Mata Safir beralih menatap dua orang yang baru saja datang. Tatapan mereka tampak seperti ingin menguliti harga dirinya. Seolah, dirinya yang hina ini akan sangat tidak tahu diri jika memilih tetap bersama sang suami."Gara-gara kamu semua ini terjadi! kalau aja, sedari awal aku memilih menggugurkan saja anak ini, atau aku membesarkan sendiri tanpa campur tangan orang lain, mungkin rasa bersalah yang kualami tidak sebesar sekarang. Kamu, telah memberi harapan padaku, bahwa kita akan membesarkannya bersama-sama. Namun, hanya dalam sekejap, kamu meluluhlantakan asaku dan anak ini." Safir menghala nafas ngilu, bukan ini yang dia inginkan tapi, sakit yang dialaminya mungkin saja di masa depan akan lebih menyakitkan, jika ia tetap memilih egois. Kei hanya menyimak mendengar uneg-uneg sang istrinya. Hatinya juga perih mendengarnya. Tapi, ada sesuatu yang menahannya untuk membiarkan langkah apapun yang akan diambil Safir, ia akan menyetujui. Mungkin, wanita itu juga tersiksa berada di sisin
Read more