mulai menurunkan kerah gaunnya yang lebar sampai sebatas bahu. "Aku bakal kasih kamu semuanya, asalkan kamu mau menikah sama aku." Billy tiba-tiba menutup hidungnya ketika mencium aroma alkohol yang sangat kuat dari mulut S
Baca selengkapnya

Bab 93 Penjelasan Billy

"Kenapa diam aja? Kamu nggak mau masuk?" Billy menatap heran pada Nindy yang sejak tadi hanya berdiri di dekat pintu setelah dia masuk ke dalam apartemennya. "M-mau," jawab Nindy tergagap. Dia kemudian melangkah masuk dengan pelan sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tidak ada yang berubah dari apartemen Billy. Semuanya masih sama seperti yang dulu. Tidak terasa sudah 6 tahun dia tidak ke sana. Terakhir kali dia menginjakkan kaki di apartemen itu adalah seminggu sebelum keduanya putus. "Jadi, kamu tinggal di sini sekarang?" tanya Nindy, masih memperhatikan setiap sudut ruangan tamu. "Ya. Setelah pulang dari Singapore, aku tinggal di sini." Sambil menjawab Billy berjalan menuju ruangan santai diikuti Nindy di belakangnya. "Kenapa tinggal di sini? Kenapa nggak tinggal di rumah orang tua kamu?" Billy berhenti sejenak, lalu membalik tubuhnya menghadap Nindy. "Karena di sini banyak kenangan kita berdua." Tatapan keduanya beradu, ingatan keduanya seketika melayang pada
Baca selengkapnya

Bab 94 Cincin Milik Nindy

Nindy pun tidak bertanya lagi dan memutuskan untuk mengikuti langkah Billy menuju kamarnya. Tiba di kamar, Billy meminta Nindy untuk duduk di tepi ranjang. Meskipun ragu, Nindy tetap menuruti perkataan kekasihnya. Billy tampak membungkuk di depan nakas, lalu mengeluarkan sebuah kotak beludru dengan ukuran sedang yang dihiasi sebuah pita berwarna merah. "Ini untuk kamu," ucap Billy setelah duduk di sebelah Nindy. "Ini apa?" Billy tersenyum lembut, kemudian berkata, "Buka aja." Dengan wajah ragu, Nindy mengambil kotak beludru berukuran besar itu dari tangan Billy, kemudian membukanya perlahan. Matanya membelalak ketika melihat isi di dalamnya. Sebuah kalung berlian yang memiliki desain unik yang sudah pernah Nindy lihat sebelumnya. Kalung itu adalah kalung yang pernah Billy beli bersamanya saat di mal Surabaya. Namun, yang membuat Nindy bingung, kenapa Billy memberikan kalung itu padanya. "Ini bukannya kalung waktu itu? Kenapa kau kasih aku? Bukannya kamu mau kasih buat Shela?"
Baca selengkapnya

Bab 95 Rencana Kencan

“Aaaww!” “Sakit?” Billy menatap Nindy dengan wajah bersalah ketika melihatnya meringis. “Sedikit," jawab Nindy, "pelan-pelan. Jangan dipaksa.” “Maaf, Sayang. Aku tambahin sabun dulu.” Setelah mengatakan itu, Billy meraih sabun cuci tangan, kemudian menuangkan ke jemari kiri Nindy, lalu mencoba melepaskan cincin yang melingkar di jari manis Nindy untuk ketiga kalinya secara perlahan. “Akhirnya bisa lepas juga.” Billy tersenyum, kemudian menghidupkan air keran dan membilas tangan Nindy dengan gerakan pelan. Setelah selesai, Billy mengajak Nindy untuk keluar dari kamar mandi dan kembali ke ruangan santai. Apartemen Billy terdiri dari ruangan tamu, ruangan keluarga, ruangan santai dekat balkon samping, dapur yang menyatu dengan ruang makan, 1 kamar utama, dan 1 kamar tamu yang dilengkapi dengan kamar mandi dalam. “Ini kamu simpan aja,” ucap Billy sambil menyerahkan cincin yang tadi tersemat di jari manis Nindy setelah keduanya duduk di sofa ruangan keluarga. “Kenapa nggak d
Baca selengkapnya

Bab 96 Siapa Airin

"Sambil nunggu hujan reda, bagaimana kalau kita nonton?" tawar Billy setelah keduanya duduk di sofa ruangan santai."Boleh, biar aku aja yang pilih filmnya." Dengan gerakan cepat Nindy meraih remote, kemudian menyalakan televisi berukuran sangat besar yang ada di hadapan mereka."Tapi, jangan nonton horor atau thriller lagi kayak waktu itu. Nanti kamu jadi penakut."Wajah Nindy tiba-tiba memerah diingatkan kejadian waktu di hotel Billy. "Ya, udah. Nonton yang lain aja."Sambil menunggu Nindy memilih film yang akan mereka nonton, Billy pergi ke dapur mengambil minuman kemasan, buah, snack dan camilan yang ada di kulkas untuk menemani mereka menonton nanti."Udah ketemu filmnya?"Billy kembali ke ruangan santai dengan membawa banyak makanan."Udah." Nindy segera bangkit dan membantu Billy meletakkan makanan dan minuman di atas meja."Kamu di sini aja, aku ambil makanan yang lain dulu."Selesai mengambil minuman dan makanan yang masih tersisa di dapur, Billy duduk di sebelah Nindy. "Jadi
Baca selengkapnya

Bab 97 Makan Malam di Pinggir Pantai

Billy tidak langsung menjawab, melainkan terdiam selama beberapa detik dengan pandangan lurus ke depan. "Dia ..."Billy menunduk sesaat, kemudian menoleh pada Nindy. "Temanku."Jika memang itu hanya teman, kenapa Billy butuh waktu lama untuk menjawabnya. Pasti ada sesuatu di antara mereka berdua."Teman kuliah kamu waktu kuliah di Singapore?" tanya Nindy lagi."Bukan. Waktu kuliah di Jakarta."Melihat Nindy mengernyit, Billy seolah tahu apa yang sedang di pikirkan kekasihnya. "Dia mahasiswa pindahan. Tidak lama setelah kamu pergi, dia masuk ke kampus kita.""Jadi, kalian kenal sejak saat itu?""Ya. Ternyata, orang tuanya kenal dengan mama. Mereka berteman baik. Dia sempat tinggal selama satu bulan di rumah aku waktu baru pindah Jakarta."Ketika mengetahui itu, ada perasaan tidak jelas yang mengusik hatinya. "Jadi, kalian mulai dekat setelah itu?""Ya. Dia yang ..." Tiba-tiba saja ucapan Billy terhenti dan itu membuat Nindy semakin merasa kalau ada yang disembunyikan oleh kekasihnya. "
Baca selengkapnya

Bab 98 Desakan Billy

Dengan wajah panik, Nindy menoleh pada Billy yang masih duduk di atas motor. Dia ingin meminta Billy segera pergi, tapi Ibunya sudah lebih dulu melihatnya. "Mama, baru pulang?" Nindy segera menghampiri Ibunya sebelum mencapai dirinya. Dia harus bergegas mengajak Ibunya masuk sebelum dia bertanya mengenai Billy. Beruntung, Billy sedang mengenakan helm yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Jadi, Ibunya tidak tahu siapa pria yang sedang berada di atas motor. "Iya, kamu ngapain di sini?" "Nindy baru pulang, ini mau masuk ke dalam," jawanya seraya mengapit lengan Ibunya. "Ayo, kita masuk Ma. Uda malem." Ketika Nindy akan menarik Ibunya masuk ke dalam, tiba-tiba saja Gauri menahan tangan putrinya, kemudian menoleh pada Billy yang sejak tadi masih berada di atas motor. "Itu siapa? Temen kamu?" Wajah Nindy seketika menegang, dia menoleh pada Billy dengan jantung yang berdebar kencang. "Itu ... sebenarnya dia ..." Belum selesai Nindy berbicara, tiba-tiba saja Billy turun dari motor sp
Baca selengkapnya

Bab 99 Permintaan Maaf Shela

"Bill, kamu udah datang?"Amara menyambut putranya dengan senyuman ketika melihatnya memasuki ruangan keluarga."Shela udah nunggu kamu dari tadi," tambahnya lagi.Bukannya menanggapi ucapan ibunya, Billy justru menatap Shela yang sedang duduk di sofa yang bersebelahan dengan ibunya."Ngapain kamu ke sini? Bukannya aku udah bilang jangan pernah ganggu aku lagi."Saat dia akan pulang ke apartemennya tadi, Shela tiba-tiba menelponnya dan mengajaknya bertemu, Billly langsung menolanya. Namun, Shela mengatakan kalau dia sudah berada di rumahnya dan akan menunggu Billy sampai datang."Bill, kamu kok ngomongnya kasar banget sama Shela? Walaupun, kalian nggak jadi menikah, kamu nggak boleh berkata seperti itu. Kan bisa bicara baik-baik."Billy menoleh sejenak pada ibunya, kemudian berkata, "Ma, bisa tinggalin kami berdua? Aku mau bicara hal penting sama Shela."Sengaja dia meminta ibunya untuk pergi sebentar karena dia tidak mau ibunya mendengarkan permbicaraan mereka."Ya, udah. Tapi, ngomo
Baca selengkapnya

Bab 100 Tidak Direstui

"Ma, sebenarnya ..."Nindy meneliti ekspresi ibunya sejenak sebelum kembali melanjutkan ucapannya."Sebenarnya, Nindy udah punya pacar."Ketika mendengar itu, Ibu Nindy tampak tercengang. Bagaimana tidak terkejut, berapa hari yang lalu anaknya itu menangis dan mengurung diri karena mantan kekasihnya mau menikah dan sekarang dia mengatakan sudah memiliki kekasih. Padahal, Dimas mengatakan kalau putrinya itu tidak dekat dengan siapa pun belakang ini, selain dengan Denis."Siapa? Denis?""Bukan, Ma. Tapi, mantan Nindy yang dulu."Usai mendengar itu, raut wajah Ibu Nindy seketika berubah. "Nindy, apa kamu udah gila??" hardiknya dengan suara tinggi. "Kenapa kamu menjalin hubungan sama suami orang? Apa kamu mau menjadi pelakor?""Ma, denger dulu." Nindy menjadi panik ketika melihat ibunya marah. "Dia belum—""Putuskan hubungan kalian sekarang juga," potong Gauri dengan cepat. "Mama nggak mau kamu menjadi orang ketiga dan perusak rumah tangga orang lain.""Ma, tapi dia nggak jadi nikah. Semu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status