Home / Pernikahan / Kontrak Pernikahan Sang CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kontrak Pernikahan Sang CEO: Chapter 11 - Chapter 20

84 Chapters

11. Topik tentang Bayi

Layla menatap Randy dengan wajahnya yang dipenuhi keterkejutan. Ia memperhatikan penampilan Randy dari atas sampai ke bawah, tampak sangat berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Teman masa SMP-nya itu telah tumbuh menjadi pemuda dewasa yang keren."Kau di sini?! Bagaimana—bukankah—?" Layla kesulitan melanjutkan kata-katanya.Layla ingat Randy harus ikut ke luar negeri bersama ibunya setelah perceraian kedua orang tuanya. Ia kehilangan kontak Randy saat ponselnya hilang dan keduanya tidak pernah berkomunikasi lagi.Lalu pagi ini, melihat presensinya di hadapannya, ia tidak menyangka mereka akan bertemu lagi setelah sekian lama."Aku ingin menemui pamanku," jawab Randy, terkekeh. Matanya ikut memperhatikan penampilan Layla dari ujung rambut hingga ujung kaki—takjub. "Kau tahu, dia akan menikah lagi bulan depan.""Benarkah?" Layla tidak bisa menahan tawanya, teringat dengan masa lalu. Paman Randy, dengan umur yang sudah memasuki usia 40 tahun, masih saja tidak bisa belajar dari kesal
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

12. Kecemburuan Olivia

Olivia menatap Arsen yang duduk bersandar di sofa sambil memejamkan mata. Senyum kecil terbentuk di bibirnya, ia meletakkan jusnya dengan perlahan di atas meja. Namun, suara dentingan kecil dari kaca yang bertemu berhasil membangunkan Arsen dari tidur-tidur ayamnya."Hei." Senyum Olivia melebar, ia melemparkan tubuhnya ke sofa di seberang Arsen."Hm," balas Arsen. Ia mengerjap-ngerjap dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku dan pegal. Pandangannya terarah ke jendela yang terbuka, menyadari bahwa hujan deras telah reda. Ia beralih ke Olivia yang menyesap jusnya dengan santai. "Jam berapa sekarang?""Jam empat sore. Kau hanya tidur sekitar 15 menit," jawab Olivia.Arsen mengangguk dan menegakkan tubuhnya. Sore ini, ia datang ke apartemen Olivia atas permintaan wanita itu. Lagi pula, sudah lama keduanya tidak bertemu secara langsung. Apalagi beberapa hari ke depan, Arsen tidak akan bisa menemui Olivia setelah rangkaian acara pernikahannya dengan Layla selesai.Empat hari lagi, pikirnya
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

13. Hari Pernikahan

Layla meremat tangannya dan menarik napas panjang berulang kali. Sesuatu terasa menekan dadanya dengan keras, membuatnya susah untuk bernapas. Ia kira, ia hanya gugup semata, tetapi ternyata lebih dari itu.Ia merasa akan pingsan.Gaun pengantin yang membalut tubuhnya tampak indah, tetapi tetap saja Layla tidak tahan untuk menatap pantulannya terlalu lama di cermin. Rambutnya digelung ke belakang dengan hiasan bunga-bunga kecil, sementara wajahnya diberi riasan pengantin yang tidak terlalu tebal.Ketika Layla menatap wajahnya sendiri, perasaannya menjadi tidak karuan. Perutnya terasa diaduk-aduk, dan ia menahan diri untuk tidak muntah.Layla mengambil waktu lebih lama dari seharusnya untuk menenangkan diri. Ketika ketukan terdengar di pintu, ia hampir melompat di tempat."Layla, Nak?" Suara ibunya terdengar.Pintu terbuka dan ibunya melongokkan kepala ke dalam. Senyum manis menghiasi bibirnya. "Sudah siap? Semua orang sudah menunggu, Sayang."Layla mengangguk dan menarik napas dalam-d
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

14. Malam Pernikahan yang Dingin

Layla duduk di tepi tempat tidur yang telah disiapkan oleh ibu mertuanya. Ia memperhatikan sekeliling ruangan yang telah dihias dengan bunga mawar merah, kemudian meregangkan tubuhnya.Tangannya membelai gaun pengantinnya dengan ringan. Ia belum berganti baju sejak kembali dari gedung tempat acara pernikahan diselenggarakan. Ia hanya menghapus riasan wajahnya dan melepas gelungan rambutnya.Seluruh tubuhnya sakit, terutama tungkainya yang pegal luar biasa. Layla seharusnya beristirahat, tetapi ia tidak mengantuk sama sekali.Seluruh keluarga tengah berkumpul di lantai bawah. Nenek Arsen baru tiba bersama Kiran. Mereka sebenarnya berniat untuk datang sehari sebelum pernikahan, tetapi jadwal penerbangan mereka mengalami penundaan.Kiran bersama sang nenek rupanya sedang mengunjungi tunangan Kiran yang sedang berada di Jepang. Katanya, mereka akan melangsungkan pernikahan tahun ini—rencananya.Pernikahan di usia muda. Sama seperti Layla. Bedanya, Kiran dan tunangannya saling mencintai, s
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

15. Sesuatu

Layla keluar dari kamar setelah mandi pagi. Suasana rumah Arsen tampak sepi, tetapi ketika ia menginjakkan kaki di lantai satu menuju ruang makan, riuh rendah percakapan keluarganya sayup-sayup terdengar.Di meja makan, ia melihat ibunya, mertuanya, nenek Arsen, Kiran, juga suaminya yang tengah menyantap sarapan.Suaminya.Kata itu masih agak asing di telinganya.Mereka telah sah menjadi suami-istri sejak kemarin, tetapi rasanya tidak ada yang berubah.Layla berjalan mendekat dengan suara pelan, tetapi ketika menginjakkan kaki di ambang pintu ruang makan, atensi semua orang langsung tertuju padanya. Mereka tersenyum manis—kecuali Arsen yang menunduk—dan Layla balas tersenyum."Ah, sudah bangun, Sayang?" Ibu mertuanya berdiri dari kursi dan menghampiri Layla dengan wajah ceria. Ia segera menuntun gadis itu menuju meja makan. "Maaf tidak membangunkanmu Nak, kami pikir kau butuh istirahat.""Tidak apa-apa, Ibu."Layla duduk di kursi dan menyapa ringan semua orang. Ibunya menyodorkan sepi
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

16. Olivia Mabuk

"Arsen melakukannya dengan lembut 'kan, Sayang?"Layla hampir menyemburkan tehnya keluar mendengar pertanyaan itu. Ia menatap ibu mertuanya yang tersenyum lembut, bingung harus menjawab apa. Ia tahu bahwa ibu mertuanya bertanya seperti itu semata-mata karena mengkhawatirkannya, tetapi tetap saja rasanya memalukan. Mereka bahkan tidak melakukannya.Apa yang harus ia katakan?"Jangan bertanya begitu, Arinda. Coba lihat, Layla jadi malu," sahut nenek Arsen. Layla langsung menghela napas lega. Ia menatap Layla dengan senyum penuh kasih sayang.Arinda tersenyum kecil dan mengusap punggung tangan Layla. "Aku hanya khawatir, tapi baiklah. Ibu minta maaf, kalau begitu?"Layla buru-buru menggeleng. "Ah, tidak apa-apa, Ibu.""Ya sudah, ayo habiskan tehnya, Nak."Layla mengangguk dan meraih cangkir tehnya yang masih mengepul. Sore ini, setelah membersihkan rumah, mereka bertiga memutuskan untuk minum teh di halaman belakang sembari mengobrol ringan.Rencananya, Layla berniat pulang ke rumah oran
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

17. Pemotretan

Layla menghela napas panjang.Sepertinya ia terlalu banyak menghela napas hari ini sampai-sampai Arsen menatapnya dengan cemas. Pria itu sepertinya ingin bertanya, tetapi diurungkan melihat Layla yang memalingkan wajah.Pagi ini, mereka akan berkunjung ke perusahaan keluarga Arsen: Sergio Industri.Ibu mertuanya telah mendadaninya dengan gaya formal. Layla memakai dress yang diberikan, rambutnya diikat ke belakang, lalu wajahnya diberi riasan tipis. Ia biasanya tidak suka memakai sepatu dengan hak tinggi, tetapi hari ini ia harus memakainya.Ketika ia menatap pantulannya di cermin, hanya ada dua kata yang menggambarkan penampilannya: mewah dan berkelas.Ibunya cenderung mendandaninya dengan manis seperti kebanyakan remaja—sesuai dengan umurnya. Tetapi ibu mertuanya, dia telah mendandani Layla dengan gaya dewasa seolah ia adalah seorang istri dari politikus terkenal. Atau dekat dengan itu.Arsen adalah seorang direktur dan mungkin beginilah cara berdandan yang ibu mertuanya inginkan. M
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

18. Kecurigaan

Layla dan Olivia sama-sama terdiam di tempat, dengan tatapan terkunci satu sama lain.Ketegangan di antara mereka seperti senar biola yang digesek dengan tajam dan seolah akan putus sewaktu-waktu.Mata Olivia dengan terang-terangan meneliti penampilan Layla dari atas sampai ke bawah. Kemudian, wajahnya yang datar berubah menjadi meremehkan. Salah satu sudut bibirnya terangkat, mengejek Layla untuk sesaat sebelum dia tertawa hambar.Layla tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap Olivia. Wanita itu perlahan mendekat, lalu berhenti cukup dekat di hadapannya. Tinggi mereka nyaris sejajar, Layla lebih tinggi beberapa sentimeter. Olivia mendengus pelan dan menatap ke dalam iris cokelat si gadis."Siapa sangka pertemuan pertama kita harus berlangsung di toilet? Sangat tidak elegan," kata Olivia dengan suara yang sengaja dimanis-maniskan. Ia tertawa kecil dan mengibaskan rambutnya ke belakang. "Melihatmu secara langsung, ternyata kau cantik juga ya. Hanya saja tidak cocok dengan Arsen-ku."
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

19. Pergi ke Rumah Baru

Layla menyesap tehnya dan menatap pintu yang tertutup. Ia lalu melirik Arsen yang mengaduk-aduk tehnya tanpa minat.Ia tidak bisa berhenti memikirkan interaksi Olivia dan ibu mertuanya beberapa menit yang lalu. Ia semakin yakin kalau asumsinya memang benar. Ibu mertuanya tidak menyukai Olivia dan Arsen juga tahu hal itu. Tetapi Arsen tidak mengatakan apa-apa untuk membantah ibunya ketika Olivia disuruh keluar.Ia menduga-duga apa alasannya.Sisa hari itu berakhir dengan pembicaraan serius mengenai keuntungan perusahaan yang meningkat drastis bulan ini. Layla tidak terlalu mengerti dengan hal-hal yang berkaitan dengan bisnis, tetapi ia bisa menangkap bahwa ibu mertuanya berniat untuk memperluas cabang hingga ke luar negeri.Pada pukul empat sore, mereka akhirnya kembali ke rumah. Kaki Layla pegal bukan main, tumit dan jarinya perih karena sepatu hak tinggi yang dipakainya.Ia duduk di tepi tempat tidur dan meregangkan kakinya. Seharusnya ia langsung mandi, tetapi ia mendadak teringat d
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

20. Keraguan Layla

Arsen membawa Layla untuk menjelajahi rumah sore itu. Desain rumahnya agak mirip dengan rumah orang tua Arsen, suasananya juga tenang dan asri. Ada banyak tanaman hijau yang disusun di halaman depan dan beberapa sudut rumah.Di halaman belakang, ada danau buatan dan bangku panjang untuk bersantai. Seluruh sisi rumah dikelilingi oleh tembok pembatas. Rumah ini sudah lama dibangun, sekitar setengah tahun yang lalu.Layla pikir, rumah ini mungkin Arsen buat untuk ia tempati bersama Olivia.Pria itu terlihat agak pendiam sore ini. Layla bertanya-tanya apa karena Arsen sedang memikirkan Olivia?Sesuai apa yang mereka bicarakan sebelumnya, Layla menempati lantai dua dan Arsen lantai satu.Layla merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah menempatkan beberapa pakaiannya ke dalam lemari. Tubuhnya terasa pegal, jadi ia berniat untuk berendam air hangat. Layla bangun dengan malas dan memperhatikan sekeliling kamarnya yang luas.Tempat tidurnya ditempatkan di depan jendela besar yang mengarah lang
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status