Beranda / Romansa / Tertawan Masa Lalu / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Tertawan Masa Lalu: Bab 11 - Bab 20

42 Bab

Bab 11

"Iya. Kenalkan, Indana Maheswari." Utsman memperkenalkan Indana kepada Saddam. Indana pura-pura menangkupkan kedua tangan di dada seperti orang yang baru pertama kenal. Perempuan itu tersenyum getir."Saddam," ucapnya memperkenalkan diri dengan nada dingin. Khas suaranya yang perempuan itu kenal. Membangkitkan kembali memori usang yang telah lama dikubur dalam-dalam. Tatapan mata Saddam setajam elang. Kali ini, pemuda itu menatap Indana lebih tajam daripada yang biasa dia lakukan dulu. Saddam melanjutkan, "Ngomong-ngomong, kenapa jadi kaku banget, sih, manggil Pak Pak segala. Biasa juga Bro Bro Bro Bro," kelakar Saddam diikuti gelak tawa Utsman. Indana mengernyitkan kening diliputi tanda tanya besar. Jika sudah senyaman itu cara bicara mereka, apakah artinya selama ini mereka berteman? Indana menggeleng keras dan sekuat tenaga menampik prasangka itu."Biar jaim aja sama calon istri." Utsman terkekeh sambil melirik Indana. Nah, kan. Aku jadi semakin yakin kalau mereka berteman. Tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 12

Indana dan Mahiya terperangah bersamaan. Tamu laki-laki itu sukses menjadi pusat perhatian orang-orang di sana setelah Utsman. Tersebab wajahnya yang tampan meski ada kesan angkuh. Kalau dinilai, 11-12 dengan Utsman. Beberapa tamu wanita saling menyenggol dan berbisik dengan teman sebelahnya sambil terus melihat lelaki maskulin yang menggunakan kemeja hitam itu.Mahiya menggenggam erat lengan Indana. Mahiya tak berhenti menatap Saddam dengan ekspresi tak percaya. Jangan tanya bagaimana Indana. Dada Indana berdebar hebat. Begitu dahsyat. Rasanya seperti dipilin pusaran tornado. Berbagai macam spekulasi lantas berebut memenuhi benak. Bagaimana Indana bisa bersikap santai jika Saddam turut hadir? Apalagi dengan riwayat kedekatan Indana dengan dia di masa lalu."Ngapain dia datang ke sini, Inda?" Mahiya memekik tertahan. "Dari mana dia tahu kalau elo tunangan hari ini? Lo yang ngundang dia?"Indana mendelik ke arah Mahiya. "Ya enggak lah, Mahiya. Nggak mungkin aku ngundang dia. Itu kony
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 13

Indana dan Saddam sontak memalingkan wajah ke arah sumber suara. Dada Indana berdebar kencang saat mengetahui siapa yang memanggil."Mas Utsman?" Indana berseru setengah kikuk dan salah tingkah. Ya Tuhan, apa dia mendengar semuanya? Jika iya, maka habislah aku setelah ini. Dia sudah sangat baik menerima aku apa adanya. Akan jadi jahat sekali diriku jika dia mengetahui perihal hubunganku dengan sahabatnya. Meskipun itu hubungan di masa lalu. Dan sahabatnya ini yang sudah menodaiku."Wah, kalian lagi ngobrolin apa? Kok, tegang begitu?" Utsman berjalan mendekat. Wajahnya semringah seperti tidak tahu apa yang calon istri dan sahabatnya bicarakan. Saddam terlihat santai saja tanpa ada ekspresi gugup sedikit pun."Oh, enggak. Kami tadi ketemu nggak sengaja di sini. Sejak ketemu pertama kali di klinik waktu itu, aku lihat dia mirip teman baikku waktu sekolah dulu. Jadi, tadi aku langsung nanya aja buat memastikan. Eh, ternyata dia bukan orang yang kumaksud. Cuma mirip." Saddam dengan santai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 14

Indana dan Saddam sontak memalingkan wajah ke arah sumber suara. Dada Indana berdebar kencang saat mengetahui siapa yang memanggil."Mas Utsman?" Indana berseru setengah kikuk dan salah tingkah. Ya Tuhan, apa dia mendengar semuanya? Jika iya, maka habislah aku setelah ini. Dia sudah sangat baik menerima aku apa adanya. Akan jadi jahat sekali diriku jika dia mengetahui perihal hubunganku dengan sahabatnya. Meskipun itu hubungan di masa lalu. Dan sahabatnya ini yang sudah menodaiku."Wah, kalian lagi ngobrolin apa? Kok, tegang begitu?" Utsman berjalan mendekat. Wajahnya semringah seperti tidak tahu apa yang calon istri dan sahabatnya bicarakan. Saddam terlihat santai saja tanpa ada ekspresi gugup sedikit pun."Oh, enggak. Kami tadi ketemu nggak sengaja di sini. Sejak ketemu pertama kali di klinik waktu itu, aku lihat dia mirip teman baikku waktu sekolah dulu. Jadi, tadi aku langsung nanya aja buat memastikan. Eh, ternyata dia bukan orang yang kumaksud. Cuma mirip." Saddam dengan santai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 15

Indana diam. Dirinya tidak mungkin mengatakan kepada Saddam, sudah sejauh mana Utsman mengenal calon istrinya itu. Termasuk mengetahui aibnya."Inda, jika Utsman belum tahu, bagilah lukamu denganku. Aku siap lahir batin menanggungnya, karena itu murni kesalahanku. Aku tidak terima jika sahabatku itu mendapat imbas dari kejahatan yang sebenarnya kulakukan."Indana menghela napas, lalu mengembuskannya. Begitu berulang-ulang.Enteng sekali dia bilang begitu.Bagi Indana, ini momen yang teramat sulit. Satu sisi, Indana sudah terlampau jatuh hati kepada Utsman karena dia sudah menerima Indana apa adanya. Sisi lain, dengan kedatangan Saddam sekarang justru menggoyahkan pertahanan karena dia dulu lelaki yang diimpikan menjadi pendamping hidup. Terlepas dari semua kesalahannya. "Kamu bicara begitu seolah-olah kamu yakin bahwa aku masih ada perasaan terhadapmu, Dam. Dan lagi, hal itu sangat mustahil terjadi. Aku sudah bertunangan. Selangkah lagi aku menikah. Aku nggak mungkin memutuskan hub
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 16

“Pak, saya mau minta tanda tangan untuk proposal yang kami ajukan,” kata seorang mahasiswi ketika dosen tampan itu tengah keluar dari ruangannya.Saddam berdiri menatap mahasiswi tersebut, melihat ke arahnya dengan tatapan pada umumnya, sambil menghembuskan napas perlahan. Saddam rasanya ingin jitak kepala mahasiswi itu sampai dia mengaduh.Apa mahasiswinya tak tahu jika saat ini jam makan siang, yang seharusnya sebelum masuk dia membaca akrilik di depan bertuliskan istirahat?Saddam perlahan menatap jam analog di tangan kanannya, lalu menunjukkan pada mahasiswi tersebut, tanpa berkata apapun.“Sebentar saja, Pak. Nggak sampai lebih sepuluh menit,” lanjutnya sedikit memaksa.“Saya nggak bisa semudah itu memeriksa proposal untuk pengajuan dana yang kalian ajukan, kalau ternyata proposal itu bermasalah apa nggak saya yang terseret. Lagi pula saya bukan Dekan, Kaprodi atau dosen PA kamu, kok bisa-bisanya kamu jadikan saya penanggung jawab.”Saddam sedikit kesal sebenarnya, karena bahkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 17

Indana mendapati dirinya duduk sambil menggunakan pakaian pengantin cantik berwarna putih cerah, dibubuhi dandanan yang membuat tubuhnya tak kalah indah. Dia menatap Mama Cahaya yang ikut duduk di sampingnya sambil sesekali menatapnya bergantian dengan arah ke depan. Indana mengikuti pandangan itu, hingga dia mendapati jika dirinya tengah melangsungkan pernikahan. Beberapa meter dari arah kamar, Indana bisa melihat keadaan ramai, seorang pria dan Papa Surya saling berjabat serta mengucap akad. Indana mengulas senyum tipis, pernikahan yang dia inginkan akhirnya terjadi. Tak lama setelah itu, terdengar suara gema "Sah!" riuh memenuhi seisi ruangan hingga terdengar nyaring sampai kamar yang dia tempati. Tanpa terasa air mata jatuh membahasi pipi, Indana mencoba menyeka dengan jari, tetapi bibirnya malah sedikit bergetar, tak kuat menahan haru, sedih dan bahagia secara bersamaan. Sejenak Indana lupa, kapan pernikahan itu mulai dilangsungkan, semuanya berjalan begitu cepat hingga dir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 18

Satu jam setengah, waktu yang mereka gunakan untuk menonton film. Setelah itu mereka keluar dari sana, tetapi belum sampai di situ kencan ganda mereka. Hawa mengatakan jika dia lapar dan ingin cepat makan, Utsman mengangguk serta Saddam dan juga Carla, tanpa sedikit pun Indana bisa mengatakan apapun pada usulan itu.Lagi pula tak ada alasan Indana untuk menolaknya, untuk apa Indana lakukan jika keadaan sekarang tak ada masalah yang berarti. Perempuan itu hanya bisa mengikuti saja, karena itu mungkin caranya tahu lebih dalam soal siapa Carla. Meski sejak tadi Indana sendiri yang terus bertanya dengan pertanyaan yang sama. Mengapa dirinya sangat ingin tahu akan hal itu?Mereka menuju salah satu restoran Chinese Halal yang masih ada di dalam mall, niatnya ingin makanan cepat saji yang dimau Hawa, hanya saja Utsman melarang. Katanya makanan cepat saji tak baik jika terlalu sering dikonsumsi. Dokter memang beda.Setelah masuk ke restoran itu, Indana melipir sendiri ke toilet untuk sekeda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 19

Pertemuan yang begitu sering akhir-akhir ini dengan Saddam, sedikit banyak mengganggu Indana. Perempuan itu benar-benar merasa tidak nyaman, karena dia yang sedang berusaha menekan perasaan justru dipaksa keadaan untuk bertemu dengan Saddam. Itu terasa aneh. Seolah takdir terus menghubungkan keduanya. Indana tidak mau hal itu terus berlanjut, itu akan membuatnya merasa risau dan tak tahu harus melakukan apa. Bahkan saat Indana memikirkannya, dan mencari jalan keluar Indana tak menemukan apapun. Kepalanya terasa penuh. Kemudian perempuan itu bangkit dari tempat duduk, mungkin air wudu bisa membuatnya sedikit tenang dan tak memikirkan sesuatu yang haram lebih lama lagi. Namun, begitu Indana hendak berjalan ke kamar mandi, dilihatnya Mama Cahaya yang berdiri di ambang pintu kamar Indana dengan hanya berdiam diri saja. "Lho Mama, ada apa? Kok diam saja di situ? Sejak kapan?" Begitu tanyanya dengan mencoba bersikap biasa, tetapi Indana merasa malah banyak bertanya. Mama berjalan mend
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya

Bab 20

Saddam merasa tidak nyaman, datang seorang diri ke acara pernikahan, lalu mendengar berita tentang hubungan Utsman dan Inda yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Bukan karena Saddam sudah tahu lebih dulu, tetapi dia hanya tak suka saat semua orang membanggakan hal tersebut, seolah itu berita kebahagiaan yang bisa diterima semua orang. Meskipun sebenarnya pemuda itu hanya cemburu, karena orang-orang membicarakan Utsman dan Inda, bukankah seharusnya posisi itu dia yang menempati. Bukan Utsman. Dia yang harusnya berdiri bersama dengan Inda di sana, bukannya Utsman. Dari kejauhan keduanya tampak bahagia, tertawa dan bercanda, sedangkan Saddam hanya berdiri di tempat sambil menyesap minuman, seolah dirinya penjaga tempat makanan itu. Dari kejauhan bisa pemuda itu lihat Inda dan Utsman, saat matanya dan Inda bertatap satu sama lain, Saddam memandang terus menerus hingga dia tahu Indana sepertinya risih dengan pandangan itu dan ketika perempuan yang masih menghuni seluruh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status